Keragaan Diversifikasi Usahatani di Pesawahan Irigasi DAS Brantas

VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPLEMENTASI IURAN IRIGASI BERBASIS KOMODITAS

7.1. Keragaan Diversifikasi Usahatani di Pesawahan Irigasi DAS Brantas

Profil diversifikasi dapat dianalisis dari pola tanam. Pola tanam merefleksikan fakta yang menyangkut pilihan petani mengenai apa yang diusahakan what, berapa luas how much, dan kapan waktu pengusahaannya when. Secara empiris meskipun pola tanam antar tahun dinamis tetapi perubahannya gradual – terkecuali ada perilaku iklim yang sangat ekstrim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun sebagian besar lahan sawah di DAS Brantas beririgasi teknis, akan tetapi pada musim hujan tidak semua petani mengusahakan tanaman padi di lahan sawahnya. Bahkan, dalam beberapa tahun terakhir, ada kecenderungan makin berdiversifikasi. Bahan yang digunakan untuk analisis pola tanam adalah data dari hasil sensus luas tanam di Blok Tertier. Hasil analisis menunjukkan bahwa pola tanam di lokasi penelitian cukup beragam. Di lokasi penelitian, pada tahun 19992000 teridentifikasi ada 80 macam pola tanam Lampiran 18 dengan cakupan 22 jenis komoditas yang diusahakan. Sepuluh besar pola tanam dominan dapat disimak pada Tabel 41. Tabel 41. Pola tanam dominan di wilayah pesawahan DAS Brantas, 19992000. Persil Lahan Luas Lahan Pola tanam Jumlah Hektar Padi-padi-kedele 203 19.9 43.6 19.8 padi-padi-bera 212 20.8 37.0 16.9 Padi-padi-jagung 125 12.2 28.1 12.8 padi-jagung-jagung 43 4.2 13.2 6.0 Padi-padi-Kacang hijau 76 7.4 12.4 5.6 padi-tembakau 54 5.3 10.2 4.6 Padi-padi-padi 44 4.3 9.3 4.2 Padi-bengkoang-jagung 30 2.9 6.7 3.1 Tebu 8 0.8 6.4 2.9 Padi-padi-blewah 13 1.3 5.4 2.5 Lainnya 74 jenis pola tanam 213 20.8 47.3 21.5 Total 1021 100.0 219.6 100.0 190 Pola tanam terluas adalah padi-padi-kedele, artinya pada MT I dan MT II petani menanam padi, sedangkan pada MT III menanam kedele. Proporsinya, baik dalam konteks persil maupun luas areal mencapai 20 . Dari sudut pandang luas hamparan, urutan berikutnya adalah padi-padi-bera 17 , dan padi-padi jagung 13 . Luas hamparan dengan pola tanam padi-padi-padi adalah 4 , sedangkan tebu 3 . Usahatani tebu umumnya dilakukan di persil-persil lahan yang relatif lebih luas dari rata-rata. Bagi petani, sekuen pengusahaan suatu komoditas menurut musim tanam tidak hanya tergantung pada ketersediaan air irigasi tetapi juga fakto-faktor lain. Pola tanam berimplikasi pula pada urusan penyediaan sarana produksi yang harus disediakandibeli, tenaga kerja, modal, dan tentu saja ekspektasi mengenai arus pendapatan saat menikmati panen. Dalam konteks agregat, yang terpenting adalah luas kumulatif jenis komoditas per musim tanam karena berimplikasi pada perkiraan penawaran output dan permintaan input, termasuk kebutuhan air irigasi. Oleh sebab itu, analisis pola tanam dalam level agregat lazimnya mengacu pada proporsi luas tanam suatu jenis komoditas per musim tanam. Secara agregat, luas pengusahaan masing-masing jenis komoditas dominan per musim tanam pada tahun 19992000 adalah sebagai berikut Tabel 42. Luas lahan bera tidak ditanami pada MT I, MT