K E KONOMI S UBSEKTOR I NDUSTRI P ERIKLANAN .

ONTRIBUSI II. K E KONOMI S UBSEKTOR I NDUSTRI P ERIKLANAN .

Tabel 1 Kontribusi Ekonomi Subsektor Industri Periklanan

1. Berbasis Produk Domestik Bruto (PDB)

a. Nilai Tambah

Miliar Rupiah

b. % Nilai terhadap Industri Kreatif

c. Pertumbuhan Nilai Tambah

d. % Nilai terhadap Total PDB

2. Berbasis Ketenagakerjaan

a. Jumlah Tenaga Kerja

b. Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja Terhadap Industri

Kreatif c. Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja Terhadap Total Pekerja

d. Pertumbuhan Jumlah Tenaga kerja

Ribu Rupiah/ pekerja

e. Produktivitas Tenaga kerja

3. Berbasis Nilai Ekspor

a. Nilai Ekspor

Ribu Rupiah

b.Pertumbuhan Ekspor

c. % Nilai ekspor thd industri kreatif

d. % Nilai Ekspor thd Total Ekspor

4. Berbasis Jumlah Perusahaan

a. Jumlah Perusahaan

b. Pertumbuhan Jumlah Perusahaan

c.% Jumlah perusahaan thd industri kreatif

d.% Jumlah perusahaan thd jumlah perusahaan total

Sumber: Studi Pemetaan Industri Kreatif Departemen Perdagangan Indonesia, 2007 (diolah dari data BPS dan beberapa sumber data lainnya)

NALISIS III. A & P EMETAAN K ONDISI S UBSEKTOR I NDUSTRI P ERIKLANAN

III.1 Analisis Kondisi Pondasi dan Pilar Subsektor Industri Periklanan ONDASI A. P S UMBER D AYA I NSANI ( P EOPLE )

Industri periklanan merupakan industri jasa yang sangat bergantung kepada sumber daya insani yang terlibat dalam industrinya. Insan kreatif periklanan dituntut untuk selalu dinamis dan memiliki pengetahuan multidisiplin dan siap menghadapi tantangan bahwa kebutuhan permintaan industri periklanan akan berkembang ke arah strategis tidak hanya sekedar menjadi media promosi.

Beberapa kondisi positif sumber daya insani periklanan yang dapat menjadi kekuatan ataupun peluang bagi industri periklanan adalah sebagai berkut:

 Adanya apresiasi terhadap industri periklanan Indonesia dalam negeri dengan

diadakannya acara penghargaan terhadap pekerja kreatif periklanan Indonesia

Penghargaan dalam bentuk apapun sangatlah penting. Penghargaan yang diberikan merupakan salah satu bentuk pengakuan masyarakat periklanan terhadap kemampuan, kreativitas dan merupakan prestasi tersendiri bagi pekerja kreatif industri periklanan ini khususnya. Adanya bentuk-bentuk penghargaan ini akan memacu tumbuhnya talenta baru serta memacu insan periklanan Indonesia untuk selalu berkreasi yang akhirnya dapat mengasah kreativitas insan periklanan Indonesia. Selain itu, kegiatan seperti ini merupakan ajang komunikasi dan sharing antar pelaku di industri kreatif itu sendiri.

Saat ini ada beberapa penghargaan yang diadakan secara berkelanjutan baik yang berskala regional (daerah) maupun berskala nasional. Penghargaan tersebut antara lain adalah: (1) Festival Iklan Pinasthika, yang merupakan ajang festival yang awalnya hanya diperuntukkan bagi iklan yang dimuat di SKH Kedaulatan Rakyat yang kemudian berkembang menjadi ajang festival periklanan seluruh Indonesia; (2) Jawa Pos Ad Festival, yang merupakan ajang pemberian penghargaan terhadap karya iklan media cetak terbaik Jawa Pos, yang merupakan buah pikir insan kreatif periklanan di Indonesia khususnya Jawa Timur; (3) Citra Pariwara, yaitu ajang pemberian penghargaan periklanan paling bergengsi di Indonesia.

