P ENETAPAN INDIKATOR - INDIKATOR YANG AKAN DIGUNAKAN

2.3 P ENETAPAN INDIKATOR - INDIKATOR YANG AKAN DIGUNAKAN

Demi menjaga kesinambungan analisis yang telah dilakukan pada Studi Industri Kreatif 2007, maka indikator-indikator yang digunakan pada Studi Industri Kreatif 2009 disesuaikan dengan studi terdahulu, dengan beberapa perbaikan- perbaikan. Adapun indikator yang akan digunakan adalah:

1. Indikator kuantitatif kontribusi ekonomi, yaitu: a. Berbasis Produk Domestik Bruto b. Berbasis Ketenagakerjaan c. Berbasis Perdagangan Internasional d. Berbasis Aktivitas Perusahaan

2. Indikator kualitatif perkembangan industri kreatif, seperti: a. Kegiatan-kegiatan terkait industri kreatif, di tingkat nasional maupun tingkat daerah b. Publikasi di media dan di dunia maya c. Prestasi atau cerita suskes insan kreatif d. Komunitas dan asosiasi yang sudah terbentuk e. Peluang di pasar luar negeri f. Rekomendasi dan komitmen-komitmen yang sudah diberikan oleh pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan industri kreatif g. Perkembangan Indikasi Geografis, dan lain-lain

2.3.1 Berbasis Produk Domestik Bruto

2.3.1.1 P RODUK D OMESTIK B RUTO I NDUSTRI K REATIF

PDB industri kreatif merupakan bagian dari nilai PDB nasional yang diperoleh dari nilai tambah yang dihasilkan 14 subsektor-subsektor industri kreatif. Total nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh ke-14 subsektor industri kreatif merupakan NTB atau GVA industri kreatif.

PDBC NTBKC i

PDBC = PDB yang diperoleh dari industri kreatif NTBKC = Nilai tambah yang diperoleh masing-masing subsektor industri kreatif i

= 1 – 14 lapangan usaha industri kreatif, yaitu periklanan; arsitektur; pasar dan barang seni; kerajinan; desain; fesyen; film, video dan fotografi; permainan interaktif; musik; seni pertunjukan; penerbitan dan percetakan; layanan komputer dan piranti lunak; televisi dan radio; serta riset dan pengembangan.

2.3.1.2 P ERSENTASE PDB I NDUSTRI K REATIF TERHADAP PDB N ASIONAL

Persentase PDBC merupakan persentase rasio PDB yang dihasilkan industri kreatif terhadap nilai PDB nasional. Besaran persentase (%) PDBC ini merupakan indikator yang mengindikasikan besarnya kontribusi industri kreatif terhadap total PDB nasional. Semakin besar % PDBC, semakin besar pula kontribusi industri kreatif terhadap perekonomian nasional. Dengan kata lain, peranan industri kreatif dalam perekonomian nasional menjadi semakin signifikan.

PDBC % PDBC

x 100 %

PDB

PDBC = PDB yang diperoleh dari industri kreatif PDB

= PDB Nasional (Indonesia) Dengan menggunakan cara yang sama, dapat dianalisis profil kontribusi ke-14 subsektor industri kreatif terhadap PDBC

industri kreatif, yaitu dengan perhitungan sebagai berikut:

PDBKC i

% PDBKC i

x 100 %

PDBC

PDBKC i = PDB yang diperoleh dari masing-masing subsektor industri kreatif ke-i i

= 1 – 14 lapangan usaha industri kreatif, yaitu periklanan; arsitektur; pasar dan barang seni; kerajinan; desain; fesyen;, film, video dan fotografi; permainan interaktif; musik; seni pertunjukan; penerbitan dan percetakan; layanan komputer dan piranti lunak; televisi dan radio; serta riset dan pengembangan.

