Pengaruh Perubahan Pasokan Air Irigasi Terhadap Diversifikasi

163 rendah dan karenanya nilai guna air irigasi bagi petani relatif rendah. Dalam kondisi demikian itu maka peningkatan harga pada proporsi sedikitpun akan mendorong penurunan kuantitas air irigasi yang diminta dalam proporsi yang sangat besar. Kesimpulannya, pada level harga tinggi maka makna dari elastisitas permintaan lebih relevan untuk skenario penurunan harga, sedangkan pada level harga yang sangat rendah lebih relevan untuk skenario peningkatan harga. Permintaan air irigasi pada kondisi aktual berada pada segmen kurva permintaan yang tidak elastis. Ini merupakan fenomena yang lazim ditemukan pada permintaan air irigasi pada level harga rendah sebagaimana dinyatakan dalam Perry 2002. Implikasi dari sifat inelastis tersebat adalah bahwa peningkatan harga air irigasi kurang efektif sebagai instrumen untuk mendorong pengurangan penggunaan air irigasi. Tetapi perlu digaris bawahi bahwa hal itu adalah fenomena jangka pendek. Secara teoritis permintaan jangka panjang adalah lebih elastis sehingga efektivitas harga sebagai instrumen pendorong efisiensi penggunaan air irigasi meningkat. Dikaitkan dengan fenomena empiris perilaku seperti itu logis. Secara empiris diperlukan waktu yang relatif panjang untuk mengubah perilaku petani dalam pengelolaan air irigasi khususnya maupun dalam pengelolaan usahatani pada umumnya. Ini terkait dengan perilaku petani dalam pengelolaan irigasi yang dipengaruhi oleh banyak faktor baik yang sifatnya teknis, ekonomi, maupun sosial budaya secara simultan. Mengubah perilaku yang determinannya berada dalam dimensi teknis atau ekonomi membutuhkan waktu relatif lebih pendek daripada faktor-faktor yang berada pada dimensi sosial budaya karena melibatkan nilai- nilai cenderung mengakar dalam kehidupan masyarakat.

6.3. Pengaruh Perubahan Pasokan Air Irigasi Terhadap Diversifikasi

Analisis pasca optimal perubahan pasokan air irigasi menghasilkan informasi tentang arah diversifikasi. Ternyata, pengaruh pasokan air irigasi terhadap indeks diversitas tidak linier pola tanam optimal untuk beberapa skenario pasokan air irigasi dapat disimak pada Lampiran 16 – 18. 164 Jika pasokan air irigasi menurun maka indeks diversitas diukur dengan Indeks Entrophy juga menurun atau pasokan air irigasi meningkat lebih dari 5 persen Gambar 21. Pada lingkup agregat DAS Brantas, jika air irigasi semakin langka maka proporsi luas tanam padi menurun dan diversifikasi juga mengerucut mengarah pada kelompok komoditas hemat air yang keuntungan usahataninya relatif tinggi. Sebaliknya pada kondisi air berlimpah, proporsi luas tanam padi semakin meningkat dan untuk kelompok komoditas non padi mengerucut pada Gambar 21. Pengaruh perubahan pasokan air irigasi terhadap diversifikasi komoditas yang menghasilkan keuntungan lebih tinggi meskipun konsumsi air irigasinya relatif tinggi pula. Pada lingkup Sub DAS fenomenanya lebih beragam. Di Sub DAS Hulu indeks pertanaman CI padi jika pasokan air irigasi meningkat 5 maka CI hampir tidak berubah. Tetapi jika pasokan air irigasi meningkat 10 maka CI naik cukup besar. Di Sub DAS Tengah jika pasokan air irigasi meningkat 10 maka CI yang terjadi justru lebih rendah daripada peningkatan CI 5 . Fenomena serupa juga terjadi di Sub DAS Hilir Tabel 26. Kebiasaan pola tanam merupakan salah satu sebab CI padi relatif resisten terhadap pengaruh kelangkaan air irigasi. Perhatikan bahwa pada level agregat, jika pasokan air irigasi turun 5 maka CI padi hanya turun dari 1.483 menjadi 1.472 dan untuk kelompok komoditas non padi turun dari 1.142 menjadi 1.112. 2.400 2.450 2.500 2.550 2.600 2.650 2.700 2.750 2.800 2.850 2.900 .9 .9 1 .9 2 .9 3 .9 4 .9 5 .9 6 .9 7 .9 8 .9 9 1 .0 1 .0 1 1 .0 2 1 .0 3 1 .0 4 1 .0 5 1 .0 6 1 .0 7 1 .0 8 1 .0 9 1 .1 Hulu Te ngah Hil i r DAS B ran tas Pasokan air irigasi 1.00 = kondisi aktual I n d e k s d iv e r s it a s 165 Demikian juga, jika pasokan air irigasi turun 10 maka CI padi turun menjadi 1.433, sedangkan CI padi turun menjadi 1.083. Jika disimak lebih jauh terlihat adanya kecenderungan untuk mempertahankan tanaman padi di semua Sub DAS. Tabel 26. Pengaruh perubahan pasokan air irigasi terhadap intensitas tanam Perubahan pasokan air irigasi Wilayah Komoditas Turun 10 Turun 5 Normal Naik 5 Naik 10 Sub DAS Hulu Padi 1.441 1.487 1.488 1.487 1.579 Non padi 1.164 1.128 1.137 1.137 1.055 Total 2.605 2.615 2.625 2.623 2.634 Sub DAS Tengah Padi 1.403 1.474 1.477 1.476 1.474 Non padi 1.136 1.150 1.160 1.161 1.159 Total 2.539 2.624 2.638 2.637 2.633 Sub DAS Hilir Padi 1.462 1.463 1.487 1.486 1.484 Non padi 0.991 1.064 1.124 1.131 1.130 Total 2.452 2.527 2.611 2.617 2.613 DAS Brantas Padi 1.433 1.472 1.483 1.482 1.497 Non padi 1.083 1.112 1.142 1.145 1.129 Total 2.516 2.584 2.625 2.627 2.625 Kecenderungan untuk mengutamakan komoditas padi disebabkan oleh banyak faktor antara lain: 1 merupakan komoditas subsisten untuk petani kecil, 2 potensi keuntungannya relatif moderat, 3 risiko usahataninya relatif lebih rendah, dan 4 secara umum kondisi ekosistem pesawahan paling cocok untuk usahatani padi. Selain itu secara historis tujuan mengembangkan pesawahan memang untuk usahatani padi dan secara empiris berbagai kebijakan pemerintah dalam pengembangan usaha pertanian tanaman pangan memang bias ke padi. Kebutuhan tanaman terhadap air irigasi bersifat khas. Oleh karena itu pertambahan marginal keuntungan bersih usahatani akibat peningkatan pasokan air irigasi semakin menurun. Jika air irigasi turun sampai 10 maka keuntungan bersih usahatani turun dari 1.73 juta rupiah per hektar per tahun menjadi 1.66 juta rupiah per hektar per tahun turun 3.9 , sebaliknya jika pasokan air irigasi naik 10 keuntungan bersih usahatani hanya meningkat menjadi 1.73 juta rupiah per hektar per tahun, artinya hanya meningkat sekitar 0.3 Gambar 22. 166 Gambar 22. Pengaruh pasokan air irigasi terhadap keuntungan bersih usahatani

6.4. Pengaruh Penghematan Konsumsi Air Irigasi