Kontribusi Ekonomi Kelompok Kerajinan

4.2. Kontribusi Ekonomi Kelompok Kerajinan

Secara keseluruhan kontribusi ekonomi kelompok kerajinan ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel B 4‐2 Kontribusi Ekonomi Kelompok Kerajinan

2006 Rata ‐rata 1. Berbasis Produk Domestik Bruto (PDB)

Indikator Satuan

a. Nilai Tambah Miliar Rupiah

b. % Nilai terhadap Industri Kreatif

c. Pertumbuhan Nilai Tambah Persen

d. % Nilai terhadap Total PDB

1,76% 2. Berbasis Ketenagakerjaan

a. Jumlah Tenaga Kerja Orang

b. Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja Terhadap

Industri Kreatif c. Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja Terhadap

Total Pekerja d. Pertumbuhan Jumlah Tenaga kerja

e. Produktivitas Tenaga Ribu Rupiah/ kerja pekerja pertahun

16.174 3. Berbasis Aktivitas Perusahaan

a. Nilai Ekspor Ribu Rupiah

b.Pertumbuhan Ekspor Persen

c. % Nilai ekspor thd industri kreatif

d. % Nilai Ekspor thd Total Ekspor

e. Jumlah Perusahaan Perusahaan

f. Pertumbuhan Jumlah Perusahaan

g.% Jumlah perusahaan thd industri kreatif

h.% Jumlah perusahaan thd jumlah perusahaan

4.2.1 Berbasis Produk Domestik Bruto (PDB)

Data Nilai Tambah pada kelompok kerajinan diperoleh dari dua sumber utama, yaitu:

1. Untuk kelompok industri pengolahan, data nilai tambah diperoleh dari statistik industri besar & sedang bagian I yang dipublikasikan oleh BPS setiap tahunnya. Oleh karena data yang tersedia hanya tiga tahun berturut‐turut maka nilai tambah kelompok kerajinan untuk tahun berikutnya (2005 dan 2006) diestimasi dari nilai pertumbuhan sektor induknya, yaitu industri pengolahan. Nilai pertumbuhan tahun 2005 dan 2006 secara berturut‐turut adalah 4,57% dan 4,63%.

2. Untuk kelompok perdagangan besar, eceran diestimasi dengan menggunakan data ekspor dan impor komoditi yang merupakan kelompok industri Kerajinan. NTB Perdagangan besar dan eceran adalah selisih dari nilai output perdagangan besar dan eceran dikurangi total biaya (input antara yang diperlukan oleh subsektor‐subsektor perdagangan besar dan eceran). Sedangkan Estimasi NTB perdagangan ekspor dilakukan dengan cara yang sama dengan estimasi NTB perdagangan besar dan eceran. Perbedaannya, margin perdagangan besar dan eceran tidak digunakan lagi. Digantikan oleh koefisien alokasi output ekspor terhadap output sektor perdagangan.

Dari hasil pengolahan data, maka data nilai tambah kelompok kerajinan ini diperoleh sebagai berikut:

Tabel B 4‐3 Estimasi PDB Kelompok Kerajinan PDB Kelompok

PDB Kelompok

Pertumbuhan

Kerajinan atas dasar Deflator Kerajinan atas dasar No Tahun

PDB

Harga Berlaku PDB Harga Konstan Tahun

Kelompok

(Ribu Rupiah) 2000 (Ribu Rupiah)

Industri Kreatif kelompok kerajinan merupakan penyumbang PDB no. 2 terbesar di industri kreatif yaitu berkontribusi sebesar 26,7 triliun rupiah di tahun 2006, dengan rata‐rata persentase kontribusi terhadap PDB industri kreatif yaitu sebesar 27,72%.

Nilai persentase konstribusi PDB industri kreatif kelompok kerajinan terhadap industri kreatif dan PDB nasional dapat dilihat pada gambar berikut ini:

% Nilai terhadap Industri Kreatif % Nilai terhadap Total PDB

Gambar B 4‐1 Persentase Nilai PDB Kelompok Kerajinan terhadap Industri Kreatif dan Total

PDB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000

Rata ‐rata kontribusi PDB kelompok kerajinan terhadap PDB nasional adalah sebesar 1,76% dengan kontribusi terbesar pada tahun 2002 yaitu sebesar 2,04%.

