Metode Pengumpulan Data METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian

127 Tabel 9. Blok Tertier dan Rumah Tangga Contoh di Lokasi Penelitian Keterangan Sub DAS Hulu Sub DAS Tengah Sub DAS Hilir Sumber sadapan Dam Wlingi Bendung Gerak Mrican Dam Lengkong Wilayah irigasi contoh Lodoyo-Tulungagung 12 321 Ha 1. Mrican Kanan 16 334 Ha 2. Mrican Kiri 12 570 Ha Delta Brantas 27 362 Ha Blok tertier contoh 1. RW 2.A 2. NT Kanan 3. CD 1 Kiri a. Mrican Kanan Bpp12 dan Bpp17 b. Mrican Kiri Kw 6, Kw 16, dan Kw 23. 1. P 23 2. Pj. 5. LB 3. Mg. 2 Kanan 4. Kp. 16 Kiri Wilayah administratif Tulungagung Kediri dan Nganjuk Sidoarjo Jumlah petani contoh 120 200 160

4.7. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan metode survey 1 . Data primer yang dikumpulkan terdiri atas: 1 data sosial ekonomi rumah tangga petani, dan 2 data usahatani dan kelembagaan pengelolaan irigasi di tingkat kelompok petani pengguna air irigasi HIPPA. Instrumen penelitian untuk menggali data primer adalah kuesioner yang telah disempurnakan berdasarkan masukan dari hasil uji yang dilakukan pada saat survey pendahuluan. Data tersebut mencakup kondisi yang terjadi dalam satu tahun kalender pertanian MT III 1999, MT I 2000, dan MT II 2000. Survey utama dilakukan pada Bulan Agustus - September 2000. Data sekunder dikumpulkan dari lembaga-lembaga terkait. Data pasokan air irigasi dan keadaan tanaman di lapangan diperoleh dari Cabang Seksi Pengairan dan arsip yang disimpan oleh Juru Pengairan data Dasarian di lokasi penelitian terkait. Data Curah Hujan dan data-data lain yang relevan dikumpulkan dari Dinas Pengairan dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan di Kabupaten terkait. Pengumpulan data tersebut dilakukan secara bertahap selama survey pendahuluan yang dilakukan sebanyak 3 kali bersamaan dengan penentuan lokasi contoh. 1 Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan sebagian data yang dikumpulkan dalam penelitian kerjasama antara Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian PSE – International Food Policy Research Institute IFPRI – Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah Kimpraswil – Perum Jasa Tirta I PJT I yang berjudul Irrigation Investment, Fiscal Policy, and Water Resource Allocation in Indonesia and Vietnam. Sebagai salah satu anggota Tim Penelitian tersebut, penulis disertasi ini merupakan kontributor utama dalam disain pengambilan contoh, pengembangan instrumen penelitian untuk pengumpulan data sosial ekonomi rumah tangga petani maupun kelompok P3A HIPPA; dan secara penuh melakukan pengumpulan data di lapangan.

V. SUMBERDAYA AIR, PENGELOLAAN IRIGASI DAN KERAGAAN USAHATANI DI DAERAH IRIGASI BRANTAS

5.1. Keragaan Umum Daerah Aliran Sungai Brantas

Daerah Aliran Sungai DAS Brantas terletak di bagian barat-tengah Provinsi Jawa Timur, terbentang pada ordinat antara 110 30’ – 112 55’ Bujur Timur dan 7 01’ – 8 15’ Lintang Selatan Lampiran 3. DAS ini dikelilingi oleh beberapa gunung berapi, dua diantaranya masih aktif yaitu Gunung Semeru dan Gunung Kelud. Secara geologi, wilayah ini terbentuk dari formasi tertier termasuk batuan basalt dan andesit di vulkanis hulu, marine limestone di dataran rendah serta delta. Dataran rendah dan delta terdiri dari tanah alluvial silt, clay loams yang sangat cocok untuk pertanaman padi JICA, 1998. Luas DAS adalah sekitar 11 800 Km 2 . Sungai utama adalah S. Brantas. Hulu sungai berada di kaki Gunung Arjuno. Dari hulu sampai ke titik sungai ini bercabang menjadi dua sungai Kali Surabaya dan Kali Porong panjangnya adalah sekitar 258 km. Sungai ini bermuara di Selat Madura. Secara keseluruhan, DAS Brantas mencakup 6 wilayah tangkapan air yaitu Kali Lesti, Kali Konto, Kali Widas, Kali Brantas, Kali Ngrowo, dan Kali Surabaya. Secara administratif DAS ini mencakup 9 Kabupaten dan 5 Kotamadya. Diurut dari hulu, kabupaten tersebut adalah: Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Nganjuk, Jombang, Mojokerto, Sidoarjo, Kota Surabaya, dan sebagian wilayah Kabupaten Pasuruan dan Gresik. DAS Brantas adalah wilayah yang paling berkembang di Jawa Timur. Pada tahun 1999, jumlah penduduk di wilayah ini sekitar 15.2 juta jiwa 43 persen dari total jumlah penduduk Jawa Timur. Dalam perekonomian, kontribusinya terhadap pendapatan regional GDP Jawa Timur mencapai 58 persen. Dengan kata lain rata-rata GDP per kapita wilayah ini relatif lebih tinggi dari pada rata- rata agregat Jawa Timur. Dalam struktur perekonomian wilayah, selain sumbangan dari sektor industri dan jasa yang terutama berkembang di wilayah urban dan sekitarnya, perkembangan sektor pertanian di wilayah ini juga termasuk paling maju di Jawa Timur.