158
Gambar 18. Pola sebaran temporal harga bayangan air irigasi per bulan di
wilayah pesawahan irigasi teknis DAS Brantas
Faktor yang menentukan harga bayangan air irigasi bukan hanya tingkat kelangkaan sumberdaya tersebut, tetapi juga keuntungan usahatani dari komoditas
yang diusahakan di masing-masing Sub DAS tersebut. Oleh karena itu, produktivitas usahatani, harga-harga masukan, dan harga-harga keluaran
komoditas pertanian sangat menentukan. Meskipun harga bayangan air irigasi sangat berfluktuasi, seringkali
dibutuhkan pula informasi tentang nilai rataannya. Dalam konteks ini disajikan dua jenis rataan dengan dua cara penghitungan: 1 rata-rata yang perhitungannya
hanya didasarkan pada periode ketika air irigasi langka harga bayangannya positif, dan 2 rata-rata dari seluruh periode termasuk periode ketika air irigasi
tidak langka harga bayangannya nol. Hasilnya disajikan pada Tabel 24. Tabel 24. Rata-rata harga bayangan air irigasi menurut cakupan perhitungannya
Rupiah m
3
Cakupan: periode air irigasi langka
1
Cakupan: keseluruhan
2
Cakupan Wilayah Rata-rata
Rataan terbobot Rata-rata Rataan terbobot
Sub DAS Hulu 26.13
24.28 13.06
13.30 Sub DAS Tengah
33.65 31.12
16.83 16.59
Sub DAS Hilir 44.01
40.39 22.00
21.65 Agregat DAS Brantas
36.43 33.62
18.22 18.04
1
Dihitung dari harga bayangan air irigasi bulanan pada periode Juni – November 6 bulan.
2
Dihitung dari harga bayangan air irigasi bulanan Oktober – September satu tahun.
10.0 20.0
30.0 40.0
50.0 60.0
70.0 80.0
Okt Nov
Des Jan
Feb Mar
Apr Mei
Jun Jul
Ags Sep
0.0 30.3
39.9 52.5
43.2 -
- -
18.0 22.8
29.6 24.7
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- 8.0
10.1 13.0
10.9 21.9
27.7 35.5
29.8 37.5
48.1 63.2
52.2 41.1
53.3 70.1
57.8 Sub DAS Hulu
Sub DAS Tengah Sub DAS Hilir
DAS Brantas Sub DAS Hulu
Sub DAS Tengah Sub DAS Hilir
DAS Brantas
Rupiahm
3
159 Harga bayangan yang dihasilkan dari penelitian ini barangkali termasuk
kategori moderat. Sebagai pembanding, hasil estimasi harga air irigasi dengan pendekatan dari sisi pasokan supply side yang dilakukan oleh Nippon Koei-
Nikken Consultant 1998 untuk sistem irigasi Brantas menunjukkan bahwa untuk menutup seluruh biaya investasi serta biaya operasi dan pemeliharaan full cost
recovery maka harga air irigasi menurut harga tahun 1997 adalah Rp. 25m
3
. Akan tetapi jika sasarannya adalah untuk menutup biaya operasi dan pemeliharaan
saja operation and maintenance cost recovery, harganya sekitar Rp. 5m
3
. Dalam penelitian itu disebutkan pula bahwa harga air full cost recovery untuk
memenuhi kebutuhan pembangkit listrik, domestik, dan industri masing-masing adalah Rp. 11m
3
, Rp. 10m
3
, dan Rp. 30m
3
. Dalam praktek, harga air yang ditetapkan Perum Jasa Tirta I pada tahun 1997 itu untuk masing-masing sektor
tersebut adalah Rp. 12m
3
, Rp. 30m
3
, dan Rp. 50m
3
sampai saat ini Perum Jasa Tirta I belum memungut biaya air irigasi dari petani.
Dengan asumsi pola distribusi temporalnya tetap, rata-rata harga bayangan air irigasi semakin tinggi jika variasi pasokan antar tahun sangat semakin tinggi.
