Kontribusi Ekonomi Kelompok Fesyen
6.2. Kontribusi Ekonomi Kelompok Fesyen
Secara keseluruhan kontribusi ekonomi kelompok Fesyen ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel B 6‐2 Kontribusi Ekonomi Kelompok Fesyen
2006 Rata ‐rata 1. Berbasis Produk Domestik Bruto (PDB)
Indikator Satuan
a. Nilai Tambah Miliar Rupiah
b. % Nilai terhadap Industri Kreatif
c. Pertumbuhan Nilai Tambah Persen
d. % Nilai terhadap Total PDB
2,79% 2. Berbasis Ketenagakerjaan
a. Jumlah Tenaga Kerja Orang
b. Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja Terhadap
Industri Kreatif c. Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja Terhadap
Total Pekerja d. Pertumbuhan Jumlah Tenaga kerja
e. Produktivitas Tenaga Ribu
kerja Rupiah/pekerja 15.592
3. Berbasis Aktivitas Perusahaan
a. Nilai Ekspor Ribu Rupiah
b.Pertumbuhan Ekspor Persen
c. % Nilai ekspor thd industri kreatif
d. % Nilai Ekspor thd Total Ekspor
e. Jumlah Perusahaan Perusahaan
f. Pertumbuhan Jumlah Perusahaan
g.% Jumlah perusahaan thd industri kreatif
h.% Jumlah perusahaan thd jumlah perusahaan
6.2.1 Berbasis Produk Domestik Bruto(PDB)
Data Nilai Tambah pada kelompok fesyen dapat dibedakan menjadi 3 lapangan usaha utama, yaitu:
1. Lapangan usaha industri pengolahan. Pada kelompok ini, data nilai tambah diperoleh dari statistik industri besar & sedang bagian I yang dipublikasikan oleh BPS setiap tahunnya. Oleh karena data yang tersedia hanya tiga tahun berturut ‐turut maka perhitungan nilai tambah kelompok fesyen untuk tahun berikutnya (2005 dan 2006) diestimasi dari nilai pertumbuhan sektor induknya, yaitu industri pengolahan. Nilai pertumbuhan tahun 2005 dan 2006 secara berturut‐turut adalah 4,57% dan 4,63%.
2. Lapangan usaha industri perdagangan besar, eceran diestimasi dengan menggunakan data ekspor dan impor komoditi yang merupakan kelompok industri fesyen. NTB Perdagangan besar dan eceran adalah selisih dari nilai output perdagangan besar dan eceran dikurangi total biaya (input antara yang diperlukan oleh subsektor‐subsektor perdagangan besar dan eceran). Sedangkan Estimasi NTB perdagangan ekspor dilakukan dengan cara yang sama dengan estimasi NTB perdagangan besar dan eceran. Perbedaannya, margin perdagangan besar dan eceran tidak digunakan lagi. Digantikan oleh koefisien alokasi output ekspor terhadap output sektor perdagangan.
3. Lapangan usaha kegiatan lainnya, khususnya untuk jasa desainer fesyen, belum diperoleh data yang akurat mengenai nilai tambah kelompok industri ini, karena kesulitan dalam proses pengumpulan data sekunder dari asosiasi terkait.
Nilai estimasi PDB kelompok Fesyen merupakan nilai estimasi yang sifatnya overvalued , karena telah mengagregasikan keseluruhan produk dalam fesyen ke dalam nilai tambah kelompok ini, yang pada dasarnya belum tentu termasuk ke dalam bidang yang kreatif. Hal ini bisa terjadi karena sulitnya mencari data yang detail untuk proses disagreagasinya. Hasil pengolahan data PDB untuk kelompok dapat dilihat pada Tabel B 6‐3 berikut:
Tabel B 6‐3 Estimasi PDB Kelompok Fesyen PDB
PDB Kelompok Fesyen
Kelompok Fesyen
atas dasar Harga No Tahun atas dasar Harga Berlaku
Pertumbuhan PDB
Deflator PDB
Konstan Tahun 2000 (Ribu Rupiah) (Ribu Rupiah)
Industri fesyen merupakan penyumbang PDB terbesar pada industri kreatif yaitu berkontribusi hampir mencapai 46 triliun rupiah (harga konstan) di tahun 2006, dengan rata‐rata persentase kontribusi terhadap PDB industri kreatif lebih dari 44%.