Nilai PDB industri kreatif kelompok kerajinan jika dibandingkan dengan PDB industri kreatif dapat dilihat pada grafik berikut ini:

PDB Kelompok Kerajinan

PDB Industri Kreatif

Gambar B 4‐2 Nilai PDB Kelompok Kerajinan dan PDB Industri Kreatif Atas Dasar Harga

Konstan Tahun 2000

Dari grafik terlihat bahwa PDB kelompok kerajinan nilainya terus menurun dari awal periode hingga akhir periode. Di tahun 2002 nilainya mencapai lebih dari

30 triliun rupiah, sementara di 2006 mencapai kurang dari 27 triliun rupiah. Pada gambar B 4‐3 di bawah terlihat secara jelas bahwa pertumbuhan nilai

tambah kelompok kerajinan menunjukkan tren yang fluktuatif dari tahun 2003 hingga 2006 yang lalu. Pertumbuhan negatif terjadi pada tahun 2003, diselingi tambah kelompok kerajinan menunjukkan tren yang fluktuatif dari tahun 2003 hingga 2006 yang lalu. Pertumbuhan negatif terjadi pada tahun 2003, diselingi

Persentase Pertumbuhan PDB Kelompok Kerajinan Persentase Pertumbuhan PDB Industri Kreatif

Gambar B 4‐3 Persentase Pertumbuhan PDB Kelompok Kerajinan dan Industri

Kreatif Periode 2002‐2006

Penurunan yang terjadi pada sektor kerajinan (dalam indikator nilai tambah) di tahun 2005 disebabkan oleh melesunya pasar dunia serta naiknya harga bahan baku, yang disebabkan oleh kelangkaan bahan baku kayu. Para pembeli di luar negeri umumnya bersikap sangat hati‐hati jika ingin melakukan pembelian dalam jumlah besar barang‐barang kerajinan buatan Indonesia. Mereka menunggu jalannya pemilihan umum (2004), sehingga pembelian sebagian besar ditunda hingga usai pemilu. Pemerintah juga harus menyusun strategi baru untuk menekan maraknya pembalakan kayu dan rotan yang menyebabkan kelangkaan bahan baku, sebab pada kenyataannya puluhan meter kubik kayu bulat dan 20 peti kemas rotan mentah berlayar menuju China dan Vietnam setiap harinya. Selain itu juga ada beberapa masalah lain seperti masalah perpajakan, desain, pengiriman barang, dan aturan pasar global, yang turut berperan dalam penurunan nilai kelompok ini, khususnya pada nilai ekspor.

Isu ‐isu tersebut pada beberapa tahun ke belakang memang sempat memukul industri kerajinan di Indonesia, walaupun sekarang sudah bangkit kembali, dan diharapkan pada tahun 2007 serta 2008 mendatang nilainya akan terus meningkat. Sehingga diharapkan dengan adanya berbagai program yang akan dikembangkan oleh pemerintah beserta insentif tertentu, maka sektor ini jelas akan terus dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian nasional. Kalangan pengusaha mebel dan kerajinan, baik bermodal besar maupun skala kecil, meminta pemerintah segera menyusun regulasi yang progresif untuk mendukung promosi ke pasar internasional. Selain itu, Asmindo bekerja sama dengan atase‐atase perdagangan di luar negeri menyusun peta intelijen pasar untuk mendata importir mebel Indonesia. Berbagai peraturan pemerintah menyebabkan pengusaha nasional sering berpikir dua kali untuk Isu ‐isu tersebut pada beberapa tahun ke belakang memang sempat memukul industri kerajinan di Indonesia, walaupun sekarang sudah bangkit kembali, dan diharapkan pada tahun 2007 serta 2008 mendatang nilainya akan terus meningkat. Sehingga diharapkan dengan adanya berbagai program yang akan dikembangkan oleh pemerintah beserta insentif tertentu, maka sektor ini jelas akan terus dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian nasional. Kalangan pengusaha mebel dan kerajinan, baik bermodal besar maupun skala kecil, meminta pemerintah segera menyusun regulasi yang progresif untuk mendukung promosi ke pasar internasional. Selain itu, Asmindo bekerja sama dengan atase‐atase perdagangan di luar negeri menyusun peta intelijen pasar untuk mendata importir mebel Indonesia. Berbagai peraturan pemerintah menyebabkan pengusaha nasional sering berpikir dua kali untuk

