Identifikasi Faktor-faktor Strategis FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPLEMENTASI IURAN IRIGASI BERBASIS KOMODITAS

215 probabilitas pilihan yang tertingi adalah untuk kategori 3 dan 4. Rata-rata probabilitas untuk tidak berpartisipasi Pr_1, atau berpartisipasi parsial dengan hanya membayar IPAIR, masing-masing sekitar 14 dan 21 . Peluang terbesar adalah berpartisipasi parsial dengan membayar Iuran HIPPA Pr_3 yakni 34 , sedangkan peluang untuk berpartisipasi penuh dengan membayar kedua jenis iuran tersebut adalah sekitar 30 . Hubungan antara kecenderungan untuk tidak berpartisipasi Pr_1 dengan kecenderungan untuk memilih tingkat partisipasi yang lebih baik Pr_2, Pr_3, dan Pr_4 dapat disimak pada Gambar 28. Gambar 28. Hubungan antara Pr_1 dengan Pr_2, Pr_3, dan Pr_4 dalam partisipasi membayar iuran irigasi

7.4. Identifikasi Faktor-faktor Strategis

Hasil estimasi menunjukkan bahwa dari 11 variabel yang dihipotesakan berpengaruh ternyata ada 8 variabel yang berpengaruh positif, satu variabel berpengaruh negatif, dan dua variabel tidak berpengaruh nyata. Faktor-faktor positif adalah luas sawah garapan, jumlah tenaga kerja pertanian, kemampuan permodalan, peranan pendapatan dari usahatani di lahan sawah terhadap total pendapatan rumah tangga, intensitas tanam, tingkat kelangkaan air irigasi, kelas lahan sawah, dan kinerja pengurus HIPPA. Faktor yang berpengaruh negatif adalah fragmentasi lahan Tabel 64.

