81
4.2.2. Kendala Sumberdaya
Dalam konteks spatial, terdapat dua kategori sumberdaya yaitu: 1 bersifat spesifik wilayah, dan 2 bersifat lintas wilayah. Suatu sumberdaya dikategorikan
bersifat spesifik wilayah jika mobilitas spatialnya sangat kecil atau nol, dan dikategorikan bersifat lintas wilayah jika mobilitas spatialnya sangat tinggi. Sifat
lintas wilayah dapat dipilah lebih lanjut: 1 satu arah misalnya air irigasi, dan 2 dua arah misalnya tenaga kerja. Dalam penelitian ini ada 4 macam
sumberdaya yang tercakup sebagai kendala dalam maksimisasi keuntungan usahatani yaitu lahan, air irigasi, modal, dan tenaga kerja. Rincian masing-masing
kendala tersebut adalah sebagai berikut. 4.2.2.1. Lahan
Kendala sumberdaya lahan bersifat spesifik wilayah karena mobilitas spatialnya dianggap nol. Dalam model yang diterapkan pada penelitian ini
terdapat dua jenis kendala yaitu: 1 ketersediaan sumberdaya, dan 2 definisi. Lahan yang tersedia adalah luas lahan sawah yang berada dalam cakupan layanan
irigasi command
area. Kendala
definisi berupa
persamaan yang
mengekspresikan persyaratan bahwa aktivitas pada waktu t dapat dilakukan jika aktivitas pada waktu t-1 telah selesai siklusnya sehingga ada lahan yang tersedia.
Ketersediaan sumberdaya lahan di Sub DAS Hulu, Sub DAS Tengah, dan Sub DAS Hilir masing-masing adalah 12 321 hektar, 28 904 hektar, dan 27 362 hektar.
4.2.2.2. Air Irigasi Secara teoritis kendala air irigasi tidak bersifat spesifik lokal per Sub DAS
karena pasokan air irigasi di Sub DAS hulu yang lebih atas mempengaruhi pasokan air irigasi di Sub DAS yang lebih bawah dalam suatu yang sifatnya
hubungan rekursif. Mengingat bahwa model merupakan penyederhanaan dan abstraksi dunia nyata Sinaga, 1997 maka model yang baik harus semaksimal
mungkin dapat merefleksikan kondisi empiris. Secara empiris, alokasi spatial air irigasi pada Sistem Irigasi Teknis DAS
Brantas menggunakan pendekatan pengelolaan pasokan supply management – SM dengan pendekatan sistem jatah. Di sisi lain, pada penelitian ini alokasi
82 spatial air irigasi menggunakan pendekatan pengelolaan permintaan yang
dimodifikasi modified demand management – MDM yang dalam penelitian dianggap relevan sebagai transisi dari pendekatan SM ke pendekatan DM demand
management. Sebagaimana dijelaskan di muka, data yang dibutuhkan dalam pendekatan MDM ada dua jenis yaitu: 1 kuantitas air irigasi yang dapat
digunakan sebagai perkiraan kebutuhan minimum di masing-masing Sub DAS, dan 2 ketersediaan air irigasi di masing-masing Sub DAS.
Data tersebut diperoleh dari data Dasarian yang tercatat di Seksi-seksi Cabang Pengairan dimana blok-blok tertier contoh berlokasi. Agar representatif
untuk menggambarkan kondisi normal maka yang digunakan adalah rata-rata pasokan air irigasi dari data deret waktu selama 10 tahun terakhir. Pada data yang
tersedia, satuannya adalah dalam liter per detik per hektar yang dalam penelitian ini dikonversikan dalam m
3
bulan. Ketersediaan air irigasi di masing-masing Sub DAS tertera pada Tabel 4.