PDB Kelompok Fesyen
PDB Industri Kreatif
Gambar B 6‐1 Persentase Nilai PDB Kelompok Fesyen terhadap Industri Kreatif dan Total PDB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000
Nilai persentase kontribusi PDB industri kreatif kelompok fesyen terhadap industri kreatif dan PDB nasional dapat dilihat pada gambar berikut ini.
b u 40,00%
e n 20,00%
% Nilai Terhadap Industri Kreatif % Nilai Terhadap Total PDB
Gambar B 6‐2 Nilai PDB Kelompok Fesyen dan PDB Industri Kreatif Atas
Dasar Harga Konstan Tahun 2000
Rata ‐rata kontribusi PDB kelompok fesyen terhadap PDB nasional adalah sebesar 2,79% dengan kontribusi terbesar pada tahun 2002 yaitu sebesar 3,11%.
Pertumbuhan PDB industri kreatif kelompok fesyen jika dibandingkan dengan PDB industri kreatif dan pertumbuhan PDB industri kreatif, dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Persentase Pertumbuhan PDB Kelompok Fesyen Persentase Pertumbuhan PDB Industri Kreatif
Gambar B 6‐3 Pertumbuhan PDB Kelompok Fesyen dan PDB Industri Kreatif Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000
Dari grafik di atas terlihat bahwa pertumbuhan nilai tambah kelompok fesyen menunjukkan tren yang serupa dengan pertumbuhan PDB industri kreatif dari tahun 2003 hingga 2006 yang lalu. Pertumbuhan negatif terjadi di tahun 2003 (‐ 5,60%), diselingi kenaikan yang cukup signifikan di tahun 2004 menjadi 6,35%. Setelah itu nilai pertumbuhan sektor ini kembali turun pada tahun 2005 dan 2006 Dari grafik di atas terlihat bahwa pertumbuhan nilai tambah kelompok fesyen menunjukkan tren yang serupa dengan pertumbuhan PDB industri kreatif dari tahun 2003 hingga 2006 yang lalu. Pertumbuhan negatif terjadi di tahun 2003 (‐ 5,60%), diselingi kenaikan yang cukup signifikan di tahun 2004 menjadi 6,35%. Setelah itu nilai pertumbuhan sektor ini kembali turun pada tahun 2005 dan 2006
Pemerintah mematok target hingga tahun 2010 setidaknya 200 merek dagang bagi produk tekstil di daerah bisa mendapatkan paten. Pakaian batik hasil karya desainer Yogyakarta misalnya berpeluang untuk masuk pasar global hanya saja
terkendala masalah merek dagang yang belum dipatenkan (www.jurnalnasional.com). Paten untuk merek dagang bagi produksi tekstil di daerah diharapkan mampu meningkatkan nilai jual produk yang ada mencapai
20 hingga 30 persen. Dari data BPS didapat dua sub kelompok yang memberikan kontribusi terbesar
di kelompok fesyen (indikator nilai tambah), yaitu: industri pakaian jadi dan perlengkapannya (kecuali pakaian jadi berbulu) serta industri alas kaki.
