Elemen Kendala dalam Pengembangan Model Pengelolaan Danau Sentani

dan pengalaman penanganan limbah dan erosi, Pengembangan sistem Informasi, serta menggabungkan research dan development berada di sektor Independent, yang berarti sub elemen ini memiliki kekuatan penggerak yang besar dalam menunjang tujuan pengembangan model pengelolaan Danau Sentani. Sedangkan sub elemen Mengamankan bahan pencemar, Memperpendek jalur bahan pencemar, Meningkatkan sistem penanganan bahan pencemar, Pengerukan sedimen di danau dan Membersihkan tanaman pengganggu berada pada sektor linkage. Sub – sub elemen sektor linkage ini harus dikaji secara hati – hati dalam tujuan pengembangan model pengelolaan Danau Sentani karena akan memberikan dampak terhadap lainnya dan umpan balik pengaruhnya bisa memperbesar dampak tersebut. 1, 2, 3, 4, 5 6 7, 8, 9, 10, 11 12 13 14, 15, 16, 17, 18 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Gambar 48. Matriks Driver Power DP dan Dependence D untuk elemen Tujuan dalam pengembangan model pengelolaan Danau Sentani

4.3.3. Elemen Kendala dalam Pengembangan Model Pengelolaan Danau Sentani

Elemen kendala dalam pengembangan model pengelolaan Danau Sentani dijabarkan lagi menjadi 12 sub elemen seperti terlihat pada Tabel 24. Struktur hierarki disajikan dalam Gambar 49 dan pada Gambar 50 subelemen dikelompokkan kedalam empat sektor yakni autonomous, dependent, linkage dan independent. Untuk analisis ISM data disajikan pada Lampiran 25. Tabel 24. Elemen Kendala dalam Pengembangan Model Pengelolaan Danau Sentani Kendala utama yang menjadi elemen kunci dalam pengembangan model pengelolaan Danau Sentani adalah Kurangnya visi dan misi pengelolaan lingkungan 1, Perbedaan tujuan antar stakeholder 2, Perbedaan tujuan antar wilayah administrasi 3, Kualitas dan kuantitas SDM 8, Dukungan peraturan 10, Persaingan kebutuhankepentingan 11 dan Peraturan 12 Gambar 49. Gambar 49. Diagram hierarki dari subelemen kendala utama dalam pengembangan model pengelolaan Danau Sentani Hasil analisis ini menggambarkan pendapat para ahli bahwa kendala utama dalam pengembangan model pengelolaan Danau Sentani diawali oleh Kurangnya visi dan misi pengelolaan lingkungan 1, Perbedaan tujuan antar stakeholder 2, Perbedaan tujuan antar wilayah administrasi 3, Kualitas dan kuantitas SDM 8, Dukungan peraturan 10, Persaingan kebutuhankepentingan Subelemen 1. Kurangnya visi dan misi pengelolaan lingkungan stakeholder atau kurangnya pengetahuan dan kesadaran 2. Perbedaan tujuan antar stakeholder 3. Perbedaan tujuan antar wilayah administrasi 4. Konsistensi arah kerjasama antar stakeholder 5. Konsistensi arah kerjasama antar wilayah administrasi 6. Karakter dan etika dalam kerjasama 7. Koordinasi antar instansi 8. Kualitas dan kuantitas SDM 9. Kekuatan manajemen 10. Dukungan peraturan 11. Persaingan kebutuhankepentingan 12. Penegakan Peraturan 6 4 7 Level 5 Level 4 Level 3 Level 2 Level 1 8 3 2 1 12 11 10 9 5 11 dan Peraturan 12, sub elemen level 5 ini menjadi penggerak utama dan mempengaruhi sub elemen pada level berikutnya. Menurut Soenarno 2001, secara alamiah air akan bergerak dari satu tempat ke tempat lain tanpa mengenal batas politik, sosial ekonomi, bangsa, maupun batas wilayah administrasi bahkan batas negara. Karena itu perlu dikelola dalam satu kesatuan sistem berdasarkan pendekatan ”one lake, one river, one plan and one management system” artinya perlu ada kesamaan tujuan, kesamaan visi dan misi antar stakeholder dan antar wilayah administrasi dalam pengelolaan air. Elemen