Tabel 4. Air Irigasi per bulan yang tersedia di pesawahan irigasi teknis di masing-masing Sub DAS Brantas
10
6
m
3
Bulan
Air irigasi yang tersedia di setiap wilayah contoh Kebutuhan minimum
Bulan Sub DA Hulu
12 321 Ha Sub DAS Tengah
28 904 Ha Sub DAS Hilir
27 362 Ha Hulu
Tengah Hilir
Oktober 26.188 – A
10
21.499 + c
10
.A
10
– B
10
17.907 + g
10
.B
10
11.391 24.405
23.091 November
29.655 – A
11
31.918 + c
11
.A
11
– B
11
26.958 + g
11
.B
11
15.184 34.918
32.142 Desember
41.406 65.560
61.862 -
- -
Januari 42.622
68.342 63.572
- -
- Februari
41.131 64.716
61.251 -
- -
Maret 39.174
60.390 56.905
- -
- April
35.957 52.347
49.529 -
- -
Mei 31.792
43.304 42.772
- -
- Juni
31.405 – A
6
34.745 + c
6
.A
6
– B
6
31.822 + g
6
.B
6
16.673 38.919
36.591 Juli
26.684 – A
7
22.423 + c
7
.A
7
– B
7
18.749 + g
7
.B
7
12.236 26.490
23.907 Agustus
26.077 – A
8
21.205 + c
8
.A
8
– B
8
17.862 + g
8
.B
8
11.600 24.542
23.280 September
25.186 – A
9
20.491 + c
9
.A
9
– B
9
16.498 + g
9
.B
9
10.665 23.438
21.656
Keterangan:
A
t
= air yang ditransfer dari Sub DAS Hulu ke Sub DAS Tengah pada waktu-t c
t
= efisiensi penyaluran A
t
dimana c
t
1 B
t
= air yang ditransfer dari Sub DAS Tengah ke Sub DAS Hilir pada waktu-t g
t
= efisiensi penyaluran B
t
dimana g
t
1 = sebagian ditransfer ke wilayah lain
= estimasi kebutuhan minimum air irigasi untuk Bulan Desember – Mei tidak diperlukan karena secara empiris air irigasi tidak menjadi pembatas.
83 4.2.2.3. Modal Tunai Untuk Usahatani
Modal tunai dibutuhkan untuk membeli sarana produksi, membayar tenaga kerja upahan, menyewa lahan jika lahan garapannya berstatus sewa, dan
sebagainya. Sewa lahan ternyata bervariasi, ada yang per musim tanam ataupun per tahun lintas musim tanam. Untuk sewa lahan yang sifatnya lintas musim
tanam diasumsikan nilai sewa antar musim adalah sama sehingga nilai sewa per hektar per musim tanam sama dengan total nilai sewa lahan dibagi dengan
frekuensi pengusahaannya musim tanam. Secara empiris modal tunai merupakan salah satu kendala yang dihadapi
petani dalam berusahatani. Petani yang kemampuan permodalannya sangat terbatas cenderung menerapkan pola tanam yang hemat kapital. Oleh karena itu
partisipasi petani miskin dalam mengusahakan komoditas-komoditas bernilai ekonomi tinggi pada umumnya sangat rendah karena pengusahaan komoditas
seperti itu cenderung padat modal meskipun sebenarnya secara potensial dapat memberikan keuntungan yang lebih besar.
Data tentang ketersediaan modal tunai usahatani pada suatu wilayah tidak dapat digali secara langsung sehingga perlu diestimasi dengan pendekatan tidak
langsung. Dalam estimasi itu diperlukan asumsi-asumsi yang disesuaikan dengan kondisi empiris dan kerangka pikir teoritis.
Kondisi empiris yang harus diperhitungkan dalam mengembangkan metode estimasi antara lain adalah:
1. Sebagian besar petani mengandalkan cara swadana untuk memenuhi kebutuhan modal usahataninya. Hal ini antara lain disebabkan akses petani
terhadap lembaga perkreditan formal pada umumnya sangat rendah. Di pihak lain lembaga perkreditan formal di pedesaan pada umumnya lebih tertarik
melayani kredit untuk usaha non pertanian seperti industri kerajinan rakyat, perdagangan, ataupun jasa-jasa lainnya.
2. Oleh karena sebagian besar petani mengandalkan sumber permodalan untuk usahatani dari modal sendiri maka kemampuan permodalan usahatani
tergantung pada pendapatan rumah tangga yang bersangkutan. Jadi, kemampuan permodalan berkorelasi positif dengan pendapatan per kapita.
