Pengusahaan Tanaman Padi di Pesawahan Irigasi Teknis DAS Brantas

144

5.5.2. Pengusahaan Tanaman Padi di Pesawahan Irigasi Teknis DAS Brantas

Sawah dibangun dengan tujuan agar kondisi lingkungan ekosistem tersebut kondusif untuk usahatani padi. Oleh karena itu, indeks pertanaman padi di lahan sawah seringkali digunakan sebagai proksi kinerja irigasi. Meskipun dalam konsep irigasi modern penggunaan tolok ukur itu dianggap semakin tidak relevan, tetapi dalam praktek masih berlaku sampai saat ini. Luas tanam padi di pesawahan DAS Brantas masih dominan meskipun diversifikasi usahatani di wilayah ini termasuk paling berkembang di Indonesia. Pada MT I MH, luas tanam padi lebih dari 85 . Angka ini menurun menjadi sekitar 65 pada MT II MK-1. Pada musim tanam ini, sekitar 30 dari luas lahan sawah ditanami palawija dan sayuran. Untuk MT III MK-2, komoditas dominan adalah palawija dan sayuran. Luas tanam padi pada musim ini kurang dari 5 persen. Sebaran spatial pengusahaan tanaman pangan yang membutuhkan air irigasi terbanyak yakni padi, adalah Gambar 16:  Dominasi luas tanam padi pada MT I MH terjadi di semua Sub DAS di DAS Brantas; berkisar antara 81– 90 .  Pada MT II MK-1, proporsi luas tanam padi di Sub DAS Hilir dan Tengah, kurang dari 60 dari luas areal masing-masing wilayah tersebut. Ini berbeda dengan di Sub DAS Hilir yang masih mencapai angka di atas 80 .  Proporsi luas tanam padi MT III MK-2 yang terbesar adalah di Sub DAS Brantas Tengah karena ketersediaan air irigasinya paling baik. Gambar 16. Proporsi luas areal tanam padi di masing-masing Sub DAS 80.5 54.0 1.4 87.8 56.8 9.0 88.1 84.2 1.1 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Musim Musim kemarau-1 Musim kemarau- Hulu Tengah Hilir 145 Salah satu indikator intensitas penanaman yang sering dipakai adalah Indeks intensitas tanam Cropping Index – CI. Hasil analisis menunjukkan bahwa rataan agregat CI di areal pesawahan DAS Brantas adalah sekitar 260 . Angka CI tertinggi dicapai petani di Sub DAS Tengah, sedangkan yang terendah di Sub DAS Hilir. Angka ini tidak banyak berbeda dengan hasil penelitian Nippon Koei and Nikken Consultants 1998 yang menunjuukan bahwa CI tahun 1994-1996 berkisar antara 257 – 264 ; tetapi lebih tingga rata-rata CI lahan sawah irigasi untuk keseluruhan Pulau Jawa yang diperkirakan hanya sekitar 179 . Intensitas tanam yang tinggi itu bukan hanya merupakan kontribusi dari ketersediaan air dari irigasi gravitasi semata, tetapi juga irigasi pompa. Secara empiris pemanfaatan irigasi pompa di Indonesia paling intensif adalah di DAS Brantas Pakpahan et al, 1993.

5.5.3. Penggunaan Masukan dan Produktivitas Usahatani Komoditas Utama