6.2.2 Berbasis Ketenagakerjaan
Jumlah tenaga kerja kelompok fesyen ini diestimasi berdasarkan lapangan usaha yang merupakan klasifikasi dalam kelompok ini, yaitu:
1. Untuk lapangan usaha dari sektor industri pengolahan, data tenaga kerja diperoleh dari data statistik industri besar dan sedang bagian I yang dipublikasi oleh BPS setiap tahunnya (2002‐2004). Untuk tahun berikutnya (2005 dan 2006) diestimasi dari nilai pertumbuhan sektor induknya, yaitu industri pengolahan. Nilai pertumbuhan tahun 2005 dan 2006 secara berturut ‐turut adalah 4,57% dan 4,63%
2. Untuk lapangan usaha kelompok perdagangan (perdagangan eceran, besar dan ekspor) diestimasi dengan mengalikan jumlah tenaga kerja di sektor perdagangan dari data Sakernas Indonesia (Survei Angkatan Kerja Nasional), yang dipublikasikan Biro Pusat Statistik setiap tahunnya dengan rasio NTB fesyen. Rasio NTB fesyen adalah hasil bagi Nilai Tambah Bruto fesyen khususnya kelompok perdagangan (perdagangan eceran, besar dan ekspor) terhadap Nilai Tambah Bruto sektor perdagangan
3. Untuk lapangan usaha jasa perusahaan lainnya, yaitu lapangan usaha desainer fesyen diestimasi dengan mengalikan jumlah tenaga kerja di sektor jasa kemasyarakatan dari data Sakernas Indonesia (Survei Angkatan Kerja Nasional), yang dipublikasikan Biro Pusat Statistik setiap tahunnya dengan rasio NTB Desain. Rasio NTB fesyen adalah hasil bagi Nilai Tambah Bruto feysen khususnya kelompok jasa kegiatan lainnya terhadap Nilai Tambah Bruto sektor. jasa kemasyarakatan.
Jumlah tenaga kerja kelompok fesyen jika dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja industri kreatif, dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Jumlah Tenaga Kerja Kelompok Fesyen Jumlah Tenaga Kerja Industri Kreatif
Gambar B 6‐4 Jumlah Tenaga Kerja Kelompok Desain Fesyen dan Industri Kreatif Periode 2002‐
Rata ‐rata kontribusi jumlah tenaga kerja kelompok fesyen adalah 2,8 juta pekerja tiap tahunnya di periode 2002‐2006. Nilai ini dari awal hingga akhir periode tidak terlalu berbeda besarnya, yaitu berkisar di antara 2,5 hingga 3 juta pekerja, dengan jumlah tertinggi sebesar 3,030 juta pekerja di tahun 2004. Kelompok fesyen merupakan kelompok penyumbang jumlah tenaga kerja terbesar di industri kreatif. Ini menunjukkan betapa pentingnya kelompok ini dalam membantu perekonomian nasional khususnya dalam hal pengurangan tingkat pengangguran serta penghapusan kemiskinan.
Dari data yang diperoleh juga dapat diolah menjadi tingkat partisipasi tenaga kerja industri kreatif kelompok fesyen terhadap industri kreatif serta terhadap total pekerja, yang dapat dilihat pada grafik berikut.
n tri 40,0% o
Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja Terhadap Industri Kreatif Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja Terhadap Total Pekerja
Gambar B 6‐5 Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja Kelompok Desain Fesyen terhadap Industri
Kreatif dan Total Pekerja Periode 2002‐2006
Grafik memperlihatkan bahwa tingkat partisipasi tenaga kerja kelompok fesyen terhadap industri kreatif sekitar 50%. Pada tahun 2002, persentasenya sempat mencapai 51,26%, dan sedikit naik di akhir periode menjadi 53,52%. Agak mirip dengan apa yang ditunjukan oleh tingkat partisipasi tenaga kerja kelompok fesyen terhadap total pekerja yang cukup stabil sepanjang periode, yaitu di kisaran 2,75% hingga 3,28%.