PDBC = PDB yang diperoleh dari industri kreatif

2.3.1.3 P ERTUMBUHAN PDB I NDUSTRI K REATIF

Pertumbuhan tahunan PDB industri kreatif adalah persentase perubahan PDB dalam periode satu tahun terhadap tahun dasarnya. Perubahan nilai GVA annual growth setidaknya mencerminkan dua hal, yaitu kinerja industri dan potensinya. Semakin tinggi annual growth semakin baik kinerja industri kreatif dalam perekonomian dan semakin besar potensinya untuk dikembangkan.

PDBC t PDBC t 1 PPDBC

x 100 %

PDBC t 1

PPDBC = Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Industri Kreatif PDBC t = PDB industri kreatif tahun ke-t PDBC t-1 = PDB industri kreatif tahun ke t-1 Dengan menggunakan cara yang sama, dapat dianalisis profil GVA annual growth ke-14 subsektor industri kreatif, yaitu dengan perhitungan sebagai berikut:

PDBKC i ( t ) PDBKC i ( t 1 )

PNTBKC i

x 100 %

PDBKC i ( t 1 )

PNTBKC i = Pertumbuhan PDB Subsektor Industri Kreatif ke-i PDBKC i(t) = PDB subsektor industri kreatif ke-i tahun ke-t PDBC i(t-1) = PDB subsektor industri kreatif ke-i tahun ke t-1 i

= 1 – 14 lapangan usaha industri kreatif, yaitu periklanan; arsitektur; pasar dan barang seni; kerajinan; desain; fesyen; film, video dan fotografi; permainan interaktif; musik; seni pertunjukan; penerbitan dan percetakan; layanan komputer dan piranti lunak; televisi dan radio; serta riset dan pengembangan.

2.3.2 Berbasis Ketenagakerjaan Struktur klasifikasi ketenagakerjaan umumnya dibagi menjadi:

Pekerja

Angkatan Kerja

Penganggur

Penduduk Usia

Kerja (Usia

Bukan Angkatan

Jumlah Total

Produktif)

Kerja (Usia

Penduduk

Produktif, Memilih

Penduduk Bukan

Tidak Bekerja; IBu

Usia Kerja

RT, Mahasiswa)

Gambar 2-2

Struktur Klasifikasi Ketenagakerjaan

Angkatan kerja adalah penduduk yang berada pada usia produktif, yang sudah bekerja atau masih mencari pekerjaan. Penduduk pada usia produktif tetapi memilih tidak bekerja, seperti Ibu Rumah Tangga dan Mahasiswa, bukan merupakan angkatan kerja. Penduduk yang berada di luar usia produktif juga bukan merupakan angkatan kerja. Pekerja adalah penduduk usia produktif yang sudah bekerja di sektor tertentu. Penganggur adalah penduduk usia produktif yang belum bekerja, sedang mencari pekerjaan.

Ketenagakerjaan Indonesia dibagi ke dalam 3 kategori, yaitu berdasarkan: lapangan pekerjaan, status pekerjaan dan jenis pekerjaan ( occupation ). Berdasarkan lapangan pekerjaan, pekerja dikelompokkan ke dalam 9 kategori mengikuti pengkategorian ISIC, yaitu: (1) Pertanian, Kehutanan, Perburuan, Perikanan, (2) Pertambangan (3) Industri Pengolahan, (4) Listrik, Gas dan Air, (5) Bangunan, (6) Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan dan Hotel, (7) Angkutan, Pergudangan, Komunikasi, (8) Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah dan Jasa Perusahaan, (9) Jasa Kemasyarakatan / Public Services.

Berdasarkan status pekerjaan, pekerja dikategorikan menjadi 7 kategori (setelah tahun 2000), 4 kategori sebelum tahun 2000. Tujuh kategori berdasarkan status pekerjaan utama ini adalah: (1) Berusaha sendiri tanpa dibantu orang lain, (2) Berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar, (3) Berusaha dibantu buruh tetap, (4) Buruh/Karyawan/Pegawai, (5) Pekerja bebas di pertanian, (6) Pekerja bebas di non pertanian, (7) Pekerja tidak dibayar.