84 3. Sumber pendapatan rumah tangga petani tidak hanya berasal dari usahatani
tetapi juga berasal dari bekerja dan atau berusaha pada kegiatan non usahatani seperti berburuh tani, berburuhbekerja di sektor non pertanian termasuk pula
jika yang bersangkutan menjadi pegawai swastanegeri, berdagang, usaha industri kecil, dan lain sebagainya; bahkan termasuk pula kiriman dari anggota
rumah tangganya yang bekerja di kotaluar negeri sebagai migran sirkuler. 4. Dalam mengalokasikan pendapatan rumah tangga tidak ada pemilahan
eksklusif. Dengan demikian, anggaran yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan modal usahatani tidak hanya berasal dari penerimaan usahatani.
5. Sebagian besar petani yang tidak dapat memenuhi kebutuhan modal usahataninya cenderung meminjam dari petani lainnya sebagai implikasi dari
definisi petani maka pedagang saprodi atau pedagang hasil-hasil pertanian juga merupakan anggota populasi petani jika mereka mengelola usahatani.
6. Dalam transaksi kredit, faktor yang berpengaruh adalah lokasi jarak. Petani mengandalkan sumber pinjaman dari petani lain yang lokasinya lebih dekat.
Terkait dengan ketersediaan modal tunai untuk usahatani tersebut diasumsikan bahwa:
1. Jika air irigasi tidak menjadi kendala maka pola tanam yang diterapkan hanya dibatasi oleh modal yang tersedia.
2. Pengetahuan dan kemampuan teknis petani dalam berusahatani homogen. 3. Mobilitas modal usahatani dalam satu Sub DAS sempurna, sedangkan antar
Sub DAS mobilitasnya dianggap nol karena jarak antar Sub DAS relatif jauh Peta wilayah pada Lampiran 3.
4. Jika petani tidak dapat memenuhi kebutuhan modal usahataninya maka sumber pinjaman yang dapat diakses adalah dari petani lain yang tidak miskin.
5. Petani contoh yang dijadikan responden mewakili populasi petani di lokasi penelitian.
Berdasarkan pertimbangan kondisi empiris butir 1 sampai 6 dan asumsi butir 1 sampai 5 tersebut di atas maka maksimum modal usahatani yang tersedia
85 dapat diproksi dari rata-rata biaya per hektar yang dikeluarkan oleh petani yang
berada di atas garis kemiskinan pada usahatani di persil-persil lahan sawah yang tidak mengalami kendala air irigasi. Dengan demikian dapat dipresentasikan
sebagai berikut:
R R
R R
L G
C M
dimana
R
M modal tunai usahatani yang tersedia di Sub DAS R contoh
R
C rata-rata modal usahatani per tahun yang dikeluarkan petani tidak
miskin di atas garis kemiskinan pada persil-persil sawah garapan di Sub DAS R contoh yang tidak mengalami kendala air irigasi.
R
G rata-rata luas sawah garapan tersebut pada
R
C
R
L total luas sawah di Sub DAS R contoh
Hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah petani tidak miskin yang menguasai persil-persil sawah garapan dengan pasokan air irigasi cukup air
irigasi tidak menjadi kendala di Sub DAS Brantas Hulu, Tengah, dan Hilir masing-masing adalah 37, 22, dan 34 . Rata-rata luas garapan maupun rata-rata
biaya usahatani tunai yang dikeluarkan pada persil-persil lahan sawah tersebut dapat disimak pada Tabel 5.
Tabel 5. Rata-rata luas dan total biaya yang dikeluarkan petani tidak miskin untuk usahatani di lahan sawah yang tak terkendala air irigasi
Jumlah petani Rata-rata biaya usahatani Rp.10
3
Th Wilayah
n
Garapan Ha
= G
R
Total = C
R
Per hektar Sub DAS Hulu
44 36.67
0.826 5 949.8
7 203.2 Sub DAS Tengah
44 22.00
1.447 10 712.6
7 403.3 Sub DAS Hilir
55 34.38
1.038 7 473.7
7 200.1
Dengan pendekatan seperti tersebut di atas, maka perkiraan modal tunai untuk usahatani yang tersedia di masing-masing Sub DAS adalah sama dengan
hasil pembagian kolom 5 dengan kolom 4 pada Tabel 5 dikalikan dengan luas lahan sawah di masing-masing Sub DAS tersebut. Hasil estimasi modal tunai
usahatani yang tersedia di masing-masing Sub DAS tertera pada Tabel 6.