Pertumbuhan jumlah tenaga kerja kelompok fesyen jika dibandingkan dengan pertumbuhan jumlah tenaga kerja industri kreatif, dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
Pertumbuhan Jumlah Tenaga Kerja Kelompok Fesyen Pertumbuhan Jumlah Tenaga Kerja Industri Kreatif
Gambar B 6‐6 Pertumbuhan Jumlah Tenaga Kerja Kelompok Desain Fesyen
terhadap Industri Kreatif Periode 2002‐2006
Pola pertumbuhan jumlah tenaga kerja kelompok fesyen sangat mirip dengan pola pertumbuhan jumlah tenaga kerja industri kreatif secara keseluruhan. Persentasenya sempat memperoleh nilai negative di tahun 2003 (15,11%), naik menjadi 18,79% di tahun 2004 dan kembali mengalami pertumbuhan negatif di tahun 2005 dan 2006.
Selanjutnya disajikan nilai produktivitas tenaga kerja kelompok fesyen serta industri kreatif sebagaimana yang terlihat pada Gambar B 6‐7 ini
17.458 /O u 15.592
o d u 5.000
Produktivitas Tenaga kerja Kelompok Fesyen Produktivitas Tenaga kerja Industri Kreatif
Gambar B 6‐7 Produktivitas Tenaga Kerja Kelompok Desain Fesyen dan
Industri Kreatif Periode 2002‐2006
Dari grafik di atas terlihat bahwa produktivitas kelompok fesyen secara keseluruhan berada di bawah produktivitas industri kreatif. Nilai produktivitas tertinggi dari kelompok ini tercapai di sekitar harga 17,5 juta rupiah per orang per tahunnya (2006), cukup berbeda dengan nilai produktivitas industri kreatif yang tertinggi yang mencapai hampir 21,4 juta rupiah per orang per tahunnya.
6.2.3 Berbasis Aktivitas Perusahaan
Jumlah perusahaan yang bergerak di industri fesyen ini diestimasi dengan pendekatan yang relatif sama dengan metode estimasi jumlah tenaga kerja pada kelompok ini, yaitu:
1. Untuk lapangan usaha dari sektor industri pengolahan, data jumlah perusahaan diperoleh dari data statistik industri besar dan sedang bagian I yang dipublikasi oleh BPS setiap tahunnya (2002‐2004). Untuk tahun berikutnya (2005 dan 2006) diestimasi dari nilai pertumbuhan sektor induknya, yaitu industri pengolahan. Nilai pertumbuhan tahun 2005 dan 2006 secara berturut‐turut adalah 4,57% dan 4,63%
2. Untuk lapangan usaha kelompok perdagangan (perdagangan eceran, besar dan ekspor) diestimasi dengan mengalikan jumlah tenaga kerja di sektor perdagangan dari data Sakernas Indonesia (Survei Angkatan Kerja Nasional), yang dipublikasikan Biro Pusat Statistik setiap tahunnya dengan rasio NTB fesyen. Data sakernas yang digunakan adalah jumlah total pekerja dengan status pekerjaan: SPU 1 (status berusaha sendiri tanpa dibantu orang lain), SPU 2 (berusaha dibantu pekerja keluarga atau karyawan tidak tetap), dan SPU 3 (berusaha dengan dibantu oleh karyawan tetap). Rasio NTB fesyen adalah hasil bagi Nilai Tambah Bruto fesyen khususnya kelompok perdagangan (perdagangan eceran, besar dan ekspor) terhadap Nilai Tambah Bruto sektor perdagangan.
3. Untuk lapangan usaha jasa perusahaan lainnya, yaitu lapangan usaha desainer fesyen diestimasi dengan mengalikan jumlah tenaga kerja di sektor jasa kemasyarakatan dari data Sakernas Indonesia (Survei Angkatan Kerja Nasional), yang dipublikasikan Biro Pusat Statistik setiap tahunnya dengan rasio NTB fesyen. Data sakernas yang digunakan adalah jumlah total pekerja dengan status pekerjaan: SPU 1 (status berusaha sendiri tanpa dibantu orang lain), SPU 2 (berusaha dibantu pekerja keluarga atau karyawan tidak tetap), dan SPU 3 (berusaha dengan dibantu oleh karyawan tetap). Rasio NTB fesyen adalah hasil bagi Nilai Tambah Bruto fesyen khususnya kelompok jasa kegiatan lainnya terhadap Nilai Tambah Bruto sektor jasa kemasyarakatan.