II, dan MT III mencapai 5, 7, dan 26 dari total luas sawah di wilayah ini. Faktor-faktor yang menyebabkan lahan tidak digarap ada beberapa macam. Sebagian dari lahan sawah untuk sementara tidak diusahakan karena kendala teknis yang terkait dengan perpindahan status penggarapan ataupun akibat lanjutan dari jadwal tanam tahun sebelumnya yang memaksa petani menunda penggarapan sampai waktu tanam berikutnya. Faktor lain adalah kondisi air irigasi di lahan sawah yang bersangkutan. Pada MT I, dijumpai adanya petak-petak sawah yang terpaksa tidak digarap karena genangan yang terlampau tinggi. Ini terjadi jika persil sawah tersebut elevasinya terlalu rendah, sedangkan drainasenya buruk. Pada MT III sebagian besar lahan sawah terpaksa bera karena terbatasnya air irigasi. 191 Table 42. Luas areal tanam di pesawahan irigasi teknis DAS Brantas, 19992000 Tanaman MT I MT II MT III Padi 86.20 65.79 4.41 Jagung 3.53 11.32 26.60 Kedele 0.14 0.54 20.51 Kacang tanah 0.16 0.14 0.99 Kacang hijau 0.00 0.01 5.89 Tebu 2.93 2.93 2.93 Tembakau 0.00 5.56 2.93 Bengkoang 0.00 4.33 0.06 Cabai 0.69 0.67 2.45 Bawang merah 0.01 0.17 0.00 Tomat 0.00 0.09 0.13 Semangka 0.00 0.23 0.31 Melon 0.00 0.00 4.04 Lainnya 1.39 1.13 2.33 Bera 4.95 7.09 26.42 Total 100.00 100.00 100.00 Lazimnya, tanaman utama di sawah adalah padi. Proporsi luas tanam padi pada MT I, MT II, dan Mt III masing-masing adalah 86, 66, dan 4 dari total luas sawah di wilayah ini. Selain padi, kelompok komoditas tanaman pangan terpopuler di lahan sawah adalah palawija. Dalam kelompok ini, urutan peringkatnya adalah jagung, kedele, kacang hijau, dan kacang tanah. Tanaman hortikultura yang dominan adalah cabai, tomat, bawang merah, bengkoang, semangka, dan melon. Selain padi ada beberapa komoditas yang pengusahaannya cenderung spesifik lokasi. Sebagai contoh, tembakau banyak diusahakan di Sub DAS Hulu; bengkoang, cabai dan bawang merah di Sub DAS Tengah, sedangkan semangka dan blewah di Sub DAS Hilir. Pembandingan antar Sub DAS memperlihatkan bahwa pola tanam yang paling berdiversifikasi adalah di di Sub DAS Brantas Tengah. Diversifikasi yang paling rendah adalah di Sub DAS Brantas Hilir. Secara empiris faktor-faktor penunjang berkembangnya diversifikasi seperti kemudahan dalam memperoleh sarana produksi maupun penyaluran produksi dari usahatani komoditas non padi di ketiga Sub DAS tersebut tidak banyak berbeda. Tampaknya kecenderungan tersebut terkait dengan beberapa 192 faktor berikut. Pertama, ketersediaan air irigasi; dimana diversifikasi cenderung berkembang di lokasi yang tingkat ketersediaan airnya moderat. Kedua, struktur penguasaan lahan usahatani. Secara umum rata-rata luas garapan petani di Sub DAS Hilir adalah yang terkecil dan terdiri dari persil-persil lahan yang jumlahnya lebih banyak. Distribusi antar petani di Sub DAS Hilir juga paling timpang. Ketiga, struktur pendapatan rumah tangga. Kontribusi pendapatan usahatani lahan sawah terhadap pendapatan rumah tangga petani di Sub DAS Hilir adalah yang terkecil jika dibandingkan dengan petani di dua Sub DAS lainnya.

7.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Untuk Berdiversifikasi