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga meminta agar para gubernur, bupati, dan wali kota membantu para pengrajin, terutama dalam masalah permodalan. Sebab, selama ini sulitnya pengrajin nasional berkembang, lantaran terbentur masalah tersebut. Selain itu, para pengrajin juga diminta mengunakan rumusan SMTP yakni seni, modal, teknologi, dan pasar, sehingga produk dari sentra kerajinan bisa bersaing di pasar domestik maupun internasional. Presiden mengakui, potensi sentra kerajinan cukup besar dengan dibuktikan jumlah tenaga kerja yang diserap mencapai 2,5 juta jiwa. Jika dikembangkan terus sentra kerajinan, akan bisa menyerap tenaga kerja baru dalam jumlah banyak dan jelas

ini menjadi tulang punggung ekonomi kerakyatan 11 .

Sebagai informasi tambahan, dari data BPS didapat tiga sub kelompok yang memberikan kontribusi terbesar di kelompok kerajinan (indikator nilai tambah), yaitu: industri furnitur dari kayu, industri kain rajut, dan industri furnitur dari rotan dan atau bambu.

4.2.2 Berbasis Ketenagakerjaan

Estimasi jumlah tenaga kerja kelompok industri kreatif Kerajinan diperoleh dari 2 sumber utama, yaitu:

1. Untuk lapangan usaha kelompok perdagangan (perdagangan eceran, besar dan ekspor) diestimasi dengan mengalikan jumlah tenaga kerja di sektor perdagangan dari data Sakernas Indonesia (Survei Angkatan Kerja Nasional), yang dipublikasikan Biro Pusat Statistik setiap tahunnya dengan rasio NTB Kerajinan. Rasio NTB Kerajinan adalah hasil bagi Nilai Tambah Bruto Kerajinan khususnya kelompok perdagangan (perdagangan eceran, besar dan ekspor) terhadap Nilai Tambah Bruto sektor perdagangan

2. Untuk lapangan usaha dari sektor industri pengolahan, data tenaga kerja diperoleh dari data statistik industri besar dan sedang bagian I yang dipublikasi oleh BPS setiap tahunnya.

Jumlah tenaga kerja kelompok kerajinan jika dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja industri kreatif, dapat dilihat pada grafik berikut ini.

11 Pikiran Rakyat, 23 Maret 2006

a rj

k e e 4.000.000

ng P 3.000.000

Jumlah Tenaga Kerja Kelompok Kerajinan Jumlah Tenaga Kerja Industri Kreatif

Gambar B 4‐4 Jumlah Tenaga Kerja Kelompok Kerajinan dan Industri Kreatif Periode 2002‐2006

Rata ‐rata kontribusi jumlah tenaga kerja kelompok kerajinan adalah 1.805.716 pekerja di periode 2002‐2006. Nilai ini mencapai puncaknya di tahun 2002 sebesar 2.088.277 pekerja, walaupun terus terjadi penurunan di tahun 2006 (1.552.059 pekerja). Jumlah pekerja sebanyak itu merupakan urutan terbanyak no. 2 di industri kreatif, setelah kelompok Desain Fesyen (2.807.423 pekerja).

Dari data yang diperoleh juga dapat diolah menjadi tingkat partisipasi tenaga kerja industri kreatif kelompok kerajinan terhadap industri kreatif serta terhadap total pekerja, yang dapat dilihat pada grafik berikut.

u b 30,0% tri n 25,0%

K 20,0%

se

n ta 15,0%

Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja Terhadap Industri Kreatif Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja Terhadap Total Pekerja

Gambar B 4‐5 Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja Kelompok Kerajinan terhadap Industri Kreatif

dan Total Pekerja Periode 2002‐2006

Grafik memperlihatkan bahwa tingkat partisipasi tenaga kerja kelompok kerajinan terhadap industri kreatif terus menurun secara lambat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2003, persentasenya merupakan nilai tertinggi dalam periode yaitu mencapai 35,85%. Nilai tersebut terus berkurang dari tahun ke tahun hingga hanya mencapai sebesar 31,07% di tahun 2006.