86 Tabel 6. Perkiraan modal yang tersedia untuk biaya tunai usahatani di wilayah
pesawahan irigasi teknis DAS Brantas, 19992000 Modal tunai yang tersedia Rp.10
6
Th Wilayah
Total luas sawah Hektar
Total Per Hektar
Sub DAS Brantas Hulu 12 321
88 747.1 7.203
Sub DAS Tengah 28 904
213 988.4 7.403
Sub DAS Hilir 27 362
196 998.8 7.200
4.2.2.4. Tenaga Kerja Tenaga kerja dipilah menjadi dua kategori yaitu tenaga kerja manusia dan
tenaga kerja mesin. Tenaga kerja manusia dapat dipilah lebih lanjut menjadi dua jenis yaitu pria dan wanita. Dalam penelitian ini diasumsikan substitusi tenaga
kerja manusia antar kategori adalah sempurna sehingga tenaga kerja wanita yang tersedia dapat dikonversikan dalam unit pengukuran untuk tenaga kerja pria.
Faktor konversi adalah perbandingan total tingkat upah termasuk upah dalam bentuk natura tenaga kerja wanita terhadap total tingkat upah tenaga kerja pria.
Ketersediaan tenaga kerja manusia diestimasi dengan cara berikut. Langkah pertama adalah menentukan populasi rumah tangga yang bekerja dalam
aktivitas usahatani. Diasumsikan bahwa rumah tangga yang bekerja di usahatani hanya terdiri dari dua: 1 rumah tangga petani, dan 2 buruh tani murni. Langkah
kedua, mengestimasi pasokan tenaga kerja per rumah tangga untuk aktivitas usahatani yang diproksi dari rata-rata jumlah tenaga kerja per rumah tangga yang
bekerja dan atau membantu bekerja di usahatani. Oleh karena tenaga kerja rumah tangga juga dialokasikan pada kegiatan di luar usahatani lahan sawah, maka rata-
rata Hari Orang Kerja HOK yang tersedia per musim tanam untuk usahatani di lahan sawah diasumsikan sama dengan pangsa HOK pada usahatani di lahan
sawah terhadap total HOK rumah tangga yang dicurahkan untuk seluruh aktivitas ekonomi dikalikan dengan 90 asumsi HOK efektif per musim tanam. Bobot
untuk anggota rumah tangga usia kerja yang statusnya bekerja di usahatani adalah satu, sedangkan yang statusnya membantu bekerja adalah setengah.
Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa mobilitas spatial tenaga kerja adalah sempurna. Di sisi lain, fakta memperlihatkan bahwa di pedesaan terdapat
variasi musiman dalam ketersediaan tenaga kerja, terutama tenaga kerja manusia.
87 Hal ini disebabkan adanya migrasi tenaga kerja ke kota yang sifatnya musiman.
Berdasarkan kondisi tersebut di atas, pada penelitian ini ketersediaan tenaga kerja tidak dipilah menurut Sub DAS tetapi hanya dipilah berdasarkan musim tanam.