Berdasarkan jenis pekerjaan, pekerja dibagi menjadi: tenaga profesional, teknisi dan sejenisnya (0/1), ketatalaksanaan atau manajer (2), administrasi (3), usaha penjualan (4), penjual jasa (5), pekerja di sektor pertanian (6), operator alat pengangkutan (7/8/9), lainnya (X/00). Studi ini akan menggunakan data ketenagakerjaan berdasarkan klasifikasi status pekerjaan atau disebut SPU (Status Pekerjaan Utama).

Indikator-indikator yang dapat digunakan untuk melihat kontribusi industri kreatif terhadap ketenagakerjaan Indonesia dijelaskan berikut ini.

2.3.2.1 J UMLAH T ENAGA K ERJA I NDUSTRI K REATIF (JTKC)

Jumlah Tenaga Kerja ( Employement Number ) adalah angka yang menunjukkan jumlah pekerja tetap yang berada pada seluruh lapangan pekerjaan/usaha di industri kreatif. Sesuai dengan definisi Badan Pusat Statistik, pekerja tetap adalah mereka yang bekerja lebih besar dari 35 jam seminggu, sebelum survei ketenagakerjaan dilakukan. Semakin besar Jumlah Tenaga Kerja, secara relatif dapat mengindikasikan peranan industri kreatif dalam perekonomian semakin signifikan.

JTKC JTKKC i

JTKC = Jumlah Tenaga Kerja Industri Kreatif JTKKC i = Jumlah Tenaga Kerja Subsektor Industri Kreatif ke-i i

= 1 – 14 lapangan usaha industri kreatif, yaitu periklanan; arsitektur; pasar dan barang seni; kerajinan; desain; fesyen; film, video dan fotografi; permainan interaktif; musik; seni pertunjukan; penerbitan dan percetakan; layanan komputer dan piranti lunak; televisi dan radio; serta riset dan pengembangan.

2.3.2.2 T INGKAT P ARTISIPASI P EKERJA I NDUSTRI K REATIF (TPPC)

Untuk melihat kontribusi industri kreatif terhadap kondisi ketenagakerjaan Indonesia digunakan indikator TPPC (Tingkat Partisipasi Pekerja Industri Kreatif), yaitu rasio jumlah pekerja di subsektor industri kreatif terhadap jumlah pekerja di seluruh industri. Angka ini akan semakin memperkuat indikasi apakah industri kreatif memiliki peran signifikan dalam perekonomian Indonesia.

TPPC ini dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut ini:

JTKC TPPC

x 100 %

total pe ker ja

TPPC = Tingkat partisipasi pekerja industri kreatif Dengan cara yang sama, dapat pula dilihat profil Tingkat Partisipasi Pekerja ke-14 subsektor industri kreatif terhadap industri kreatif dan terhadap total pekerja, melalui perhitungan rasio pekerja pada masing-masing subsektor terhadap

total pekerja industri kreatif dan terhadap total pekerja seluruh sektor industri. JTKKC

TPPKC

x 100 %

JTKC TPPKC = Tingkat Partisipasi Pekerja subsektor Industri Kreatif terhadap Total Pekerja Industri Kreatif

JTKKC TPPKCT

x 100 %

JTK

TPPKCT = Tingkat Partisipasi Pekerja subsektor Industri Kreatif terhadap Total Pekerja seluruh sektor Industri.

2.3.2.3 P ERTUMBUHAN J UMLAH T ENAGA K ERJA I NDUSTRI K REATIF (PJTKC)

Pertumbuhan Jumlah Tenaga Kerja ( Growth of Employment/GE ) industri kreatif adalah besaran yang menunjukkan pertumbuhan penyerapan tenaga kerja tahunan Industri Kreatif. Semakin tinggi growth of employment mengindikasikan semakin baik pertumbuhan industri dari tahun ke tahun, sehingga memerlukan tambahan penyerapan tenaga kerja.