Pertumbuhan jumlah tenaga kerja kelompok kerajinan jika dibandingkan dengan pertumbuhan jumlah tenaga kerja industri kreatif, dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Pertumbuhan Jumlah Tenaga Kerja Kelompok Kerajinan Pertumbuhan Jumlah Tenaga Kerja Industri Kreatif

Gambar B 4‐6 Pertumbuhan Jumlah Tenaga Kerja Kelompok Kerajinan dan

Industri Kreatif Periode 2002‐2006

Pertumbuhan jumlah tenaga kerja kelompok kerajinan yang sempat memperoleh nilai negatif di tahun 2003 yaitu sebesar ‐13,21. Tetapi nilai ini diperbaiki di tahun 2004 yang kembali naik mencapai 6,83% lalu kembali menurun di tahun2005 dan 2006 yaitu sebesar ‐13,83% dan ‐8,72% secara berurutan.

Berikut disajikan nilai produktivitas tenaga kerja kelompok kerajinan serta industri kreatif sebagaimana yang terlihat pada Gambar B 4‐7 ini.

17.417 17.551 /O u

Produktivitas Tenaga kerja Kelompok Kerajinan Produktivitas Tenaga kerja Industri Kreatif

Gambar B 4‐7 Produktivitas Tenaga Kerja Kelompok Kerajinan terhadap

Industri Kreatif Periode 2002‐2006

Dari grafik di atas terlihat bahwa produktivitas kelompok kerajinan lebih rendah jika dibandingkan dengan industri kreatif secara keseluruhan. Nilai produktivitas tertinggi kelompok ini dicapai pada tahun 2006 yang mencapai 17,5 juta per orang per tahunnya, sementara industri kreatif secara keseluruhan dapat mencapai lebih dari 21 juta per tahun per orangnya di tahun 2006.

4.2.3 Berbasis Aktivitas Perusahaan

Jumlah perusahaan pada kelompok Kerajinan diestimasi dengan menggunakan 2 sumber data utama, yaitu data dari survei industri dan data Survei Angkatan Kerja Nasional yang dipublikasikan oleh BPS.

Metode estimasi jumlah perusahaan pada kelompok industri kerajinan ini dilakukan dengan cara:

1. Untuk lapangan usaha industri pengolahan, maka jumlah perusahaan diperoleh berdasar atas data survei industri yang dipublikasikan oleh BPS setiap tahunnya untuk kode KBLI yang besesuaian;

2. Untuk lapangan usaha perdagangan, data jumlah perusahaan diestimasi dengan cara mengalikan rasio NTB Kerajinan dengan jumlah perusahaan di sektor perdagangan, hotel dan restoran. Rasio NTB Kerajinan yang dimaksud adalah hasil bagi NTB Kerajinan terhadap NTB sektor perdagangan, hotel dan restoran. Jumlah Perusahaan sektor perdagangan, hotel dan restoran diperoleh dari data tahunan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) pada sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu jumlah total status pekerjaan: SPU 1 (status berusaha sendiri tanpa dibantu orang lain), SPU 2 (berusaha dibantu pekerja keluarga atau karyawan tidak tetap), dan 3 (berusaha dengan dibantu oleh karyawan tetap).

Jumlah perusahaan kelompok kerajinan jika dibandingkan dengan jumlah perusahaan industri kreatif, dapat dilihat pada grafik berikut ini.

Jumlah Perusahaan Kelompok Kerajinan Jumlah Perusahaan Kelompok Industri Kreatif

Gambar B 4‐8 Jumlah Perusahaan Kelompok Kerajinan dan Jumlah Perusahaan Industri Kreatif Periode 2002‐2006

Pada tahun 2002 jumlah perusahaan dalam kelompok kerajinan berjumlah 1,1 juta perusahaan dan menurun menjadi 942 ribu perusahaan di tahun 2003. Tetapi penurunan tersebut tidak terjadi di tahun 2004 dimana jumlah perusahaan pada tahun tersebut adalah 1 juta perusahaan. Penurunan terjadi lagi di tahun 2005 dan 2006 menjadi 820 ribu perusahaan dan 723 ribu perusahaan secara berurutan.

Persentase jumlah perusahaan kelompok kerajinan jika dibandingkan dengan jumlah perusahaan industri kreatif dan total jumlah perusahaan secara nasional, dapat dilihat pada grafik berikut ini.

