89
4.2.3. Kendala Historis Pola Tanam
Berdasarkan pengalaman selama ini, valuasi air irigasi dengan metode CINI seringkali membutuhkan adanya sejumlah a priori judgment Young, 1996
yang mengacu pada kondisi empiris yang menggambarkan pola tanam dan teknik pengairan yang diaplikasikan dalam usahatani. Jadi, penyertaan kendala tersebut
dalam pemodelan adalah untuk mengkondisikan agar feasible region yang diekspresikan dalam model representatif terhadap kondisi empiris. Justifikasinya
adalah sebagai berikut. Jika diasumsikan petani adalah rasional, maka pola tanam yang diterapkan
mencerminkan pilihan yang diambil dalam rangka mencapai tujuan. Justifikasinya adalah bahwa dalam pola tanam tercakup komposisi komoditas yang yang
dimensinya mencakup: jenis komoditas apa, skala pengusahaan berapa, dan waktu pengusahaan kapan. Ketiga aspek itu merupakan substansi strategis dalam
proses pengambilan keputusan dalam rasionalitas petani untuk memaksimumkan keuntungan usahataninya berdasarkan sejumlah kendala yang dihadapinya.
Sebagai individu yang rasional maka petani juga melakukan penyesuaian terhadap perkembangan yang terjadi di lingkungannya. Oleh karena itu, peta
historis pola tanam semestinya mencerminkan dinamika dari respon petani terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan yang dilakukannya dalam
pengelolaan usahatani. Jika sistem sosial komunitas petani terbuka tidak terisolasi, maka perkembangan pola tanam sebenarnya juga merupakan wujud
dari inovasi dan adaptasi kelembagaan dalam sistem pengelolan usahatani. Terkecuali jika terjadi suatu perubahan lingkungan yang sangat besar dan atau ada
intervensi dari luar yang secara cepat revolusi mampu mengubah pilihan yang dihadapi oleh suatu komunitas petani, pada umumnya gerak perubahan dan arah
perkembangan pola tanam berlangsung sedikit-demi sedikit gradual. Dengan demikian dalam periode yang pendek variasi pola tanam antar tahun tidak terlalu
besar. Jadi, dalam batas-batas tertentu peta historis pola tanam dapat dimaknai sebagai daerah layak feasible region pola pengusahaan komoditas yang
diterapkan oleh komunitas petani; dan dalam jangka pendek perubahan yang terjadi cenderung mengikuti pola yang diterapkan.
90 Dalam dimensi kuantitatif peta yang dimaksud di atas adalah
perkembangan luas tanam masing-masing komoditas yang dapat diamati dari data deret waktu. Jika luas tanam masing-masing komoditas per tahun terinci per
musim tanam, maka dapat diperoleh peta yang lebih rinci. Ada tiga aspek penting yang tercakup dalam data seperti itu: 1 ragam jenis komoditas yang
diusahakan, 2 dinamika luas pengusahaan masing-masing komoditas yang diusahakan, dan 3 pola musiman pengusahaan komoditas.
Penyajian kuantitatif peta historis pola tanam yang ringkas dapat ditempuh melalui pemanfaatan ukuran pemusatan nilai tengah, median, modus
dan ukuran dispersi maksimum – minimum, ragam, standar deviasi perkembangan pola tanam dari data deret waktu yang tersedia. Ukuran pemusatan
yang paling lazim digunakan adalah rata-rata aljabar arithmatic mean, sedangkan ukuran dispersi yang paling luas digunakan adalah galat baku
standard deviation. Dalam penelitian ini yang dipergunakan untuk merepresentasikan peta
historis pola tanam adalah rata-rata dan galat baku perbandingan luas tanam antar komoditas antar tahun. Justifikasinya: 1 informasi terpenting yang dibutuhkan
adalah komparasi antar komoditas, dan 2 pemanfaatannya lebih fleksibel daripada besaran absolutnya.
Kendala historis pola tanam yang digunakan dalam penelitian ini dapat dipresentasikan sebagai berikut:
A EDRm
q j
Dj p
i Ei
B EDRm
Rm
x x
1 1
yang dapat pula dituliskan menjadi:
1 1
Rm q
j Dj
A EDRm
Rm p
i Ei
x H
x dan
1 1
Rm q
j Dj
B EDRm
Rm p
i Ei
x H
x
91 dimana:
A EDRm
H = nilai rata-rata perbandingan luas tanam x
i
dalam kelompok komoditas E terhadap luas tanam x
j
dalam kelompok komoditas D di Sub DAS R pada musim m
ditambah simpangan bakunya; yang dihitung berdasarkan luas tanam tahun-tahun sebelumnya data deret waktu.
B EDRm
H = nilai rata-rata perbandingan luas tanam x
i
dalam kelompok komoditas E terhadap luas tanam x
j
dalam kelompok komoditas D di Sub DAS R pada musim m
ditambah simpangan bakunya; yang dihitung berdasarkan luas tanam tahun-tahun sebelumnya data deret waktu.
Data perkembangan luas tanam yang digunakan dalam estimasi
A EDRm
H maupun
B EDRm
H adalah data sekunder yang diperoleh dari Seksi-seksi Cabang
Pengairan di lokasi contoh yang dilengkapi dengan data yang diperoleh dari wawancara dengan Pengurus P3A contoh. Hasil estimasi tertera pada Tabel 8.
Tabel 8. Nilai Rata-rata dan galat baku perbandingan luas tanam antar kelompok komoditas menurut musim tanam di wilayah pesawahan irigasi teknis
DAS Brantas pada periode 1990 - 2000
PH-1 terhadap P PH-2 terhadap PH-1
Tebu terhadap P Sub DAS
Musim Tanam
Rata-rata STD
Rata-rata STD
Rata-rata STD
MT I 0.047
0.027 0.475
0.094 -
- MT II
0.217 0.119
0.458 0.130
- -
MT III 7.313
3.732 0.401
0.141 -
- Sub DAS
Hulu Setahun
- -
- -
0.048 0.009
MT I 0.016
0.008 0.465
0.091 -
- MT II
0.215 0.114
0.457 0.135
- -
MT III 7.417
3.736 0.406
0.148 -
- Sub DAS
Tengah Setahun
- -
- -
0.052 0.009
MT I 0.043
0.022 0.458
0.072 -
- MT II
0.209 0.108
0.464 0.133
- -
MT III 7.420
3.639 0.414
0.150 -
- Sub DAS
Hilir Setahun
- -
- -
0.059 0.010
: P, PH-1, PH-2 masing-masing adalah kelompok komoditas padi, palawijahortikultur kategori 1, dan palawijahortikultur kategori 2.
: Galat baku standard deviation.
= total luas tanam x
i
dari kelompok komoditas E di Sub DAS R pada musim m
Rm p
i Ei
x
1
= total luas tanam x
j
dari kelompok komoditas D di Sub DAS R pada musim m
Rm q
j Dj
x
1
92
4.2.4. Kebutuhan Sumberdaya