( JTKC t JTKC t 1 )

PJTKC

x 100 %

JTKC t 1

JTKC t = Jumlah Tenaga Kerja industri kreatif tahun ke-t JTKC t-1 = Jumlah Tenaga Kerja industri kreatif tahun ke t-1

Dengan cara yang sama, dapat pula dilihat profil Pertumbuhan Jumlah Tenaga Kerja ke-14 subsektor industri kreatif berdasarkan persamaan berikut:

( JTKKC i ( t ) JTKKC i ( t 1 ) )

PJTKKC i

x 100 %

JTKKC i ( t 1 )

JTKKC i(t) = Jumlah Tenaga Kerja subsektor industri kreatif tahun ke-t JTKKC i(t-1) = Jumlah Tenaga Kerja subsektor industri kreatif tahun ke t-1

2.3.2.4 P RODUKTIVITAS T ENAGA KERJA Produktivitas per pekerja adalah NTB atau GVA industri dibagi jumlah pekerja di Industri tersebut. Dengan kata lain,

produktivitas adalah nilai tambah yang dihasilkan setiap pekerja. Produktivitas yang kecil identik dengan industri yang bersifat padat karya. Produktivitas yang besar identik dengan industri yang bersifat padat modal. Peningkatan nilai produktivitas pada jumlah tenaga kerja yang tetap, mengindikasikan peningkatan pengetahuan atau penguasaan teknologi teknologi.

Produktivitas Tenaga Kerja Industri Kreatif dapat dinyatakan dengan indikator PTKC yang dapat diukur dengan cara:

NTBKC i

PTKC 1 i

x 100 %

jumlah pe ker ja industri kreatif PTKC

= Produktivitas Tenaga Kerja Industri Kreatif NTBKC i = Nilai tambah yang diperoleh masing-masing subsektor industri kreatif

Dengan menggunakan cara yang sama, dapat dianalisis profil Produktivitas Tenaga Kerja ke-14 subsektor industri kreatif, yaitu dengan perhitungan sebagai berikut:

NTBKC PTKKC

x 100 %

JTKKC i

PTKKC i = Produktivitas Tenaga Kerja subsektor Industri Kreatif NTBKC i = Nilai Tambah Bruto Subsektor Industri Kreatif ke-i JTKKC i = Jumlah Tenaga Kerja Subsektor Industri Kreatif ke-i i

= 1 – 14 lapangan usaha industri kreatif, yaitu periklanan; arsitektur; pasar dan barang seni; kerajinan; desain; fesyen; film, video dan fotografi; permainan interaktif; musik; seni pertunjukan; penerbitan dan percetakan; layanan komputer dan piranti lunak; televisi dan radio; serta riset dan pengembangan.

2.3.3 Berbasis Perdagangan Internasional

2.3.3.1 N ILAI E KSPOR Nilai Ekspor yang dimaksudkan adalah share gross value added di overseas market atau nilai penjualan produk dan jasa

industri kreatif di pasar internasional. Semakin besar nilai ekspor industri kreatif menunjukkan semakin kompetitifnya posisi industri kreatif nasional di pasar internasional. Total nilai ekspor yang dihasilkan oleh 14 lapangan usaha merupakan NEC (Nilai Ekspor industri kreatif).

NEC NEKC i

NEC = Nilai Ekspor yang diperoleh dari industri kreatif NEKC

= Nilai ekspor yang diperoleh dari masing-masing subsektor industri kreatif i

= 1 – 14 lapangan usaha industri kreatif, yaitu periklanan; arsitektur; pasar dan barang seni; kerajinan; desain; fesyen; film, video dan fotografi; permainan interaktif; musik; seni pertunjukan; penerbitan dan percetakan; layanan komputer dan piranti lunak; televisi dan radio; serta riset dan pengembangan.

2.3.3.2 P ERSENTASE N ILAI E KSPOR TERHADAP T OTAL N ILAI E KSPOR

Persentase NEC merupakan persentase rasio NE (Nilai Ekspor) yang dihasilkan industri kreatif terhadap total nilai ekspor nasional. Besaran persentase (%) NEC ini merupakan indikator yang mengindikasikan besarnya kontribusi industri kreatif terhadap total NE nasional. Semakin besar % NEC, semakin besar pula kontribusi industri kreatif terhadap perekonomian nasional. Dengan kata lain, semakin penting peranan industri kreatif dalam struktur perekonomian nasional.