33,02% b u si

Persentase Kontribusi Jumlah Perusahaan Terhadap Industri Kreatif Persentase Kontribusi Jumlah Perusahaan Terhadap Total Jumlah Perusahaan

Gambar B 4‐9 Persentase Jumlah Perusahaan Kelompok Kerajinan terhadap Jumlah Perusahaan

Industri Kreatif dan Jumlah Perusahaan Total Periode 2002‐2006

Persentase jumlah perusahaan di kelompok kerajinan terhadap jumlah perusahaan di industri kreatif memiliki tren yang menurun. Dimana pada tahun 2002 tingkat partisipasi jumlah perusahaan di kelompok ini adalah sebesar 38,40% meningkat menjadi 39,09% di tahun 2003, dan terus menurun di tahun‐ tahun berikutnya. Nilai terendah terjadi di tahun 2005, yaitu sebesar 32,85%.

Sedangkan untuk tingkat pertumbuhan dari jumlah perusahaan kelompok kerajinan bila dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan dari jumlah perusahaan di industri kreatif, dapat dilihat di gambar dibawah ini.

Pertumbuhan Jumlah Perusahaan Kelompok Kerajinan Pertumbuhan Jumlah Perusahaan Industri Kreatif

Gambar B 4‐10 Pertumbuhan Jumlah Perusahaan Kelompok Kerajinan terhadap Pertumbuhan

Jumlah Perusahaan Industri Kreatif Periode 2003‐2006

Dapat dilihat dari gambar di atas, pertumbuhan jumlah perusahaan di kelompok Kerajinan ini mencapai nilai tertinggi di tahun 2004 yaitu sebesar 8,32%.

Sedangkan untuk tahun‐tahun lainnya kelompok kerajinan ini memiliki tingkat pertumbuhan yang negatif.

Nilai ekspor Kerajinan diperoleh dari data Direktori Ekspor Indonesia, yang dipublikasikan oleh Biro Pusat Statistik Indonesia setiap tahunnya. Metode yang dilakukan yaitu dengan menterjemahkan komoditi‐komoditi berdasarkan kode Harmonized System Code (HS Code) ke dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia 2005 yang termasuk dalam kelompok industri kerajinan.

Komoditi yang diklasifikasikan sebagai bagian dari kelompok industri Kerajinan ini adalah: Batik, Permadani (Ambal), Bordir/Sulaman, Kain Rajut, Barang Kulit, Anyam/Ukiran, Barang Gelas, Barang Porselen, Barang Keramik, Barang Batu, Barang Logam, Furniture, Barang Perhiasan, Alat Musik, Mainan, dan komoditi kerajinan lainnya

Nilai ekspor kelompok Kerajinan jika dibandingkan dengan nilai ekspor industri kreatif, dapat dilihat pada grafik berikut ini

0. 15 475. ibu R

Nilai Ekspor Kelompok Kerajinan Nilai Ekspor Kelompok Industri Kreatif

Gambar B 4‐11 Nilai Ekspor Kelompok Kerajinan terhadap Nilai Ekspor

Industri Kreatif Periode 2002‐2006

Rata ‐rata nilai ekspor dari kelompok Kerajinan ini adalah sebesar 24 triliun rupiah, dengan nilai tertinggi terjadi pada tahun 2006 yaitu sekitar 26,4 triliun rupiah.

Persentase ekspor dari kelompok Kerajinan terhadap industri kreatif dan nilai

ekspor keseluruhan dapat dilihat di gambar berikut.

Persentase Kontribusi Ekspor Terhadap Industri Kreatif Persentase Kontribusi Ekspor Terhadap Total Ekspor

Gambar B 4‐12 Persentase Nilai Ekspor Kelompok Kerajinan terhadap Tingkat Partisipasi Nilai

Ekspor Industri Kreatif dan Total Ekspor Periode 2002‐2006

Persentase ekspor dari kelompok kerajinan ini menempati peringkat kedua setelah kontribusi dari kelompok fesyen (43 triliun). Tetapi angka tersebut bila dibandingkan dengan tingkat partisipasi nilai ekspor industri kreatif selama periode 2002‐2006 ternyata mengalami penurunan. Dimana pada tahun 2002 tingkat partisipasi kelompok kerajinan ini mencapai angka 37,26% lalu terjadi penurunan di tahun‐tahun berikutnya, sampai akhirnya mencapai nilai terendah di tahun 2006, yaitu sebesar 32,44%. Gambar B 4‐12 berikut menunjukkan pertumbuhan ekspor dari kelompok kerajinan terhadap pertumbuhan ekspor industri kreatif.

