Klasifikasi Obat Paten dengan ABC Investasi

112 konsumsi didasarkan pola penggunaan obat pada periode sebelumnya. Obat yang tergolong fast moving dengan pergerakan jumlah penggunaan yang cepat harus disediakan lebih banyak dan obat slow moving akan disediakan lebih sedikit untuk menghindari pemborosan. Obat yang tergolong life-saving harus tersedia digudang farmasi walaupun tidak memiliki kasus atau riwayat penggunaannya. Jenis obat yang disediakan digudang farmasi ditentukan berdasarkan jenis sediaan dan bentuk sediaannya. Hal ini sebagaimana pernyataan informan berikut : “Masih sesuai seperti yang dulu, jadi mengelompokkan sediaan farmasi berdasarkan reagen, berdasarkan penggunaannya,atau berdasarkan jenis sediaan” Inf-1 “Pengelompokkannya berdasarkan tablet, sirup, dan injeksi.” Inf- 2 “ Pengelompokkan obat berdasarkan suhu penyimpanan, berdasarkan kelompok obat seperti oral, liqiud, tablet obat luar dan berdasarkan bentuk sediaan serta alfabetis tapi alfabetis masih kurang berjalan optimal ” Inf-3 Namun selama ini RSUD Kota Bekasi belum pernah melakukan pengelompokkan obat dengan menggunakan data real obat baik berdasarkan pemakaian maupun nilai investasinya. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan informan : “Tidak pernah,berdasarkan jenis sediaan dan penggunaannya saja ” Inf-1 “Analisis ABC, tidak pernah melakukan, kita semua obat yang akan dikonsumsi, baik yang sedikit konsumsinya kita himpun tapi tidak kita kelompokkan , lalu kita alfabetis s aja” Inf-3 113 Oleh karena itu, untuk menentukan kelompok obat, peneliti melakukan studi analisis ABC dengan mengelompokkan obat paten berdasarkan nilai investasinya. Berikut adalah hasil analisis ABC obat paten berdasarkan nilai investasinya tahun 2015 : Tabel 5.5 Kelompok ABC berdasarkan Nilai Investasi Obat Paten Periode Januari-Maret tahun 2015 Kelompok Obat Jumlah Jenis Obat Persentase Jumlah Jenis Obat Nilai Investasi RP Persentase Nilai Investasi Kelompok A 28 21,87 Rp. 756.726.230 69,89 Kelompok B 30 23,43 Rp. 216.708.576 20,01 Kelompok C 70 54,68 Rp. 109.259.820 10,09 Total 128 100 Rp 1.082.694.626 100 Tabel 5.6 menunjukkan kelompok obat paten berdasarkan nilai investasi. Berdasarkan tabel kelompok ABC dapat diketahui bahwa terdapat sebanyak 28 jenis obat paten atau 21,87 dari seluruh obat paten yang tergolong kelompok A. Nilai investasi terhadap kelompok A sebesar Rp. 756.726.230 atau 69,89 dari total investasi obat paten di gudang farmasi RSUD Kota Bekasi. Obat paten kelompok B terdapat 30 jenis obat paten atau 23,43 dari seluruh obat paten. Nilai investasi terhadap kelompok B sebesar Rp. 216.708.576 atau 20,01 dari total investasi obat paten. Sedangkan obat paten kelompok C adalah sebanyak 70 jenis obat atau 54,68 dari seluruh obat paten. Nilai investasi terhadap kelompok C sebesar Rp. 109.259.820 Sumber : Hasil Pengolahan Data Sekunder 114 atau 10,09 dari total investasi obat paten di gudang farmasi RSUD Kota Bekasi.

5.6.2. Pengendalian Persediaan dengan Metode EOQ Economic

Order Quantity Dalam menentukan jumlah pemesanan obat di RSUD Kota Bekasi, petugas tidak pernah menggunakan perhitungan khusus mengenai jumlah pemesanan. Jumlah pesanan tergantung pada data pemakaian pada bulan sebelumnya. Obat yang sering digunakan pada bulan sebelumnya akan dipesan lebih banyak daripada obat yang jarang digunakan. Berikut hasil wawancara dengan informan sebagai berikut : “Tidak pernah ada metode khusus dalam pengendalian,apalagi dengan metode EOQ, tidak pernah menggunakannya” Inf-1 “tidak pernah menggunakan metode EOQ sebelumnya..hanya menggunakan metode konsumsi dengan perhitungan pada bulan sebelumnya ” Inf-3 Untuk mengetahui jumlah pemesanan yang optimum dalam setiap kali melakukan pemesanan obat paten di RSUD Kota Bekasi, dapat diterapkan metode EOQ. Rumus untuk menentukan jumlah pemesanan optimum menurut Heizer dan Render 2010 adalah sebagai berikut : Rumus : Keterangan : Q : Jumlah optimum unit per pesanan D : Jumlah permintaan suatu periode S : Biaya pemesanan untuk setiap pesanan H : Biaya penyimpanan per unit per tahun Q = √ 115 Perhitungan EOQ merupakan perhitungan untuk menentukan jumlah pemesanan dimana biaya pemesanan dan biaya penyimpanan barang dipertimbangkan. Dalam perhitungan EOQ, diperlukan jumlah permintaan pada suatu periode, biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Perhitungan jumlah permintaan telah dihitung pada analisis ABC, biaya penyimpanan dihitung sebesar 26 dari harga per item menurut Heizer dan Render 2010, dan biaya pemesanan dilakukan dengan menghitung komponen dalam biaya pemesanan dari Rangkuti 2007 antara lain biaya telepon dan biaya ATK. Berikut hasil perhitungan komponen biaya pemesanan : 1 Biaya Telepon Biaya telepon diperoleh dari hasil perkalian waktu yang diperlukan untuk menghubungi distributor. Dari hasil wawancara dengan petugas pemesanan bahwa waktu yang diperlukan dalam setiap kali melakukan pemesanan adalah 3 menit, sebagaimana pernyataan informan berikut : “kira-kira sampai 3menit an saja, tidak lama, kalau ada pesanan saja ” Inf-4 Tarif telepon lokal yang berlaku adalah Rp.250,00 per 2 menit. Sehingga tarif telepon per menit adalah Rp. 125,00. Maka perhitungannya adalah : Biaya telepon = lama pemesanan menit x biaya teleponmenit Biaya telepon = 3 menit x Rp. 125,00menit = Rp. 375, 00