Potensi Kerugian Akibat Luas Tanam Padi Tidak Optimal

169

6.5. Potensi Kerugian Akibat Luas Tanam Padi Tidak Optimal

Padi adalah komoditas utama dalam sistem usahatani di lahan sawah. Posisinya sangat strategis dalam kehidupan keseharian masyarakat. Bahkan secara nasional bukan hanya strategis dari sudut pandang ekonomi tetapi juga politik sehingga dalam batas-batas tertentu mendorong terjadinya bias kebijakan di bidang pangan. Oleh karena telah berjalan demikian lama, beberapa kelemahan akibat pengistimewaan komoditas ini telah membentuk persepsi umum bahwa perluasan secara berlebihan komoditas padi tidak berdampak negatif terhadap keuntungan usahatani di lahan sawah. Sebagai ilustrasi, dalam beberapa tahun yang lalu oleh karena pasokan padi domestik menipis maka dilancarkan program intensitas penanaman padi 3 kali per tahun IP Padi 300. Ketika itu cukup banyak pakar yang sebenarnya tidak sepaham dengan program ini dengan alasan: 1 khawatir terjadi eksplosi serangan hama dan penyakit tanaman padi khususnya maupun untuk tanaman pangan pada umumnya, 2 degradasi kesuburan fisik dan kimia tanah, serta 3 potensi kerugian yang dihadapi oleh petani. Melalui analisis pasca optimal dapat dihitung kerugian ekonomi yang terjadi akibat penerapan luas tanam padi yang tidak optimal. Dalam penelitian ini, untuk mempermudah komputasi maupun interpretasi hasil maka dibuat beberapa skenario luas tanam padi. Hasil analisis menunjukkan jika luas tanam padi lebih rendah 10 dari optimal maka keuntungan bersih usahatani turun dari 1.73 juta rupiah per hektar menjadi 1.67 juta rupiah per hektar 3 . Sebaliknya, jika lebih tinggi 10 dari luas tanam optimal maka keuntungan usahatani juga turun menjadi 1.64 juta rupiah per hektar 5 . Kerugian semakin besar jika bias luas tanam terhadap kondisi optimal semakin lebar. Dalam ukuran per hektar perbedaan itu relatif kecil, akan tetapi untuk total luas lahan sawah 68 587 hektar luas lahan dalam model kerugiannya cukup besar Tabel 28. Indeks pertanaman padi CI kondisi aktual adalah 156.4, sedangkan solusi optimal adalah 148.3. Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, keuntungan bersih yang terjadi pada konsisi aktual adalah sekitar 9.6 lebih rendah jika dibandingkan dengan keuntungan bersih yang diperoleh pada kondisi optimal. 170 Tabel 28. Pengaruh perubahan luas tanam padi terhadap keuntungan usahatani Keuntungan bersih Rp.10 6 tahun Luas tanam padi dibanding kondisi optimal Total Per hektar Selisih terhadap kondisi optimal Lebih rendah 20 108 581.4 1 583.1 -8.30 Lebih rendah 15 112 132.6 1 634.9 -5.31 Lebih rendah 10 114 871.0 1 674.8 -2.99 Lebih rendah 5 117 209.2 1 708.9 -1.02 Optimal 118 414.8 1 726.5 - Lebih tinggi 5 116 779.4 1 702.6 -1.38 Lebih tinggi 10 112 555.3 1 641.1 -4.95 Lebih tinggi 15 107 857.7 1 572.6 -8.92 Lebih tinggi 20 101 426.8 1 478.8 -14.35 Total luas sawah adalah 68 587 hektar. Pelajaran yang dapat dipetik dari analisis tersebut adalah: jika luas tanam padi yang dilakukan petani saat itu lebih kecil dari pola optimal maka peningkatan produksi padi sinergis dengan peningkatan pendapatan. Akan tetapi jika luas tanam padi yang diterapkan petani lebih besar dari pola optimal maka peningkatan luas tanam padi justru menyebabkan keuntungan usahatani yang diperoleh menurun. Persoalannya adalah bahwa secara empiris proporsi luas tanam optimal itu tidak diketahui sehingga secara pragmatisme yang dapat ditempuh hanyalah fenomena yang sifatnya ekstrim. Dalam kaitan itu, jelas bahwa potensi kerugian akibat penerapan IP Padi 300 cukup besar.

6.6. Fungsi Penawaran Normatif Komoditas Padi