Dengan adanya ajang ini diharapkan para pekerja kreatif periklanan ini juga tertarik dan tertantang untuk ikut serta ke ajang penghargaan internasional yang akan mengangkat citra Indonesia sebagai bangsa kreatif di dunia internasional. Ajang penghargaan periklanan internasional antara lain: (1) ADFEST (Asia Pacific Advertising Festival); (2) CLIO Awards; (3) CANES LIONS; (4) New York Festival (International Advertising Awards).

 Lahirnya pekerja kreatif industri periklanan yang mampu mendapatkan penghargaan

berskala internasional

Walaupun secara kuantitas dan kualitas SDM di industri periklanan sangat minim, tetapi insan kreatif periklanan Indonesia sudah mampu mengukir prestasi di kancah industri periklanan internasional, seperti di ajang Asia Pacific Advertising Award.

Keikutsertaan insan kreatif periklanan di ajang internasional diperlukan agar dapat memperkenalkan karya-karya insan kreatif periklanan Indonesia dan membuka pasar internasional bagi industri periklanan Indonesia.

 Insan kreatif dan lembaga pendidikan yang terkonsentrasi bukanlah merupakan

kendala utama

Pekerja kreatif & lembaga pendidikan periklanan di Indonesia masih terkonsentrasi di kota-kota besar seperti DKI Jaya, Bandung, Surabaya, dan Semarang. Hal ini bukanlah sebuah hal yang dapat menghambat perkembangan industri periklanan, lokasi geografis antara pemberi iklan, biro iklan dan media dapat didekatkan dengan didukung dengan teknologi informasi khususnya jaringan internet. Hasil karya (iklan) dapat didistribusikan ke media ataupun kepada pemberi pekerjaan, dengan menggunakan jaringan internet atau dengan menggunakan media optik yang dapat menyimpan karya iklan.

Selain kondisi positif di atas, terdapat beberapa kondisi negatif sumber daya insani periklanan yang merupakan kelemahan dan ancaman bagi industri periklanan, yaitu:

 Pengalaman serta kemampuan pengajar di industri periklanan yang kurang mendalam

dan tidak kontekstual dengan kondisi industri terkini

Banyak para pengajar di institusi pendidikan tidak tahu bagaimana memproduksi sebuah iklan ataupun memahami bisnis periklanan sehingga materi yang disampaikan kepada anak didik kurang kontekstual dan tidak dapat menciptakan semangat kewirausahaan kepada anak didiknya. Seperti pepatah mengatakan: ‛Guru kencing berdiri, murid kencing berlari‛. Oleh karena itu jika pengajar di sektor ini tidak ditingkatkan kompetensinya, maka akan sulit jika berharap dapat diciptakan insan kreatif periklanan yang kreatif dan memiliki jiwa kewirausahaan.

 Kurangnya dukungan pemerintah, bisnis dan cendikianwan bagi insan kreatif

periklanan untuk mengikuti ajang penghargaan pariwara internasional

Untuk menunjukkan kualitas serta kreativitas insan iklan Indonesia di dunia internasional, maka Indonesia harus aktif berperan serta dalam ajang penghargaan internasional. Hal ini tentunya merupakan langkah awal untuk membuka akses pasar pekerja kreatif periklanan ke pasar luar negeri.

Untuk mengikuti ajang penghargaan ini perlu sinergi dari pemerintah, bisnis dan cendekiawan. Pemerintah dapat memberikan kemudahan-kemudahan bahkan bantuan dana untuk mengikuti ajang penghargaan ini, cendekiawan memberikan akses seluas- luasnya atas kepustakaan yang mendukung pekerja kreatif periklanan sedangkan bisnis memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi pekerja kreatif untuk berkreasi menciptakan iklan yang memiliki konsep iklan yang kreatif.