NEC % NEC

x 100 %

NE

NEC = Nilai E NE

= Nilai Ekspor Nasional (Indonesia) Dengan menggunakan cara yang sama, dapat dianalisis profil kontribusi ke-14 subsektor industri kreatif terhadap % NEC

industri kreatif, yaitu dengan perhitungan sebagai berikut:

NEKC NEKC

x 100 %

NEC

%NEKC i = Nilai Ekspor yang diperoleh dari masing-masing subsektor industri kreatif ke-i i

= 1 – 14 lapangan usaha industri kreatif, yaitu periklanan; arsitektur; pasar dan barang seni; kerajinan; desain; fesyen; film, video dan fotografi; permainan interaktif; musik; seni pertunjukan; penerbitan dan percetakan; layanan komputer dan piranti lunak; televisi dan radio; serta riset dan pengembangan.

NEC = Nilai Ekspor yang diperoleh dari industri kreatif

2.3.3.3 P ERTUMBUHAN N ILAI E KSPOR

Pertumbuhan tahunan nilai ekspor industri kreatif adalah persentase perubahan nilai ekspor dalam periode satu tahun terhadap tahun dasarnya. Peningkatan pertumbuhan tahunan nilai ekspor ( annual growth ) merupakan indikasi bahwa produk-produk domestik semakin kompetitif di pasar global. Namun demikian, peningkatan pertumbuhan tahunan nilai ekspor juga dapat disebabkan nilai tukar domestik yang terdepresiasi, bukan karena produk yang semakin kompetitif di pasar global, akan tetapi karena harga relatifnya yang semakin murah.

PNEC t PNEC t 1 PNEC

x 100 %

PNEC t 1

PNEC = Pertumbuhan Nilai Ekspor Industri Kreatif PNEC t = PDB industri kreatif tahun ke-t PDBC t-1 = PDB industri kreatif tahun ke t-1

Dengan menggunakan cara yang sama, dapat dianalisis profil nilai ekspor annual growth ke-14 subsektor industri kreatif, yaitu dengan perhitungan sebagai berikut:

NEKC i ( t ) NEKC i ( t 1 )

PNEKC i

x 100 %

NEKC i ( t 1 )

PNEKC i = Pertumbuhan Nilai Ekspor Subsektor Industri Kreatif ke-i NEKC i(t) = Nilai Ekspor subsektor industri kreatif ke-i tahun ke-t NEC i(t-1) = Nilai Ekspor subsektor industri kreatif ke-i tahun ke t-1 i

= 1 – 14 lapangan usaha industri kreatif, yaitu periklanan; arsitektur; pasar dan barang seni; kerajinan; desain; fesyen; film, video dan fotografi; permainan interaktif; musik; seni pertunjukan; penerbitan dan percetakan; layanan komputer dan piranti lunak; televisi dan radio; serta riset dan pengembangan.

2.3.3.4 N ILAI I MPOR Nilai Impor yang dimaksudkan adalah share gross value added milik asing di pasar domestik, atau nilai penjualan produk

dan jasa industri kreatif asing di pasar nasional. Semakin besar nilai impor industri kreatif dapat menunjukkan beberapa hal, seperti: semakin tidak kompetitif posisi industri kreatif nasional di pasar internasional; semakin besar ketidakmampuan memproduksi industri nasional. Total nilai impor yang dihasilkan oleh 14 lapangan usaha merupakan NIC (Nilai Impor industri kreatif).

NIC = Nilai Impor yang diperoleh dari industri kreatif NIKC i = Nilai impor yang diperoleh dari masing-masing subsektor industri kreatif

2.3.3.5 P ERSENTASE N ILAI I MPOR TERHADAP T OTAL N ILAI I MPOR

Persentase NIC merupakan persentase rasio NI (Nilai Impor) industri kreatif terhadap total nilai impor nasional.

