Identifikasi Faktor-faktor Strategis Formulasi Iuran Irigasi Berbasis Komoditas

114 dimana: x 1 = indeks diversifikasi usahatani E x 2 = jumlah persil lahan sawah garapan x 3 = luas lahan sawah garapan hektar x 4 = pangsa luas garapan yang statusnya bukan milik x 5 = umur kepala keluarga x 6 = pendidikan kepala keluarga diproksi dari tahun tempuh sekolah x 7 = pendapatan per kapita per tahun x 8 = kontribusi usahatani padi terhadap total pendapatan usahatani sawah x 9 = kontribusi pendapatan dari luar pertanian x 10 = jarak lahan garapan dari pintu tertier x 11 = aksesibilitas lahan garapan terhadap saluran kwarter x 12 = pangsa lahan sawah yang pada musim kemarau kekurangan air x 13 = jumlah hari mengalami kekeringan proksi dari intensitas kekeringan x 14 = nilai pajak lahan proksi dari kualitas lahan x 15 = indeks tanam total luas garapan dibagi total luas baku lahan x 16 = peubah boneka pemilikan pompa irigasi 0 = tidak memiliki, 1=memiliki x 17 = kinerja Pengurus HIPPA 1=sangat buruk, 2=buruk, 3=sedang, 4=baik, 5=sangat baik.

4.5.3. Identifikasi Faktor-faktor Strategis

Secara umum sasaran penerapan sistem iuran irigasi berbasis komoditas adalah: 1 peningkatan efisiensi penggunaan air irigasi yang termanifestasikan melalui peningkatan produktivitas air irigasi, dan 2 peningkatan kapasitas P3A dalam mengakumulasikan dana untuk membiayai operasi dan pemeliharaan irigasi secara mandiri. Hal ini dapat dicapai jika sistem iuran tersebut mampu meningkatkan partisipasi petani dalam menerapkan pola tanam diversifikasi dan pada saat yang sama berhasil mendorong perbaikan kualitas partisipasi petani dalam membayar iuran irigasi. Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang mempengaruhi probabilitas petani untuk mengambil keputusan yang sesuai dengan kondisi itu disebut faktor-faktor strategis karena sangat bermanfaat dalam perumusan kebijakan yang terkait dengan strategi penerapan. 115 Untuk memperoleh opsi-opsi kebijakan yang cakupan implementasinya lebih luas dan efektif maka kategorisasi pilihan perlu dikondisikan agar sifatnya berjenjang. Oleh karena itu dalam identifikasi faktor-faktor tersebut, partisipasi petani dalam penerapan pola tanam hanya dipilah menjadi dua macam yaitu: 1 monokultur, dan 2 diversifikasi. Dengan justifikasi yang sama, kualitas partisipasi petani dalam membayar iuran irigasi juga dipilah menjadi dua kategori yaitu: 1 baik, dan 2 tidak baik. Paduan dari kedua aspek tersebut menghasilkan empat kategori pilihan sebagai berikut: 1. Kategori 1 P_1 : pola tanam adalah monokultur padi dan kualitas partisipasi dalam membayar iuran irigasi adalah tidak baik 2. Kategori 2 P_2 : pola tanam monokultur adalah padi dan kualitas partisipasi dalam membayar iuran irigasi adalah baik 3. Kategori 3 P_3 : pola tanam adalah berdiversifikasi dan kualitas partisipasi dalam membayar iuran irigasi adalah tidak baik 4. Kategori 4 P_4 : pola tanam adalah berdiversifikasi dan kualitas partisipasi dalam membayar iuran irigasi adalah baik Mengacu pada sasaran yang ingin dicapai maka pilihan yang paling diharapkan adalah P_4, sedangkan yang terburuk adalah P_1. Selanjutnya dengan alasan bahwa yang diutamakan adalah perubahan pola tanam yang mengarah pada diversifikasi maka P_3 lebih diinginkan daripada P_2. Dengan demikian jenjang keempat kategori pilihan tersebut jika diurutkan dari yang tertinggi paling diinginkan ke yang terendah adalah P_4 P_3 P_2 P_1. Selanjutnya, sebagaimana dijelaskan di atas Sub Bab 4.5.2 pendekatan yang sesuai untuk menganalisis persoalan seperti ini dapat menggunakan model ologit. Model yang digunakan adalah:                                      k 11 1 1 11 1 1 dan exp 1 1 exp 1 1 Pr Pr         n n n i n n n i i j i j x x u i y β x 116 dimana: x 1 = Fragmentasi lahan sawah, diproksi dari jumlah persil garapan x 2 = Luas sawah garapan hektar x 3 = Proporsi luas garapan yang berstatus bukan milik x 4 = Jumlah tenaga kerja yang bekerjamembantu bekerja di pertanian x 5 = Kemampuan permodalan, diproksi dengan ratio antara total pendapatan terhadap total pengeluaran rumah tangga x 6 = Peranan sawah dalam ekonomi rumah tangga, diproksi dari pangsa pendapatan yang diperoleh dari usahatani di lahan sawah x 7 = Intensitas tanam x 8 = Kelangkaan air irigasi, diproksi dari hasil perkalian antara rasio luas sawah garapan yang mengalami kekeringan dengan durasi hari lahan tersebut mengalami kekeringan x 9 = Kelas lahan sawah, diproksi dari nilai pajak lahan sawah garapan x 10 = Peubah boneka pemilikan pompa irigasi, 0= tidak memiliki, 0 = memiliki x 11 = Kinerja Pengurus HIPPA 1=sangat buruk, 2=buruk, 3=sedang, 4=baik, 5=sangat baik

4.5.4. Pemilihan Variabel Penjelas.