0.0 0.1

0.2 0.3

0.4 0.5

0.6 0.7

0.8 0.9

0.0 0.1

0.2 0.3

0.4 0.5

0.6 0.7

Pr_4 Pr_3 Pr_2 Mean StD Min Max Pr_1 0.141 0.113 0.009 0.581 Pr_2 0.211 0.092 0.027 0.335 Pr_3 0.344 0.067 0.121 0.411 Pr_4 0.304 0.185 0.030 0.823 Pr_1 216 Tabel 64. Parameter dugaan faktor-faktor yang mempengaruhi peluang petani untuk berdiversifikasi dan berpartisipasi lebih baik dalam iuran irigasi Variabel penjelas Koefisien Galat baku Pz 1. Fragmentasi lahan sawah -0.269 0.064 0.000 2. Luas sawah garapan 0.195 0.094 0.037 3. Proporsi garapan bukan milik -0.232 0.336 0.489 4. Jumlah tenaga kerja pertanian 0.152 0.080 0.058 5. Kemampuan permodalan 0.230 0.105 0.029 6. Peranan sawah dalam ekonomi rumah tangga 0.654 0.319 0.041 7. Intensitas tanam 1.387 0.217 0.000 8. Kelangkaan air irigasi 0.149 0.071 0.037 9. Kelas lahan sawah 0.010 0.005 0.043 10. Peubah boneka pemilikan pompa irigasi 0.132 0.252 0.600 11. Kinerja Pengurus HIPPA 0.409 0.084 0.000 cut1 3.662 0.760 cut2 4.591 0.776 cut3 5.791 0.792 Ordered logistic regression Number of obs = 468 LR chi211 = 155.76 Prob chi2 = 0.0000 Log likelihood = -477.14788 Pseudo R2 = 0.1403 Probabilitas dugaan untuk P_1, P_2, P_3, dan P_4 untuk setiap observasi adalah Pr_1, Pr_2, Pr_3 dan Pr_4. Rata-rata probabilitas masing-masing pilihan tersebut serta ilustrasi grafis yang menunjukkan hubungan antara probabilitas memilih P_1, P_2, P_3, dan P_4 disajikan pada Gambar 29. Tampak bahwa probabilitas untuk pilihan P_4 adalah dominan, yakni sekitar 0.52. Rata- rata probabilitas untuk memilih P_2 dan P_3 masing-masing adalah 0.12 dan 0.21, sedangkan untuk P_1 adalah 0.15. Pilihan ekstrim adalah Pr_1 yakni alternatif yang jenjangnya terendah dan Pr_4 yaitu alternatif yang jenjangnya tertinggi. Dalam model ologit hubungan antara probabilitas memilih alternatif terbaik jenjang tertinggi dengan probabilitas memilih alternatif terburuk jenjang terendah merupakan suatu kurva cembung ke titik 0. Secara keseluruhan jumlah Pr_2, Pr_3, dan Pr_4 semakin kecil seiring dengan meningkatnya Pr_1 karena total probabilitas = 1. 217 Sumbu x absis adalah probabilitas pilihan P_1 yaitu Pr_1, sedangkan ordinat adalah probabilitas alternatifnya P_2, P_3, dan P_4 yakni Pr_2, Pr_3, dan Pr_4. Titik A adalah perpotongan antara Pr_4 dengan Pr_3. Pada titik ini Pr_1 = 0.230, Pr_2 = 201, Pr_3 = Pr_4 = 0.285. Titik B adalah perpotongan antara Pr_2 dengan Pr_3. Pada titik ini Pr_1 = 0.380, Pr_2 = Pr_3 = 0.229, dan Pr_4 = 0.162. Gambar 29. Hubungan antara Pr_1, Pr_2, Pr_3 dan Pr_4 dalam penerapan pola tanam diversifikasi dan membayar iuran irigasi Di sebelah kiri titik A Pr_1 0.230 maka pilihan di luar P_1 yang probabilitasnya terbesar adalah P_4. Antara titik A dan B 0.230 Pr_1 0.380 pilihan diluar P_1 yang probabilitasnya terbesar adalah P_3. Artinya, kecenderungan untuk memilih P_3 P_4. Di sebelah kanan titik B dimana Pr_1 0.380 maka pilihan di luar P_1 yang probabilitasnya terbesar adalah P_2. Di daerah ini Pr_2 Pr_3 Pr_4. Dengan kata lain, grafik tersebut dapat dimanfaatkan untuk memprediksi ke arah mana kecenderungan pilihan di luar akan terjadi jika probabilitas pilihan untuk alternatif yang jenjangnya terendah berada di luar titik-titik ekstrim per definisi, titik ekstrim untuk P_1 adalah 0 dan 1. Pada Pr_1 = 0 maka secara otomatis probabilitas P_4 yakni Pr_4 = 1, sedangkan pada Pr_1=1, maka secara otomatis probabilitas alternatif lainnya = 0.

