166
Gambar 22. Pengaruh pasokan air irigasi terhadap keuntungan bersih usahatani
6.4. Pengaruh Penghematan Konsumsi Air Irigasi
Cara pemberian air yang dipraktekkan petani dalam usahatani padi secara garis besar dapat dipilah ke dalam 4 kegiatanfase pertumbuhan: a kegiatan
pengolahan tanah, b fase pertumbuhan umur tanaman 4 hari setelah tanam HST – 50 HST, c umur 55 HST – tanaman berbunga serempak, dan d masa
pengisian biji. Faktor utama yang menyebabkan konsumsi air irigasi untuk usahatani padi cenderung berlebih adalah adanya penggenangan secara berlebihan
pada fase-fase pertumbuhan tersebut. Secara teknis tanaman padi memang membutuhkan penggenangan.
Menurut hasil penelitian, selain memasok air untuk memenuhi kebutuhan tanaman evapotranspirasi penggenangan juga dapat menekan pertumbuhan gulma dan
meningkatkan ketersediaan beberapa unsur hara yang dibutuhkan tanaman De Datta, 1981. Jadi secara agronomi, padi tumbuh lebih baik dan lebih produktif
jika ditanam di lahan tergenang daripada di tanah kering Bhuiyan et al, 1998. Secara empiris kecenderungan yang terjadi adalah bahwa perlakuan
penggenangan seringkali berlebihan. Berdasarkan data yang diperoleh melalui wawancara dengan petani, gambaran tentang praktek penggenangan dalam
usahatani padi adalah sebagai berikut. Rata-rata tinggi penggenangan yang dilakukan petani lebih dari 6 Cm, bahkan pada fase pengisian biji umumnya lebih
dari 7 Cm. Tinggi minimum yang dipertahankan petani adalah 1 Cm.
1 .
6 5
8 1
. 6
6 8
1 .
6 7
8 1
. 6
8 7
1 .
6 9
5 1
. 7
3 1
. 7
1 1
1 .
7 1
8 1
. 7
2 3
1 .
7 2
5 1
. 7
2 6
1 .
7 2
7 1
. 7
2 8
1 .
7 2
9 1
. 7
2 9
1 .
7 3
1 .
7 3
1 .
7 3
1 .
7 3
1 1
. 7
3 1
1 .
7 3
1
1.600 1.625
1.650 1.675
1.700 1.725
1.750
0.90 0.95
1.00 1.05
1.10 Indeks pasokan air irigasi 1.00 = kondisi aktual
R p
.1
6
m
3
T h
167 Apakah mengurangi tinggi penggenangan dari rata-rata 6 – 7 Cm menjadi
4 – 5 Cm tidak mempengaruhi produktivitas, perlu kajian lebih lanjut. Secara agronomi, hasil penelitian De Datta 1981 di Los Banos memperoleh kesimpulan
bahwa produktivitas padi IR-8 dengan tinggi penggenangan 7.5 Cm tidak berbeda nyata dengan tinggi penggenangan 5 Cm. Bahkan penelitian Wickham dan Sen
1978 di Indonesia memperoleh kesimpulan bahwa di Jawa Barat hasil tertinggi dicapai pada tinggi penggenangan 5 Cm, sedangkan di Jawa Timur 2.5 Cm.
Penelitian yang lebih baru Salim, 1995 juga memperoleh kesimpulan tidak banyak berbeda dari kedua penelitian itu. Pelajaran yang dapat dipetik dari hasil-
hasil penelitian tersebut adalah bahwa secara teknis penghematan penggunaan air irigasi dalam usahatani padi cukup potensial.
Pengaruh penghematan konsumsi air untuk usahatani padi dapat dilakukan melalui post optimality analisis dengan mengubah koefisien kebutuhan air irigasi
untuk usahatani komoditas tersebut. Dalam penelitian ini dibuat 4 skenario yaitu penggunaan air irigasi turun 5, 10, 15, dan 20. Pengaruh penghematan air
irigasi terhadap pola tanam optimal tertera pada Tabel 27, sedangkan terhadap keuntungan bersih usahatani tertera pada Gambar 23.
Tabel 27. Pengaruh penghematan konsumsi air dalam usahatani padi terhadap indeks pertanaman
Konsumsi air irigasi per hektar pada usahatani padi Wilayah
Kelompok komoditas
Tetap Turun 5
Turun 10 Turun 15 Turun 20 Padi
1.488 1.493
1.497 1.501
1.514 Non padi
1.137 1.135
1.132 1.130
1.118 Sub DAS Hulu
Total 2.625
2.628 2.629
2.631 2.632
Padi 1.477
1.480 1.481
1.487 1.499
Non padi 1.160
1.160 1.163
1.167 1.173
Sub DAS Tengah
Total 2.638
2.640 2.644
2.655 2.672
Padi 1.487
1.491 1.493
1.498 1.500
Non padi 1.124
1.127 1.127
1.116 1.096
Sub DAS Hilir Total
2.611 2.618
2.620 2.614
2.596 Padi
1.483 1.487
1.489 1.494
1.502 Non padi
1.142 1.142
1.143 1.140
1.132 DAS BRantas
Total 2.625
2.629 2.632
2.634 2.634
168
Gambar 23. Pengaruh penghematan konsumsi air irigasi pada usahatani padi
terhadap keuntungan bersih usahatani
Hasil analisis menunjukkan bahwa turunnya konsumsi air untuk usahatani padi dapat meningkatkan luas tanam dalam satu tahun. Untuk cakupan agregat
DAS Brantas, jika konsumsi air irigasi per hektar usahatani padi turun 20 maka indeks pertanaman total meningkat dari 2.625 menjadi 2.634. Indeks
pertanaman untuk padi meningkat dari 1.483 menjadi 1.502, sedangkan untuk non padi turun dari 1.142 menjadi 1.132. Pola perubahan indeks pertanaman seperti itu
terjadi di semua Sub DAS meskipun bervariasi. Dari analisis ini juga diperoleh kesimpulan bahwa peningkatan total indeks pertanaman tidak linier. Pada
penurunan konsumsi air irigasi untuk tanaman padi sampai 15 CI cenderung meningkat meskipun relatif kecil; tetapi lebih dari itu justru terjadi stagnasi.
Secara relatif, peningkatan keuntungan bersih usahatani memang tidak cukup besar dan pertambahan marginalnya semakin menurun. Sebagai contoh,
jika konsumsi per hektar turun 5 maka keuntungan bersih usahatani hanya meningkat sekitar 0.6 persen, dan penghematan konsumsi air irigasi dalam
usahatani padi sebanyak 15 hanya meningkatkan keuntungan bersih sekitar 1.1 persentahun. Rendahnya peningkatan keuntungan bersih usahatani tersebut
disebabkan oleh terbatasnya sumberdaya modal yang tersedia, sehingga pertambahan luas tanam kelompok komoditas non padi lebih banyak mengarah
pada komoditas yang tidak bernilai ekonomi tinggi karena kebutuhan modal per hektarnya jauh lebih rendah.
1700 1710
1720 1730
1740 1750
0.00 0.20
0.40 0.60
0.80 1.00
Keuntungan
1726 1736
1742 1746
1748
Perubahan
0.57 0.33
0.20 0.13
Aktual Turun 5
Turun 10 Turun 15
Turun 20
Rp. 10
3
HaTh
169
6.5. Potensi Kerugian Akibat Luas Tanam Padi Tidak Optimal