NIC = Nilai Impor yang diperoleh dari industri kreatif NI

= Nilai Impor Nasional (Indonesia) Dengan menggunakan cara yang sama, dapat dianalisis profil kontribusi impor ke-14 subsektor industri kreatif terhadap

% NIC industri kreatif, yaitu dengan perhitungan sebagai berikut:

%NIKC i = Nilai Impor yang diperoleh dari masing-masing subsektor industri kreatif ke-i i

= 1 – 14 lapangan usaha industri kreatif, yaitu periklanan; arsitektur; pasar dan barang seni; kerajinan; desain; fesyen; film, video dan fotografi; permainan interaktif; musik; seni pertunjukan; penerbitan dan percetakan; layanan komputer dan piranti lunak; televisi dan radio; serta riset dan pengembangan.

NIC = Nilai Impor yang diperoleh dari industri kreatif

2.3.3.6 P ERTUMBUHAN N ILAI I MPOR

Pertumbuhan tahunan nilai impor industri kreatif adalah persentase perubahan nilai impor dalam periode satu tahun terhadap tahun dasarnya. Perubahan nilai impor annual growth setidaknya mencerminkan dua hal, yaitu kinerja industri dan potensinya. Semakin tinggi annual growth maka semakin besar ketergantungan terhadap asing, atau semakin berkurang tingkat kompetitif industri nasional dibanding asing.

PNIC = Pertumbuhan Nilai Impor Industri Kreatif PNIC t = Nilai Impor industri kreatif tahun ke-t

PNIC t-1 = Nilai Impor industri kreatif tahun ke t-1 Dengan menggunakan cara yang sama, dapat dianalisis profil nilai impor annual growth ke-14 subsektor industri kreatif,

yaitu dengan perhitungan sebagai berikut:

PNIKC i = Pertumbuhan Nilai Impor Subsektor Industri Kreatif ke-i NIKC i(t) = Nilai Impor subsektor industri kreatif ke-i tahun ke-t NIKC i(t-1) = Nilai Impor subsektor industri kreatif ke-i tahun ke t-1 i

= 1 – 14 lapangan usaha industri kreatif, yaitu periklanan; arsitektur; pasar dan barang seni; kerajinan; desain; fesyen; film, video dan fotografi; permainan interaktif; musik; seni pertunjukan; penerbitan dan percetakan; layanan komputer dan piranti lunak; televisi dan radio; serta riset dan pengembangan.

2.3.3.7 N ET T RADE I NDUSTRI K REATIF

Net Trade Industri Kreatif merupakan selisih dari Nilai Ekspor sektor total industri kreatif dengan Nilai Impor totalnya, pada suatu periode yang sama. Nilai Net Trade dapat menjadi indikasi ketergantungan terhadap pasar asing, dan juga merupakan indikator kontribusi industri kreatif terhadap cadangan devisa nasional. Semakin besar nilai Net Trade, semakin kecil ketergantungan terhadap asing, dan semakin besar kontribusi terhadap cadangan devisa nasional.

NTC = Net Trade Industri Kreatif

2.3.3.8 N ET T RADE S UBSEKTOR I NDUSTRI K REATIF

Net Trade Subsektor Industri Kreatif merupakan selisih dari total Nilai Ekspor dengan total Nilai Impor masing-masing subsektor industri kreatif. dengan Nilai Impornya, pada suatu periode yang sama. Nilai Net Trade merupakan indikasi ketergantungan suatu subsektor terhadap pasar asing, dan juga merupakan indikator kontribusi subsektor industri kreatif terhadap cadangan devisa nasional. Semakin besar nilai Net Trade subsektor, semakin kecil ketergantungan terhadap asing, dan semakin besar kontribusi terhadap cadangan devisa nasional.

NTKC i = Net Trade Subsektor Seubsektor Industri Kreatif i.

2.3.3.9 P ERTUMBUHAN N ET T RADE I NDUSTRI K REATIF

Pertumbuhan tahunan nilai Net Trade industri kreatif adalah persentase perubahan nilai Net Trade industri kreatif dalam periode satu tahun terhadap tahun dasarnya. Perubahan nilai Net Trade annual growth setidaknya mencerminkan potensi ketergantungan terhadap pasar asing dan potensi tingkat kompetitif industri nasional di pasar internasional.