0.0 0.2

0.4 0.6

0.8 1.0

0.0 0.2

0.4 0.6

0.8 1.0

Mean StD Min Max Pr_1 0.15 0.17 0.00 0.87 Pr_2 0.12 0.06 0.00 0.23 Pr_3 0.21 0.07 0.00 0.29 Pr_4 0.52 0.24 0.02 1.00 Pr_4 Pr_3 Pr_2 Pr_1 218 Hasil estimasi Tabel 64 dapat digunakan untuk mengetahui prospek pengembangan diversifikasi dan penerapan iuran irigasi berbasis komoditas. Berdasarkan hasil analisis tersebut, peluang keberhasilan akan lebih tinggi jika diterapkan di suatu wilayah irigasi dengan karakteristik:  Lahan garapan lebih terkonsolodasi tidak terfragmentasi,  Rata-rata luas sawah garapan tidak terlalu kecil,  Jumlah tenaga kerja untuk usahatani di lahan sawah cukup,  Kemampuan permodalan memadai,  Peranan usahatani di lahan sawah dalam perekonomian dominan,  Intensitas tanam yang telah diterapkan cukup tinggi,  Air irigasi yang tersedia relatif langka,  Aksesibilitas hamparan cukup baik,  Kinerja pengurus organisasi P3A HIPPA cukup baik. Kesimpulan tersebut sangat berguna untuk menentukan lokasi-lokasi percontohan dalam tahap introduksi sistem iuran irigasi berbasis komoditas. Dalam tahap perluasan dan pengembangan, hasil identifikasi ini berguna sebagai salah satu masukan dalam perumusan kebijaksanaan. Beberapa butir pokok kebijaksanaan yang kondusif untuk penerapan iuran berbasis komoditas adalah: 1. Peningkatan akses petani terhadap modal usahatani. Ini dapat ditempuh dengan mempermudah petani memperoleh kredit dari lembaga perbankan. 2. Perbaikan akses lahan terhadap prasarana perekonomian, misalnya melalui pengembangan jalan pedesaan dan jalan usahatani. 3. Penyuluhan untuk meningkatkan intensitas tanam. 4. Peningkatan kinerja organisasi P3A. Jelas bahwa kondisi yang sesuai untuk mendorong proses konsolidasi pengelolaan usahatani dan peningkatan rata-rata luas garapan sangat kondusif. Ini dapat dikondisikan melalui pendekatan langsung maupun tidak langsung. Pendekatan langsung adalah melalui kebijakan di bidang keagrariaan – meskipun hal ini sifatnya adalah jangka panjang. Pendekatan tidak langsung dapat ditempuh melalui perluasan kesempatan kerja luar pertanian di pedesaan secara nyata.

VIII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN, DAN SARAN UNTUK PENELITIAN LANJUTAN

8.1. Kesimpulan

Iuran irigasi berbasis komoditas dapat dirumuskan dengan memanfaatkan harga bayangan air irigasi. Dalam penelitian ini, metode yang diterapkan untuk valuasi air irigasi adalah salah satu varian dari pendekatan Residual Imputation Approach yaitu metode perubahan pendapatan bersih dengan pemrograman linier. Penerapan iuran irigasi berbasis komoditas efektif untuk meningkatkan efisiensi penggunaan air irigasi jika instrumen ini efektif untuk mendorong diversifikasi usahatani ke arah komoditas pertanian yang lebih hemat air. Prospek penerapannya ditentukan oleh faktor-faktor yang secara simultan kondusif untuk meningkatkan partisipasi petani dalam diversifikasi dan partisipasinya dalam pembayaran iuran irigasi. Beberapa kesimpulan pokok hasil penelitian adalah: 1. Secara umum pola tanam pada solusi optimal lebih berdiversifikasi ke arah komoditas palawija dan atau hortikultur. Proporsi luas tanam padi pada Musim Tanam MT I, MT II, dan MT III masing-masing adalah 83.4, 61.1, dan 3.8 dari total luas areal. Keuntungan tunai usahatani pada solusi optimal lebih tinggi sekitar 9.6 dan kontribusi keuntungan yang diperoleh dari usahatani padi masih tetap yang tertinggi meskipun dominasinya menurun. Keuntungan tertinggi diperoleh dari usahatani pada MT II. 2. Harga bayangan air irigasi dipengaruhi oleh sebaran temporal dan sebaran spatial ketersediaan maupun kebutuhan air irigasi. Sebaran temporal ketersediaan air irigasi dipengaruhi oleh curah hujan, sedangkan kebutuhan tanaman terhadap air irigasi selain dipengaruhi oleh curah hujan juga ditentukan oleh jenis tanaman, evapotranspirasi, dan teknik pemberian air ke tanaman. Oleh karena itu, harga bayangan air irigasi pada Bulan Desember sampai dengan Mei adalah nol, sedangkan pada Bulan Juni sampai dengan November positip. Harga bayangan air irigasi yang tertinggi terjadi pada Bulan September yakni sekitar Rp. 58m 3 . Dalam konteks spatial, harga bayangan air irigasi yang terendah adalah di Sub DAS Hulu, sedangkan yang tertinggi adalah di Sub DAS Hilir.