Terkait dengan potensi intensitas tanam yang dapat diterapkan, di wilayah pertanian beririgasi teknis dikenal tiga musim tanam yaitu: 1 Musim Tanam
MT I yang umumnya berlangsung pada periode Oktober – Januari, 2 MT II Februari – Mei, dan 3 MT III Juni – September. Selain itu, meskipun
sesungguhnya tidak akurat Musim Tanam I seringkali juga disebut usahatani Musim Hujan MH, sedangkan MT II dan MT III masing-masing disebut pula
usahatani Musim Kemarau-1 MK-1 dan Musim Kemarau-2 MK-2. Populasi rumah tangga petani di masing-masing region diestimasi dari
data primer, sedangkan estimasi populasi rumah tangga buruh tani murni diperoleh dari data sekunder yang dikumpulkan dari desa-desa lokasi penelitian
dengan sejumlah penyesuaian. Metode yang digunakan adalah sebagai berikut:
3 1
R Rm
m
TKTAN TKTAN
dimana:
Rm R
R Rm
Rm
TKWTAN UPAHP
UPAHW TKPTAN
TKTAN
m Rm
Rm R
R R
R Rm
HOKEF HOKPTOT
HOKPUSH JARPBK
JARPK l
L TKPTAN
5 .
m Rm
Rm R
R R
R Rm
HOKEF HOKWTOT
HOKWUSH JARWBK
JARWK l
L TKWTAN
5 .
dimana: TKTAN
Rm
= jumlah tenaga kerja untuk usahatani di Sub DAS R pada musim m yang tersedia
TKPTAN
Rm
= jumlah tenaga kerja pria untuk usahatani di Sub DAS R pada musim m yang tersedia
TKWTAN
Rm
= jumlah tenaga kerja pria untuk usahatani di Sub DAS R pada musim m yang tersedia
L
R
= luas lahan sawah di Sub DAS R
R
l = rata-rata luas pemilikan sawah di Sub DAS R
R
JARPK = rata-rata jumlah anggota rumah tangga pria yang bekerja
88
R
JARPBK = rata-rata jumlah anggota rumah tangga pria berstatus
membantu kerja
R
JARWK = rata-rata jumlah anggota rumah tangga wanita yang bekerja
R
JARWBK = rata-rata jumlah anggota rumah tangga wanita berstatus
membantu kerja
Rm
HOKPUSH = rata-rata jumlah hari kerja pria untuk usahatani
Rm
HOKPTOT = rata-rata jumlah hari kerja pria untuk kegiatan ekonomi
Rm
HOKWUSH = rata-rata jumlah hari kerja wanita untuk usahatani
Rm
HOKWTOT = rata-rata jumlah hari kerja wanita untuk usahatani
m
HOKEF = jumlah hari orang kerja HOK efektif per musim
sebagaimana dijelaskan di atas adalah 90 HOK R
= 1, 2, dan 3 masing-masing melambangkan Sub DAS Brantas Hulu Sub DAS Brantas Tengah, dan Sub DAS
Brantas Hilir. m
= 1, 2, dan 3 masing-masing adalah MH, MK-1 dan MK-2 Di lapangan, tenaga kerja mesin yang paling penting adalah untuk kegiatan
pengolahan tanah. Berdasarkan pertimbangan itu, dalam penelitian ini tenaga kerja mesin yang diperhitungkan adalah traktor. Estimasi ketersediaan tenaga
kerja traktor didasarkan atas data dan atau informasi yang diperoleh dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Lokasi Penelitian Tulungagung, Kediri,
Nganjuk, Sidoarjo. Berdasarkan data dan informasi yang tersedia, dapat diestimasi kapasitas kerja pengolahan dari traktor yang tersedia. Satuan
kapasitas olah adalah dalam hektar. Konversi ke satuan Hari Kerja Traktor HKT dilakukan dengan cara mengalikan kapasitas kerja tersebut dengan rata-rata
kebutuhan per hektar tenaga kerja traktor untuk pengolahan tanah. Hasil estimasi ketersediaan tenaga kerja mesin dan tenaga kerja manusia tertera pada Tabel 7.
Tabel 7. Ketersediaan tenaga kerja di wilayah pesawahan irigasi teknis DAS Brantas, 19992000
Kategori Tenaga kerja Satuan
MT I MH MT II MK-1 MT III MK-2 1. Manusia
10
3
HOKP 12 300.5
12 291.4 11 201.9
2. Mesin Traktor 10
3
HKT 193.0
193.0 193.0
HOKP = Hari Orang Kerja setara Pria rata-rata 8 jam kerja per hari HKT
= Hari Kerja Traktor rata-rata 10 jam kerja per hari
89
4.2.3. Kendala Historis Pola Tanam