Landasan Teori Valuasi Air Irigasi

45 Sebagai sosok normatif, sistem iuran irigasi berbasis komoditas sangat dipengaruhi oleh simpul strategis seperti dikemukakan di atas. Kajian tentang prospek penerapannya dapat dilakukan secara tidak langsung melalui dua tahapan berikut. Pertama, kajian yang ditujukan untuk memahami partisipasi petani untuk melakukan diversifikasi dalam usahatani sehingga pola yang diterapkannya mendekat ke arah pola tanam optimal. Kedua, kajian tentang partisipasi petani dalam pembayaran iuran irigasi khususnya partisipasinya untuk membayar iuran irigasi sesuai dengan ketentuan yang disepakati. Kedua aspek strategis tersebut dapat dikaji melalui pendekatan positif dengan memanfaatkan data sosial ekonomi di tingkat usahatani. Model analisis yang akan digunakan diharapkan menghasilkan informasi tentang: 1 probabilitas petani untuk berdiversifikasi dan identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi, dan 2 keragaan tentang partisipasi petani dalam pembayaran iuran irigasi, terutama identifikasi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi probabilitas petani untuk memilih kualitas partisipasi yang baik dalam membayar iuran irigasi. Sintesis dari butir-butir pokok kesimpulan yang diperoleh dari kedua pendekatan tersebut menghasilkan sejumlah kesimpulan yang diharapkan dapat menjawab tujuan penelitian ini. Sudah barang tentu, dalam rangka meningkatkan ilmu pengetahuan disertakan pula sejumlah saran untuk penelitian lanjutan.

3.2. Landasan Teori Valuasi Air Irigasi

Sebagaimana dikemukakan di atas, iuran irigasi berbasis komoditas dapat dirumuskan jika harga bayangan air irigasi diketahui. Oleh karena itu langkah awal yang harus ditempuh adalah menentukan harga bayangan air irigasi. Ini dapat dilakukan dengan melakukan valuasi air irigasi. Dengan asumsi bahwa air irigasi dapat diperlakukan sebagai masukan intermediate input dalam usahatani, landasan konseptual untuk valuasi air irigasi dapat mengacu pada teori permintaan masukan sebagaimana lazimnya dalam teori produksi Just et al, 1982; Freeman, 1993; Johanson, 1993. Anggaplah suatu kasus seorang petani memproduksi suatu komoditi tunggal y dengan input tunggal yakni air q dengan fungsi produksi y = fq. Sampai suatu titik tertentu 46 pertambahan penggunaan air meningkatkan produksi dengan pertambahan yang semakin berkurang deminishing return sebagaimana tampak pada Gambar 2. Gambar 2. Ilustrasi grafis fungsi produksi dan nilai produktivitas marginal air Misalkan w dan p masing-masing melambangkan harga air dan harga produk yang dihasilkan. Dengan asumsi petani price taker dan berusaha memaksimumkan keuntungan, maka q w q pf    dan keuntungan  maksimum dicapai pada saat:    w  atau p w q f   , dan  q f Jadi, permintaan terhadap air adalah:        p w f w q 1 dimana q f f     dan w q adalah permintaan air pada harga w sebagaimana tampak pada Gambar 2 di atas. Untuk m jenis komoditas, maka keuntungan adalah:       m j j j j j wq q f p 1  dimana f j adalah fungsi produksi komoditi j sedangkan q j adalah air yang digunakan sebagai input untuk komoditi tersebut, dan p j adalah harga komoditi j, sedangkan j = 1, 2, …, m. Kondisi derajat pertama maksimisasi keuntungan adalah: qw 1 qw 2 w 1 w 2 pfq pf Rp.m 3 air irigasi m 3 f q adalah fungsi produksi; f q  fq adalah produktivitas marginal air irigasi, pfq diukur dalam unit Rp., pf q diukur dalam unit harga Rp.m 3 ; sedangkan p dan w masing-masing menunjukkan harga output dan harga air. 47    j q  atau p w w q f j j   sehingga . , , 2 , 1 , 1 m j p w f w q j     Jadi, permintaan terhadap air sebagai input dalam proses produksi tersebut adalah:        m j m i j j j p w f w q w q 1 1 Ilustrasi grafis untuk kasus 3 komoditas tertera dapat disimak pada Gambar 3. Gambar 3. Fungsi permintaan air irigasi setiap komoditas dan total untuk seluruh komoditas yang tercakup Perluasan untuk kasus n petani dan m komoditas adalah analog. Misalkan q f ij melambangkan fungsi produksi komoditas j yang dihasilkan petani i. Maka:     m j ij i p w f w q 1 adalah fungsi permintaan untuk petani–i, sedangkan untuk keseluruhan petani adalah:           n i m j ij n i i p w f w q w q 1 1 1 1 Sudah barang tentu tambahan jenis input yang lain lahan, tenaga kerja, modal, dan lain-lain dapat diinkorporasikan dalam model tersebut. 1 3 1 2 1 1 1 w q w q w q w q    2 3 2 2 2 1 2 w q w q w q w q    1 2 w q 1 1 w q 1 q f  2 q f  3 q f  Penjumlahan horizontal 3 1 1 , , f dan f f    p w 1 p w 2 1 3 w q q air irigasi q f j  f j q adalah produktivitas marginal air untuk komoditas

j. Fungsi permintaan dalam bentuk inverse untuk semua