Sebagai ilustrasi, jika variasi pasokan antar tahun berkisar antara 10 di bawah normal sampai 10 di atas normal maka rata-rata harga bayangan pada Bulan
Agustus, September, dan Oktober masing-masing adalah Rp. 118m
3
, Rp. 84m
3
, dan Rp. 98m
3
. Akan tetapi jika relatif stabil, misalnya variasi pasokan berkisar antara 2 di bawah normal sampai 2 di atas normal, maka rata-rata harga
bayangan pada Agustus, September, dan Oktober masing-masing adalah sekitar Rp. 59m
3
, Rp. 75m
3
, dan Rp. 45m
3
Gambar 19. Tampak bahwa harga bayangan air irigasi yang paling sensitif terhadap
perubahan pasokan air irigasi adalah untuk Bulan Agustus. Peringkat berikutnya adalah Juni dan Oktober. Fenomena paling menarik adalah bahwa harga bayangan
air irigasi awal Musim Tanam III yakni Bulan Juni ternyata jauh lebih sensitif jika dibandingkan dengan Bulan Juli, meskipun pada kondisi normal harga air irigasi
Bulan Juli lebih tinggi daripada Bulan Juni. Secara teoritis hal ini terkait dengan posisi strategis ketersediaan dan kebutuhan air irigasi pada Bulan Juni dimana
faktor-faktor yang menentukan adalah: 1 kendala historis pola tanam, 2 rata- rata durasi pengusahaan komoditas dominan padi, dan 3 distribusi temporal
160 pasokan air irigasi. Secara empiris, Bulan Juni sebagai awal Musim Tanam III
adalah titik kritis dalam memilih pola tanam yang berisiko karena menghadapi kondisi pasokan air irigasi yang langka. Lebih dari itu, pilihan pola tanam yang
diambil pada Musim Tanam III juga akan berdampak pada alternatif pilihan pola tanam pada musim hujan tahun berikutnya.
Gambar 19. Pengaruh variasi tahunan pasokan air irigasi terhadap harga
bayangannya
Harga bayangan suatu sumberdaya pada dasarnya adalah produktivitas marginal sumberdaya tersebut. Oleh karena itu harga bayangan air irigasi
dipengaruhi oleh produktivitas usahatani dan harga-harga masukan dan produksi pertanian. Oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui pengaruh perubahan
harga komoditas dominan terhadap harga bayangan air irigasi. Hasil analisis pasca optimal post optimality analysis menunjukkan bahwa
pengaruh perubahan harga gabah terhadap harga bayangan air irigasi ternyata tidak linier. Hal ini disebabkan oleh:
1. Adanya kendala historis pola tanam dimana perbandingan proporsi luas tanam antar kelompok komoditas berada pada kisaran tertentu.
20.0 40.0
60.0 80.0
100.0 120.0
140.0
Okt Nov
Des Jan
Feb Mar
Apr Mei
Jun Jul
Ags Sep
0.0
0.90 - 1.10 108.8 30.5
- -
- -
- -
90.8 15.2 120.5 94.4 0.91 - 1.09
105.2 28.3 -
- -
- -
- 85.0 14.5 117.8 94.9
0.92 - 1.08 100.8 25.5
- -
- -
- -
77.8 13.5 114.5 95.4 0.93 - 1.07
96.4 24.3 -
- -
- -
- 71.6 14.4 110.5 94.7
0.94 - 1.06 91.2 23.1
- -
- -
- -
65.1 15.3 105.6 93.1 0.95 - 1.05
84.6 21.5 -
- -
- -
- 56.1 16.6 98.9 90.8
0.96 - 1.04 75.1 19.1
- -
- -
- -
43.1 18.5 89.3 87.3 0.97 - 1.03
63.9 17.4 -
- -
- -
- 31.8 20.2 76.1 78.8
0.98 - 1.02 49.6 15.0
- -
- -
- -
10.3 24.0 63.2 75.5 0.99 - 1.01
39.3 14.9 -
- -
- -
- 10.6 25.1 44.2 50.0
Tetap 43.2 24.7
- -
- -
- -
10.9 29.8 52.2 57.8
Rupiahm
3
161 2. Perubahan harga gabah menyebabkan perubahan keuntungan usahatani padi
dan posisi relatifnya terhadap kelompok komoditas yang lain. 3. Pada komoditas padi, posisi relatif keuntungan antar periode pengusahaan juga
berubah karena adanya perbedaan harga gabah, biaya usahatani, maupun produktivitas usahatani padi.
Pengaruh perubahan harga gabah terhadap harga bayangan air irigasi tidak linier. Hal ini disebabkan harga gabah hanya mempengaruhi keuntungan usahatani
padi per hektar, sedangkan harga bayangan air irigasi dipengaruhi oleh keuntungan per hektar seluruh komoditas yang berarti dipengaruhi oleh harga
keluaran seluruh komoditas. Pada level agregat DAS Brantas, jika harga gabah turun 5 maka harga bayangan air irigasi adalah Rp. 31m
3
dan meningkat lebih lanjut menjadi Rp. 46m
3
jika harga gabah turun 10. Di sisi lain, jika harga gabah naik 5 maka harga bayangan air irigasi meningkat menjadi Rp. 40m
3
dan meningkat lebih lanjut menjadi Rp. 70m
3
jika harga gabah meningkat 10 . Kecenderungan ini terjadi di ketiga Sub DAS meskipun ada variasi Tabel 25.