kendala lainnya yang juga merupakan elemen kunci dalam pengembangan model pengelolaan Danau Sentani adalah karakter dan etika dalam kerjasama pada level 4. Bentuk pelanggaran hukum atau lemahnya penegakan peraturan di Danau Sentani seperti adanya pemukiman di sempadan sungai 50-100 meter dan danau 50 -100 meter dari titik pasang tertinggi, hal ini melanggar Kepres No 32 Tahun 1990 pasal 16 – 18. Data Bapedalda Kabupaten Jayapura 2007 menyebutkan kerusakan hutan di Kabupaten Jayapura disebabkan oleh 1 Kebakaran hutan, 2 Ladang berpindah, 3 iIlegal loging, dan 4 Perambahan hutan. Pelanggaran lain adalah adanya konversi lahan di kawasan cagar alam cycloop, kawasan lindung dan kawasan penyangga Bapedalda Propinsi 2007 dan Bapeldalda Kabupaten 2006. Konversi lahan di kawasan tersebut adalah Galian C, ladang berpindah, pemukiman, pasar dan lain – lain. Hal ini mengakibatkan perubahan bentang alam, erosi, longsor dan pencemaran. Oleh sebab itu bentuk penegakan hukum yang harus diterapkan adalah : a. Penegakan Kepres No 32 Tahun 1990 tentang pengelolaan kawasan lindung. b. Pelarangan galian C di tempat yang tidak layak lingkungan c. Perlunya penguatan regulasi dan sanksi – sanksi hukum punishment bagi illegal loging, perambah hutan dan lain - lain. Penelitian ini memperkuat penelitian Helmer et al. 1997 bahwa Intervensi yang diperlukan dalam pengelolaan perairan termasuk pencemaran air adalah : • Pembuatan kebijakan, perencanaan dan koordinasi Policy making, planning and co-ordination • Persiapan regulasi Preparationadjustment of regulations • Monitoring • Penegakan hukum pembuatan hukum Enforcement of legislation • Pelatihan dan Penyebaran informasi Training and information dissemination Gambar 50 memperlihatkan pengelompokkan sub elemen berdasarkan Driver Power DP dan Dependence D. Berdasarkan nilai Driver Power dan Dependence ke 12 sub elemen dapat dikelompokkan kedalam 4 sektor. Dari Gambar 52 terlihat bahwa sub elemen yang masuk kedalam sektor Dependent adalah Konsistensi arah kerjasama antar stakeholder, Konsistensi arah kerjasama antar wilayah administrasi, Karakter dan etika dalam kerjasama, Koordinasi antar instansi, dan Kekuatan manajemen. Hal ini memberikan makna bahwa kelima sub elemen sektor dependent ini sangat tergantung pada sistem dan tidak mempunyai kekuatan penggerak yang besar kekuatan penggeraknya lemah atau kelima sub elemen tersebut merupakan variabel tak bebas yang akan dipengaruhi sub elemen lainnya dalam sistem. Sub elemen Kurangnya visi dan misi pengelolaan lingkungan , Perbedaan tujuan antar stakeholder, Perbedaan tujuan antar wilayah administrasi, Kualitas dan kuantitas SDM, Dukungan peraturan, Persaingan kebutuhankepentingan dan Peraturan, berada di sektor linkage. Sub – sub elemen sektor linkage ini harus dikaji secara hati – hati dalam megkaji kendala utama pengembangan model pengelolaan Danau Sentani karena akan memberikan dampak terhadap lainnya dan umpan balik pengaruhnya bisa memperbesar dampak tersebut. Sub elemen linkage ini hampir mendekati garis batas sektor linkage dan independent. Oleh sebab itu sub elemen sektor linkage ini memiliki kekuatan penggerak dalam mengkaji kendala pengembangan model pengeloaan Danau Sentani 1, 2, 3, 8, 10, 11, 12 4, 7 5 6 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Gambar 50. Matriks Driver Power DP dan Dependence D untuk elemen kendala utama dalam pengembangan model pengelolaan Danau Sentani

4.3.4. Elemen Tolok Ukur Keberhasilan dalam Pengembangan Model Pengelolaan Danau Sentani