Besarnya atau banyaknya jumlah perusahaan yang ada di kelompok fesyen dari tahun 2002 hingga 2006 jika dibandingkan dengan jumlah perusahaan di industri kreatif, dapat dilihat pada gambar berikut ini.
e ru 1.500.000
Jumlah Perusahaan Kelompok Fesyen Jumlah Perusahaan Industri Kreatif
Gambar B 6‐8 Jumlah Perusahaan Kelompok Fesyen dan Industri Kreatif Periode 2002‐2006
Industri fesyen memberikan kontribusi lebih dari setengah untuk tiap tahunnya terhadap jumlah perusahaan industri kreatif secara keseluruhan dengan kontribusi tertinggi terjadi di tahun 2006 yang mampu mencapai kisaran lebih dari 56,37%.
tase K
% Jumlah Perusahaan Terhadap Industri Kreatif % Jumlah Perusahaan terhadap Total Perusahaan
Gambar B 6‐9 Tingkat Partisipasi Jumlah Perusahaan Kelompok Fesyen terhadap Industri
Kreatif dan Total Pekerja Periode 2002‐2006
Untuk pertumbuhan jumlah perusahaan kelompok fesyen, hampir sepanjang periode dipenuhi dengan pertumbuhan yang negatif, kecuali di tahun 2004 yang sempat mencapai angka cukup tinggi sebesar 24,46%. Selebihnya pertumbuhannya negatif, bahkan di tahun 2002 sempat mencapai ‐18,35%.
-18,23% -12,40% -18,35%
Pertumbuhan Jumlah Perusahaan Kelompok Fesyen Pertumbuhan Jumlah Perusahaan Industri Kreatif
Gambar B 6‐10 Pertumbuhan Jumlah Perusahaan Kelompok Fesyen dan Industri
Kreatif Periode 2002‐2006
Nilai ekspor Fesyen diperoleh dari data Direktori Ekspor Indonesia, yang dipublikasikan oleh Biro Pusat Statistik Indonesia setiap tahunnya. Metode yang dilakukan yaitu dengan menterjemahkan komoditi‐komoditi berdasarkan kode Harmonized System Code (HS Code) ke dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia 2005. Di bawah ini disajikan besarnya ekspor kelompok fesyen dan industri kreatif secara keseluruhan beserta dengan nilai persentasenya.
53 34 42 5 44 .796 il iar
Nilai Ekspor Kelompok Fesyen Nilai Ekspor Industri Kreatif
Gambar B 6‐11 Nilai Ekspor Kelompok Fesyen dan Industri Kreatif Periode 2002‐2006
Nilai ekspor kelompok fesyen terus memperlihatkan peningkatan dari tahun ke tahun walaupun sempat sedikit turun di tahun 2003, yaitu dari sekitar 36 triliun rupiah di 2002 menjadi hampir 35 triliun rupiah. Akan tetapi sejak 2004 nilainya mengalami pertambahan yang cukup besar hingga mencapai nilai tertinggi di tahun 2006 yaitu 53,5 triliun rupiah. Nilai persentase ekspor kelompok fesyen terhadap nilai ekspor industri kreatif melebihi setengahnya yaitu berkisar 59% ‐ 66%, dengan nilai tertinggi adalah 65,73% (2006). Secara lebih detailnya dapat dilihat pada gambar di bawah.
