37 atau VPC Young, 1996. Dengan metode CINI estimasi harga air dari proses
produksi multi-product dengan multi input mudah dilakukan. Misalkan Y adalah vektor keluaran komoditas-komoditas yang diusahakan
dan X adalah vektor masukan yang digunakan, dan P adalah harga-harga masukan dan keluaran. Dengan asumsi bahwa petani adalah price taker maka pendapatan
bersih Z yang diperoleh dari pengusahaan seperangkat jenis komoditas dapat dipresentasikan:
n j
xj i
m i
yi i
P X
P Y
1 1
Z 5
dan perubahan pendapatan bersih adalah:
Z Z
Z
1
6
dimana subscript 0 dan 1 menunjukkan status ketersediaan air. Z menunjukkan
tambahan surplus ekonomi yang diperoleh dari status 0 ke status 1. Dalam aplikasi CINI dibutuhkan sejumlah a priori judgment terutama
menyangkut: a luas usahatani per jenis tanaman, b respon tanaman terhadap penggunaan air, dan c teknologi distribusi air yang digunakan. Ini diperlukan
agar model yang dikembangkan tidak menghasilkan solusi yang artificial – dalam arti jauh sekali dari realitas Young, 1996. Itu dapat dilakukan melalui
pemahaman kondisi empiris yang berkaitan dengan pola pengusahaan komoditas secara komprehensif.
2.3.1. Permasalahan Konseptual Dalam Spesifikasi Fungsi Produksi
Dari pembahasan di atas tampak bahwa dalam valuasi air irigasi dalam pengembangan model water-crop production function w-cpf merupakan langkah
pertama yang harus ditempuh. Dalam konteks itu muncul dua jenis permasalahan konseptual berikut. Pertama, berkaitan dengan kelengkapan daftar masukan yang
digunakan dalam proses produksi. Semakin banyak jumlah variabel masukan yang tidak terikutkan dalam model maka hasil valuasi semakin bias ke atas
overstated. Ketidak lengkapan jumlah variabel yang dicakup dalam model umumnya terjadi manakala pendekatan jangka pendek short run digunakan
untuk merepresentasikan kondisi jangka panjang long run sehingga masukan
38 yang seharusnya bersifat variabel diasumsikan bersifat tetap. Masalah kedua
berkaitan dengan akurasi pendugaan respon tingkat output terhadap jenis masukan tertentu Young, 1996.
Selain kedua permasalahan tersebut, kesulitan yang dihadapi dalam pengukuran empiris penggunan air irigasi juga mengakibatkan spesifikasi peranan
air dalam fungsi produksi tidak dapat ditentukan. Pada sistem irigasi permukaan surface irrigation dengan teknik alir-genang flow irrigation, petani tidak
pernah mengukur kuantitas air yang digunakan dalam usahataninya sehingga pengumpulan data melalui metode survey sosial ekonomi tidak dapat ditempuh.
Oleh sebab itu, para peneliti umumnya lebih menyukai estimasi w-cpf melalui percobaan experimental production function. Dengan pendekatan ini respon
produksi terhadap tingkat penggunaan air irigasi dapat diketahui dengan tepat. Bouman dan Tuong 2000 berdasarkan suatu meta analysis terhadap
sejumlah hasil penelitian lebih dari 30 menyimpulkan bahwa respon produksi padi terhadap air merupakan suatu fungsi negative exponential growth dengan
bentuk persamaan:
1
W W
P A
e Y
Y
, dimana Y
A
adalah produktivitas aktual, Y
P
adalah produktivitas potensial yaitu produktivitas yang dicapai pada kondisi air tidak merupakan pembatas, W adalah tingkat penggunaan air mm,
W adalah ambang batas penggunaan air no-yield water application threshold,
dan adalah efisiensi penggunaan air semula initial water use efficiency. Perlu
dicatat bahwa produksi pada Y
P
tidak sama dengan evapotranspirasi padi, karena produksi optimal padi masih memerlukan adanya tambahan air untuk
penggenangan pada tahap-tahap tertentu pertumbuhannya. Bentuk hubungan yang lain adalah seperti yang dikemukakan dalam Dinar and Letey 1996 maupun
Rosegrant et al 2000 dalam studinya di Maipo River Basin di Chile sebagai berikut:
max 2
max 1
ln E
w a
E w
a a
Y Y
i i
P A
dimana w
i
menunjukkan air yang meresap infiltrated water, E
max
adalah evapotranspirasi maksimum, sedangkan a
, a
1
, dan a
2
adalah koefisien dugaan.
39
2.3.2. Pendekatan Kuantitatif Untuk Valuasi Air Irigasi Dengan Metode CINI