Pertumbuhan Ekspor Kelompok Kerajinan Pertumbuhan Ekspor Industri Kreatif

Gambar B 4‐13 Pertumbuhan Ekspor Kelompok Kerajinan dan Pertumbuhan Ekspor Industri

Kreatif Periode 2003‐2006

Dapat dilihat nilai pertumbuhan ekspor dari kelompok kerajinan ini agak berfluktuatif, dimana tingkat pertumbuhannya di tahun 2003 adalah sebesar ‐ 3,59% naik menjadi 12,94% di tahun 2004 dan terjadi kembali penurunan di tahun 2005 menjadi sebesar 6,78% dan terus turun menjadi 1,36% di tahun 2006.

4.2.4 Dampak Terhadap Sektor Lain

Berdasarkan definisi kelompok industri kreatif studi ini, dan dengan menggunakan tabel input output update 2003 Indonesia 175 sektor, diperoleh angka pengganda output kelompok Kerajinan sebesar 2,148. Angka ini menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan satu satuan uang permintaan akhir pada kelompok industri kreatif Kerajinan, maka output perekonomian total akan meningkat sebesar 2,148 satuan uang. Misalnya permintaan akhir berbentuk investasi, dilakukan pada kelompok industri Kerajinan sebesar Rp. 1 miliar, maka output total perekonomian nasional akan meningkat sebesar Rp. 2,148 miliar. Dari 14 kelompok industri kreatif yang telah didefinisikan dalam studi ini, kelompok Kerajinan berada pada urutan ke‐3 dalam peringkat angka pengganda output.

Ke arah hulu, koefisien backward linkage kelompok Kerajinan sebesar 2,148. Peningkatan output Kerajinan sebesar 1 satuan uang, baik akibat peningkatan konsumsi, investasi atau peningkatan ekspor, akan memicu peningkatan output sektor ‐sektor industri hulu Kerajinan sebesar 2,148. Misalnya dilakukan investasi Kerajinan sebesar Rp. 1 miliar, maka diperlukan tambahan input produksi Kerajinan yang berasal dari sektor‐sektor hulunya sebesar Rp. 2,148 miliar. Dari

14 kelompok industri kreatif, kelompok Kerajinan berada pada urutan ke‐2 dalam peringkat backward linkage. Sektor‐sektor industri hulu yang paling terpengaruh terhadap perubahan output Kerajinan adalah sektor Jasa Perdagangan, Hasil Tanaman Serat dan Tekstil.

Ke arah hilir, koefisien forward linkage kelompok Kerajinan sebesar 5,747. Peningkatan output Kerajinan sebesar 1 satuan uang, baik akibat peningkatan konsumsi, investasi atau ekspor, akan memicu peningkatan output sektor‐sektor industri hilir Kerajinan sebesar 2,24 satuan uang. Misalnya terjadi peningkatan konsumsi iklan sebesar Rp. 1 miliar, maka output sektor‐sektor industri hilir Kerajinan akan meningkat sebesar Rp. 2,24 miliar. Dari 14 kelompok industri kreatif, Kerajinan berada pada urutan ke‐10 dalam peringkat forward linkage. Sektor ‐sektor industri hilir yang paling terpengaruh terhadap perubahan output Kerajinan adalah sektor Barang‐barang Industri Lain, Perabot Rumah Tangga dari Kayu‐Bambu‐Rotan, dan Barang‐barang dari Kulit.

Rata ‐rata backward linkage dan forward linkage menunjukkan bahwa keterkaitan kelompok Kerajinan dengan sektor industri lain, paling erat dengan sektor Jasa Perdagangan, Tekstil dan Barang‐barang dari Kulit.

Rekapitulasi linkage dapat dilihat pada tabel B 4‐4 berikut.

Tabel B 4‐4 Linkage Kelompok Kerajinan

TOTAL AVERAGE 1 149 jasa perdagangan

AVERAGE BL

AVERAGE FL

0.073 149 jasa perdagangan 0.111 2 16 hasil tanaman serat

0.160 141 barang ‐barang industri lainnya

ekstil 76 t 0.069 3 ekstil 76 t

87 perabot RT terbuat dari kayu, bambu

82 barang ‐barang dari kulit

82 barang ‐barang dari kulit

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24