Tabel 25. Pengaruh perubahan harga gabah terhadap harga bayangan air irigasi Rupiahm
3
Harga Gabah Sub DAS Hulu Sub DAS Tengah Sub DAS Hilir DAS Brantas
Turun 10 38.66
43.35 52.12
46.14 Turun 5
21.97 28.17
36.81 30.59
Tetap 13.01
16.85 21.99
18.26 Naik 5
33.38 40.62
41.05 39.59
Naik 10 61.66
72.13 71.88
70.34
Fungsi permintaan normatif air irigasi dapat diperoleh dari post optimality analysis perubahan pasokan air irigasi Young, 1996. Oleh karena
hasil post optimality analysis berupa inverse demand function Tsur et al, 2002 maka bentuk fungsi permintaan tersebut dapat diperoleh dari inversinya.
Hasil analisis menunjukkan bahwa perubahan kuantitas air irigasi yang digunakan pada solusi optimal maupun harga bayangan air irigasi sangat
bervariasi meskipun proporsi perubahan pasokan air irigasi diperlakukan konstan Lampiran 15. Implikasinya, bentuk umum fungsi permintaannya tidak linier.
162 Permintaan cenderung sangat elastis pada tingkat harga yang sangat tinggi karena
pasokan air irigasi sangat terbatas ataupun tingkat harga yang sangat rendah pasokan air irigasi sangat melimpah.
Untuk cakupan agregat DAS Brantas, pada saat pasokan air irigasi sangat langka sehingga harga bayangannya lebih dari Rp. 84m
3
maka permintaannya sangat elastis. Selanjutnya permintaan tersebut menjadi tidak elastis pada selang
harga Rp. 11m
3
– Rp. 84m
3
, dan kembali elastis pada harga di bawah Rp. 11m
3
. Perilaku permintaan seperti itu diakibatkan oleh terjadinya perubahan alternatif
pilihan komoditas yang memaksimalkan keuntungan yang dipengaruhi oleh kebutuhan air masing-masing komoditas sifatnya khas, produktivitas usahatani,
harga-harga masukan maupun keluaran, dan ketersediaan air irigasi Gambar 20.
Gambar 20. Kurva permintaan normatif air irigasi di lahan sawah DAS Brantas Meskipun sama-sama elastis, tetapi makna elastisitas permintaan pada
tingkat harga tinggi dan tingkat harga yang sangat rendah sebenarnya berbeda. Sebagaimana diketahui, harga yang tinggi disebabkan tingkat kelangkaan air
irigasi sangat tinggi. Nilai guna air irigasi pada level tersebut sangat tinggi. Oleh karena itu prosentase penurunan harga yang sedikit saja akan mendorong
peningkatan kuantitas air irigasi yang diminta dalam proporsi yang sangat besar. Sebaliknya, tingkat harga yang rendah terbentuk akibat tingkat kelangkaannya
0.0 10.0
20.0 30.0
40.0 50.0
60.0 70.0
80.0 90.0
100.0
700 710
720 730
740 750
760 770
780 790
800
Rupiahm
3
10
6
m
3
163 rendah dan karenanya nilai guna air irigasi bagi petani relatif rendah. Dalam
kondisi demikian itu maka peningkatan harga pada proporsi sedikitpun akan mendorong penurunan kuantitas air irigasi yang diminta dalam proporsi yang
sangat besar. Kesimpulannya, pada level harga tinggi maka makna dari elastisitas permintaan lebih relevan untuk skenario penurunan harga, sedangkan pada level
harga yang sangat rendah lebih relevan untuk skenario peningkatan harga. Permintaan air irigasi pada kondisi aktual berada pada segmen kurva
permintaan yang tidak elastis. Ini merupakan fenomena yang lazim ditemukan pada permintaan air irigasi pada level harga rendah sebagaimana dinyatakan
dalam Perry 2002. Implikasi dari sifat inelastis tersebat adalah bahwa peningkatan harga air irigasi kurang efektif sebagai instrumen untuk mendorong
pengurangan penggunaan air irigasi. Tetapi perlu digaris bawahi bahwa hal itu adalah fenomena jangka pendek. Secara teoritis permintaan jangka panjang adalah
lebih elastis sehingga efektivitas harga sebagai instrumen pendorong efisiensi penggunaan air irigasi meningkat.
Dikaitkan dengan fenomena empiris perilaku seperti itu logis. Secara empiris diperlukan waktu yang relatif panjang untuk mengubah perilaku petani
dalam pengelolaan air irigasi khususnya maupun dalam pengelolaan usahatani pada umumnya. Ini terkait dengan perilaku petani dalam pengelolaan irigasi yang
dipengaruhi oleh banyak faktor baik yang sifatnya teknis, ekonomi, maupun sosial budaya secara simultan. Mengubah perilaku yang determinannya berada dalam
dimensi teknis atau ekonomi membutuhkan waktu relatif lebih pendek daripada faktor-faktor yang berada pada dimensi sosial budaya karena melibatkan nilai-
nilai cenderung mengakar dalam kehidupan masyarakat.
6.3. Pengaruh Perubahan Pasokan Air Irigasi Terhadap Diversifikasi