Status Garapan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Partisipasi Petani

212

7.3.6. Status Garapan

Partisipasi petani dalam iuran irigasi dipengaruhi oleh status lahan garapannya. Hasil estimasi menunjukkan bahwa semakin tinggi proporsi lahan garapan petani yang bukan milik sendiri, semakin rendah peluang petani untuk berpartisipasi lebih baik dalam membayar iuran irigasi. Penyebab terbentuknya fenomena ini antara lain adalah: 1. Meskipun yang berkewajiban membayar IPAIR maupun Iuran HIPPA adalah penggarap, tetapi implementasinya tidak selalu demikian. Pada status garapan bagi hasil penyakapan, sebagian besar penggarap adalah petani miskin sehingga mereka bukan merupakan prioritas sasaran pembayar IPAIR maupun Iuran HIPPA. 2. Sebagian petani mempunyai persepsi bahwa yang berkewajiban membayar iuran irigasi adalah pemilik lahan. 3. Persewaan maupun bagi hasil dilakukan pada musim kemarau dan komoditas yang ditanam adalah palawija dan atau sayuran dan secara historis IPAIR hanya diberlakukan untuk komoditas padi. Di areal pesawahan irigasi teknis, petani yang seluruh garapan usahataninya berstatus milik adalah sekitar 60 . Dari seluruh populasi ternyata sekitar 12 adalah penggarap murni, dalam arti seluruh garapannya milik orang lain, dan sekitar 28 adalah petani yang sebagian garapan usahataninya berasal dari menyewa dan atau menyakap dari orang lain. Pada kelompok petani yang seluruh garapannya adalah berstatus milik, proporsi petani yang tidak berpartisipasi dalam iuran irigasi adalah 10 , sedangkan yang patuh membayar semua kewajiban dalam pembayaran iuran irigasi sekitar 34 . Ini sangat berbeda dengan petani yang seluruh garapan usahataninya adalah milik orang lain. Pada kelompok ini, yang tidak berpartisipasi adalah sekitar 23 , sedangkan yang berpartisipasi penuh hanya 15 . Partisipasi petani yang sebagian lahan garapannya berstatus non milik berada diantara kedua ekstrim tersebut Tabel 62. 213 Tabel 62. Sebaran petani menurut partisipasinya dalam iuran irigasi dan status garapan usahatani, 19992000 Status lahan usahatani yang digarap Partisipasi dalam iuran irigasi 100 milik Campuran 100 non milik Tidak berpartisipasi 9.9 20.3 22.6 Hanya membayar IPAIR 24.1 21.8 11.3 Hanya membayar Iuran HIPPA 31.6 30.8 50.9 Membayar IPAIR dan Iuran HIPPA 34.4 27.1 15.1 Pearson  6 2  24.5070 Pr = 0.000 Jadi, pada wilayah pesawahan irigasi yang pemilikan tanahnya timpang sehingga sebagian besar petani hanyalah penggarap maka secara umum partisipasi petani dalam membayar iuran irigasi adalah rendah. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa secara umum prospek penerapan iuran irigasi akan lebih baik pada wilayah yang distribusi pemilikan tanahnya lebih merata sehingga sebagian besar petani memiliki lahan garapan usahatani sendiri.

7.3.7. Jarak Persil Sawah Garapan Dari Pintu Tertier