PTNC = Pertumbuhan tahunan Net Trade Industri Kreatif NTC t = Net Trade Industri Kreatif Tahun ke-t

NTC t-1 = Net Trade Industri Kreatif Tahun ke-(t-1)

2.3.3.10 P ERTUMBUHAN N ET T RADE S UBSEKTOR I NDUSTRI K REATIF

PNTKC i = Pertumbuhan tahunan Net Trade Subsektor Subsektor Industri Kreatif i. NTKC i(t) = Net Trade Subsektor Subsektor Industri Kreatif i pada tahun ke-t NTKC i(t-1) = Net Trade Subsektor Subsektor Industri Kreatif i pada tahun ke-(t-1)

2.3.4 Berbasis Aktivitas Perusahaan

2.3.4.1 J UMLAH U SAHA Jumlah usaha adalah jumlah firm yang ada di setiap subsektor industri kreatif. Misalnya, jumlah usaha periklanan di

industri periklanan Indonesia. Semakin besar nilai indikator jumlah usaha ( Number of Firm ) dalam suatu industri, maka semakin dekat karakteristik pasar/industri kepada pasar persaingan sempurna, semakin tinggi intensitas persaingan, dan kesejahteraan yang terjadi di pasar/industri akan semakin besar. Total jumlah usaha yang terlibat dalam 14 subsektor industri kreatif dihitung sebagai berikut:

JPC JPKC i

JP = Jumlah usaha JPC

= JP yang diperoleh dari industri kreatif JPKC

= Nilai tambah yang diperoleh masing-masing subsektor industri kreatif i

= 1 – 14 lapangan usaha industri kreatif, yaitu periklanan; arsitektur; pasar dan barang seni; kerajinan; desain; fesyen; film, video dan fotografi; permainan interaktif; musik; seni pertunjukan; penerbitan dan percetakan; layanan komputer dan piranti lunak; televisi dan radio; serta riset dan pengembangan.

2.3.4.2 P ERSENTASE J UMLAH U SAHA TERHADAP J UMLAH U SAHA T OTAL Persentase JPC merupakan persentase rasio JP industri kreatif terhadap JP nasional. Besaran persentase (%) JPC ini

mengindikasikan besarnya kontribusi jumlah perusahaan industri kreatif terhadap perusahaan nasional. Semakin besar persentase JPC, tidak serta merta menunjukkan posisinya semakin strategis dalam perekonomian. Sebagai contoh, persentase jumlah UMKM terhadap jumlah total usaha di Sektor Industri Pengolahan tahun 1996 sebesar 99,2%, namun kontribusinya terhadap tenaga kerja hanya mencapai 59%, dan kontribusi GDP-nya lebih kecil dari industri besar pengolahan. Dengan kata lain, indikator ini akan semakin bermanfaat, jika digunakan bersama-sama dengan indikator lain seperti tenaga kerja dan nilai tambah.

JPC % JPC

x 100 %

JP

JPC = JP industri kreatif JP = JP Nasional (Indonesia) Dengan menggunakan cara yang sama, dapat dianalisis profil kontribusi ke-14 subsektor industri kreatif terhadap JPC industri kreatif, yaitu dengan perhitungan sebagai berikut:

JPKC i % JPKC i

x 100 %

JPC

JPKC i = JP masing-masing subsektor industri kreatif ke-i i

= 1 – 14 lapangan usaha industri kreatif, yaitu periklanan; arsitektur; pasar dan barang seni; kerajinan; desain; fesyen; film, video dan fotografi; permainan interaktif; musik; seni pertunjukan; penerbitan dan percetakan; layanan komputer dan piranti lunak; televisi dan radio; serta riset dan pengembangan.