2006 % Nilai Ekspor thd Industri Kreatif
% Nilai Ekspor thd Total Ekspor
Gambar B 6‐12 Persentase Ekspor Kelompok Fesyen terhadap Industri Kreatif dan Total Ekspor
Periode 2002‐2006
Dari Grafik B 6‐10 di bawah, terlihat bahwa pertumbuhan nilai ekspor kelompok fesyen melambat secara signifikan di tahun 2005 dan 2006. Pertumbuhan negatif di tahun 2003, yang diikuti dengan pertumbuhan positif cukup tinggi di 2004, Dari Grafik B 6‐10 di bawah, terlihat bahwa pertumbuhan nilai ekspor kelompok fesyen melambat secara signifikan di tahun 2005 dan 2006. Pertumbuhan negatif di tahun 2003, yang diikuti dengan pertumbuhan positif cukup tinggi di 2004,
Pertumbuhan Ekspor Kelompok Fesyen Pertumbuhan Ekspor Industri Kreatif
Gambar B 6‐13 Pertumbuhan Ekspor Kelompok Fesyen Industri Kreatif Periode 2002‐2006 6.2.4 Dampak Terhadap Sektor Lain
Berdasarkan definisi kelompok industri kreatif studi ini, dan dengan menggunakan tabel input output update 2003 Indonesia 175 sektor, diperoleh angka pengganda output kelompok Fesyen sebesar 2,027. Angka ini menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan satu satuan uang permintaan akhir pada kelompok industri kreatif Fesyen, maka output perekonomian total akan meningkat sebesar 2,027 satuan uang. Misalnya permintaan akhir berbentuk investasi, dilakukan pada kelompok industri Fesyen sebesar Rp. 1 miliar, maka output total perekonomian nasional akan meningkat sebesar Rp. 2,027 miliar. Dari
14 kelompok industri kreatif yang telah didefinisikan dalam studi ini, kelompok Fesyen berada pada urutan ke‐5 dalam peringkat angka pengganda output .
Ke arah hulu, koefisien backward linkage kelompok Fesyen sebesar 1,88. Peningkatan output Fesyen sebesar 1 satuan uang, baik akibat peningkatan konsumsi, investasi atau peningkatan ekspor, akan memicu peningkatan output sektor ‐sektor industri hulu Fesyen sebesar 1,88. Misalnya dilakukan investasi Fesyen sebesar Rp. 1 miliar, maka diperlukan tambahan input produksi Fesyen yang berasal dari sektor‐sektor hulunya sebesar Rp. 1,88 miliar. Dari 14 kelompok industri kreatif, kelompok Fesyen berada pada urutan ke‐11 dalam peringkat backward linkage. Sektor‐sektor industri hulu yang paling terpengaruh terhadap perubahan output Fesyen adalah sektor Jasa Perdagangan, Barang‐ barang Rajutan, dan Jasa Perorangan dan Rumah Tangga.
Ke arah hilir, koefisien forward linkage kelompok Fesyen sebesar 5,15. Peningkatan output Fesyen sebesar 1 satuan uang, baik akibat peningkatan konsumsi, investasi atau ekspor, akan memicu peningkatan output sektor‐sektor Ke arah hilir, koefisien forward linkage kelompok Fesyen sebesar 5,15. Peningkatan output Fesyen sebesar 1 satuan uang, baik akibat peningkatan konsumsi, investasi atau ekspor, akan memicu peningkatan output sektor‐sektor
Rata ‐rata backward linkage dan forward linkage menunjukkan bahwa keterkaitan kelompok Fesyen dengan sektor industri lain, paling erat dengan sektor Jasa Perdagangan, Pakaian Jadi dan Barang‐barang Rajutan.
Rekapitulasi linkage dapat dilihat pada tabel B 6‐4 berikut.
Tabel B 6‐4 Linkage Kelompok Fesyen
TOTAL AVERAGE 1 149 jasa perdagangan
AVERAGE BL
AVERAGE FL
0.232 149 jasa perdagangan 0.245 2 78 barang ‐barang rajutan
79 pakaian jadi
79 pakaian jadi 0.217 3 174 jasa perorangan dan RT
78 barang ‐barang rajutan
83 alas kaki
78 barang ‐barang rajutan