 Minimnya insan kreatif periklanan di Indonesia Secara garis besar penduduk Indonesia yang terserap di perguruan tinggi saat ini, dari penduduk yang berusia 19-24 tahun, berjumlah sekitar 25 juta orang, atau hanya 17,24 % saja. Dari 17,24%, distribusinya pada tingkat regional belum merata. APK rata-rata nasional masih didominasi oleh dua propinsi, yaitu Yogyakarta dan Jakarta, masing- masing 63%. Kalau dibandingkan dengan Negara-negara Asia, Indonesia harus mengakui ketertinggalannya. China saja dengan jumlah penduduk 1,5 milyar, APK perguruan  Minimnya insan kreatif periklanan di Indonesia Secara garis besar penduduk Indonesia yang terserap di perguruan tinggi saat ini, dari penduduk yang berusia 19-24 tahun, berjumlah sekitar 25 juta orang, atau hanya 17,24 % saja. Dari 17,24%, distribusinya pada tingkat regional belum merata. APK rata-rata nasional masih didominasi oleh dua propinsi, yaitu Yogyakarta dan Jakarta, masing- masing 63%. Kalau dibandingkan dengan Negara-negara Asia, Indonesia harus mengakui ketertinggalannya. China saja dengan jumlah penduduk 1,5 milyar, APK perguruan

negara-negara lain. 5

Dari total penduduk Indonesia yang dapat mengecam bangku pendidikan di perguruan tinggi, maka diperkirakan ada sekitar 1000-1500 lulusan perancang grafis/komvis setiap tahunnya. Jumlah tersebut adalah jumlah lulusan pendidikan formal di luar kursus dan

pendidikan formal luar negeri. 6 Jumlah ini sebenarnya tidak mencukupi kebutuhan industri periklanan untuk dapat tumbuh dan berkembang menjadi industri yang berdaya saing.

Secara kuantitas, lulusan pendidikan tinggi yang terkait dengan industri periklanan kurang memadai. Secara kuantitas hal ini tidak meresahkan industri ini, karena banyak lulusan pendidikan tinggi dari jurusan yang tidak sesuai dengan industri periklanan ini, yang kemudian berkarir pada industri ini dan mampu beradaptasi dengan baik. Hal ini tentunya merupakan tendensi yang kurang baik, karena pembekalan pengetahuan selama mengecam pendidikan tinggi tidak dapat digunakan secara maksimal.

 Kualitas SDM di bidang periklanan yang kurang memadai Jika ditinjau dari sisi kualitas lulusan pendidikan tinggi yang sesuai dengan industri ini, juga dirasakan perlu ditingkatkan khususnya terkait dengan: kemampuan praktis yang dapat diaplikasikan terhadap industrinya, daya kreasi dari individu itu sendiri, kemandirian serta keberanian untuk mengungkapkan ide dan gagasan. Hal ini sangat dibutuhkan sehingga tidak tercipta lulusan yang senang meniru atau mencontoh hasil karya orang lain atau sekedar ikut-ikutan dan berani untuk mengangkat konten lokal agar menjadi industri yang unggul di dalam negeri dan berdaya saing di luar negeri. Selain itu masih sedikit lulusan dari lembaga pendidikan periklanan yang fasih dalam penggunaan teknologi pendukung yang digunakan dalam industri periklanan.

Permasalahan di atas terjadi karena kurangnya link and match antara industri dan cendekiawan, dan hal ini dapat diatasi dengan semakin ditingkatkannya program internship dari para pelaku bisnis dengan lembaga-lembaga pendidikan sehingga insan kreatif Indonesia semakin terekspose dengan dunia bisnis industri periklanan

Para lulusan di Industri ini juga perlu dibekali dengan pengetahuan mengenai standar- standar industri periklanan internasional, sehingga pekerja kreatif Indonesia dapat bersaing dengan pekerja kreatif asing. Dengan memiliki sumber daya insani yang berdaya saing diharapkan akan mengalir pembuatan iklan luar negeri di Indonesia, seperti halnya negara Thailand yang sudah menikmati pasar periklanan luar negeri yang

5 http://www.dikti.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=141&Itemid=54: ‚Melihat Akses Perguruan Tinggi Indonesia ‛,Irwandi, 11 February 2008 6 Seminar pendidikan desain komunikasi visual nasional 5 http://www.dikti.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=141&Itemid=54: ‚Melihat Akses Perguruan Tinggi Indonesia ‛,Irwandi, 11 February 2008 6 Seminar pendidikan desain komunikasi visual nasional

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24