JPC = JP industri kreatif

2.3.4.3 P ERTUMBUHAN J UMLAH U SAHA Pertumbuhan tahunan jumlah usaha di industri kreatif adalah persentase perubahan jumlah usaha dalam periode satu

tahun terhadap tahun dasarnya. Pertumbuhan tahunan jumlah usaha mengindikasikan beberapa hal, misalnya: industri yang semakin menarik, hambatan masuk yang semakin rendah dan lain-lain.

JPC t JPC t 1 PJPC

x 100 %

JPC t 1 PJPC

= Pertumbuhan Jumlah usaha Industri Kreatif JPC t = JP industri kreatif tahun ke-t JPC t-1 = JP industri kreatif tahun ke t-1

Dengan menggunakan cara yang sama, dapat dianalisis profil pertumbuhan tahunan jumlah usaha ke-14 subsektor industri kreatif, yaitu dengan perhitungan sebagai berikut:

JPKC i ( t ) JPKC i ( t 1 )

PJPKC i

x 100 %

JPKC i ( t 1 )

PJPKC i = Pertumbuhan JP Subsektor Industri Kreatif ke-i JPKC i(t) = JP subsektor industri kreatif ke-i tahun ke-t JPC i(t-1) = JP subsektor industri kreatif ke-i tahun ke t-1 i

= 1 – 14 lapangan usaha industri kreatif, yaitu periklanan; arsitektur; pasar dan barang seni; kerajinan; desain; fesyen; film, video dan fotografi; permainan interaktif; musik; seni pertunjukan; penerbitan dan percetakan; layanan komputer dan piranti lunak; televisi dan radio; serta riset dan pengembangan.

2.3.5 Berbasis dampak terhadap sektor lain Indikator dampak terhadap sektor lain atau Impact to other Sector dalam studi ini terdiri dari angka pengganda

( multiplier ) dan linkage (keterkaitan antar sektor) . Angka pengganda yang digunakan khususnya adalah angka pengganda output. Perhitungan indikator-indikator dilakukan dengan menggunakan Tabel Input Output Indonesia 175 sektor, tahun 2005 (update).

2.3.5.1 A NGKA PENGGANDA OUTPUT SUBSEKTOR INDUSTRI KREATIF Angka pengganda output suatu subsektor industri kreatif adalah nilai total dari output atau produksi yang dihasilkan oleh

perekonomian untuk memenuhi (atau akibat) adanya perubahan satu unit uang permintaan akhir pada subsektor industri kreatif tersebut. Nilai angka pengganda ini dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

ij

i 1 O j = Angka pengganda output subsektor industri kreatif j

ij = Inverse matriks Leontief Matriks Leontief ini diperoleh dengan perhitungan matriks identitas dikurangi matriks koefisien teknologi tabel input

output.

2.3.5.2 L INKAGE SUBSEKTOR INDUSTRI KREATIF Linkage subsektor industri kreatif terdiri dari backward linkage (ke arah hulu) dan forward linkage (ke arah hilir).

a. Ke arah hulu ( backward linkage ) Apabila terjadi peningkatan output suatu subsektor industri kreatif, katakan akibat peningkatan konsumsi, atau investasi,

atau ekspor industri kreatif tersebut, maka akan ada peningkatan penggunaan input produksi subsektor industri kreatif tersebut, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Secara langsung, peningkatan input produksi terjadi pada input-input produksi subsektor industri kreatif tersebut, dan secara tidak langsung, peningkatan input juga terjadi pada subsektor industri hulu dari industri kreatif tadi. Total peningkatan output atau yang disebut backward linkage ini dihitung dengan persamaan:

ij

i 1 B j = Backward linkage subsektor industri kreatif j

ij = Inverse matriks Leontief

b. Ke arah hilir ( Forwad Linkage ) Jika output suatu subsektor industri kreatif i meningkat, maka besarnya output industri ini yang akan diberikan kepada

sektor-sektor lainnya juga akan mengalami peningkatan. Peningkatan ini akan mendorong proses produksi sektor lain tersebut akibat terjadinya peningkatan input dari industri kreatif i, yang pada akhirnya akan meningkatkan output sektor-

ij

j 1 F i = Forward linkage subsektor industri kreatif i

ij = Inverse matriks Leontief

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24