Iuran Irigasi Berbasis Komoditas

172 Secara umum fungsi penawaran padi adalah kurang elastis. Dengan metode pengukuran elastisitas busur diskrit rata-rata elastisitasnya adalah 0.82. Artinya, peningkatan harga gabah sepuluh persen mendorong petani untuk menanam lebih banyak padi sehingga produksi padi meningkat sekitar 8.2 . Sebagaimana tampak pada Gambar 23, ada tiga segmen dalam kurva penawaran padi yaitu: 1 segmen inelastis pada tingkat harga rendah, 2 segmen yang lebih elastis pada selang harga di atasnya, dan 3 segmen inelastis pada tingkat harga tinggi. Pada tingkat harga di bawah Rp. 1020Kg GKP elastisitas penawaran adalah sekitar 0.14. Pada selang harga Rp.1020Kg – Rp.1055Kg elastisitasnya adalah sekitar 0.42, artinya jika harga naik 10 maka produksi padi meningkat 4.2 . Di atas tingkat harga Rp.1055Kg GKP elastisitasnya menurun kembali menjadi hanya 0.13. Perilaku penawaran pada segmen ini sangat menarik karena secara teoritis keuntungan komparatif padi semakin meningkat seiring dengan meningkatnya harga. Akan tetapi secara empiris ada beberapa jenis komoditas yang lebih sedikit mengkonsumsi air irigasi tetapi keuntungan relatifnya lebih tinggi daripada padi, bahkan seandainya harga padi meningkat dua kali lipat. Dengan demikian logis jika elastisitasnya turun kembali dan kemudian sama sekali inelastis karena air irigasi tidak cukup tersedia untuk menambah luas tanam padi tanpa mengorbankan jenis-jenis komoditas bernilai ekonomi tinggi yang lebih menguntungkan daripada padi.

6.7. Iuran Irigasi Berbasis Komoditas

Dengan pendekatan pengelolaan permintaan, komponen pokok biaya irigasi untuk setiap pengusahaan komoditas dihitung dengan menggandakan volume penggunaan air dalam usahatani tersebut dengan harga bayangannya. Volume penggunaan air irigasi untuk setiap kelompok komoditas berbeda dan bervariasi tergantung pada: 1 fase kegiatan dalam usahatani, 2 fase pertumbuhan tanaman, 3 faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi evapotranspirasi, 4 perkolasi, 5 pasokan air diluar air irigasi terutama curah hujan, dan 6 teknik pembarian air ke tanaman yang diterapkan. Di sisi lain harga bayangan air irigasi juga berubah, tergantung pada tingkat kelangkaan 173 sumberdaya tersebut dan faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan usahatani harga keluaran, harga masukan usahatani, dan produktivitas usahatani. Untuk usahatani padi, biaya irigasi yang tertinggi terjadi pada periode pengusahaan Juli – Oktober. Hal ini disebabkan puncak-puncak kebutuhan air irigasi dalam periode pengusahaan tersebut terjadi pada Bulan Juli pengolahan tanah dan September masa pembungaan – pengisian malai, sedangkan harga bayangan air irigasi terus meningkat dan mencapai puncaknya pada Bulan September. Pada cakupan agregat DAS Brantas, nilai air irigasi untuk usahatani padi periode pengusahaan tersebut mencapai Rp. 450 ribuhektar Tabel 29. Tabel 29. Nilai air irigasi yang dibutuhkan untuk usahatani dirinci menurut kelompok komoditas dan periode pengusahaannya Ribu RupiahHa Kelompok komoditas Musim Tanam Periode usahatani Hulu Tengah Hilir Agregat Padi MH: Okt-Jan 99.2 129.8 170.2 140.5 Nov-Feb 31.3 39.3 50.6 42.4 Des-Mar - - - - Jan-Apr - - - - MK-1: Feb-Mei - - - - Mar-Jun 16.7 21.1 26.9 22.6 Apr-Jul 72.9 92.3 117.8 99.0 Mei-Ags 154.6 197.5 256.1 213.2 MK-2: Jun-Sep 264.1 339.5 443.6 367.5 Jul-Okt 319.2 414.6 544.9 449.4 Ags-Nov 291.6 380.1 501.5 412.6 Sep-Des 207.4 272.0 359.0 295.1 MH: Okt-Jan 39.1 51.3 67.3 55.5 Palawija hortikultura-1 Nov-Feb 8.4 10.6 13.6 11.4 Des-Mar - - - - Jan-Apr - - - - MK-1: Feb-Mei - - - - Mar-Jun 3.6 4.5 5.8 4.9 Apr-Jul 18.6 23.5 30.0 25.2 Mei-Ags 55.4 70.7 91.6 76.3 MK-2: Jun-Sep 117.0 150.8 197.1 163.2 Jul-Okt 149.7 194.6 255.7 210.9 Ags-Nov 158.7 207.4 273.9 225.2 Sep-Des 107.2 140.6 185.4 152.5 MH: Okt-Des 36.1 47.4 62.2 51.3 Palawija hortikultura_2 Nov-Jan 7.6 9.6 12.3 10.3 Des-Feb - - - - Jan-Mar - - - - MK-1: Feb-Apr - - - - Mar-Mei - - - - Apr-Jun 8.6 10.9 13.8 11.7 Mei-Jul 37.2 47.0 60.0 50.4 MK-2: Jun-Ags 86.4 110.7 143.9 119.6 Jul-Sep 140.0 181.3 238.3 196.6 Ags-Okt 149.3 195.2 258.0 212.0 Sep-Nov 105.2 138.0 182.1 149.7 Tebu Setahun Okt-Sep 175.9 229.3 301.7 248.6 100 200 300 400 500 600 Hulu Tengah Hilir DAS Brantas 100 200 300 400 500 600 Hulu Tengah Hilir DAS Brantas 100 200 300 400 500 600 Hulu Tengah Hilir DAS Brantas P r e s e n t a s i g r a f i s 174 Berbeda dengan usahatani padi, pada usahatani palawijahortikultur nilai air irigasi yang tertinggi terjadi pada masa pengusahaan Agustus-November. Nilai air irigasi untuk usahatani palawijahortikultur-1 adalah sekitar Rp. 225000hektar, sedangkan untuk palawijahortikultur-2 adalah sekitar Rp. 212000hektar. Secara umum nilai air irigasi yang digunakan untuk usahatani tanaman semusim padi, palawija, hortikultur adalah nol atau sangat kecil jika siklus produksinya terjadi pada periode NovemberDesember – MeiJuni. Hal ini disebabkan: 1 harga bayangan air irigasi pada periode Desember – Mei adalah nol, 2 harga bayangan air irigasi pada Bulan November dan Juni sangat rendah, 3 kebutuhan air untuk usahatani lebih rendah karena evapotranspirasi dan laju perkolasi lebih rendah daripada bulan-bulan lainnya, dan 4 sebagian besar kebutuhan air terpenuhi dari curah hujan. Siklus usahatani tebu adalah sekitar setahun, dan tidak perlu melakukan penanaman tiap tahun karena hampir semua petani menerapkan sistem keprasan. Sebagian besar petani mengusahakan keprasan sampai 7 kali. Dengan kata lain, pertanaman tebu akan dibongkar dan diganti dengan tanaman tebu yang baru atau komoditas lainnya setelah 7 kali dikepras yang berarti setelah tahun ke delapan. Jadwal tanam tebu yang ideal adalah Oktober – Desember agar panen dapat dilakukan pada Bulan Juli – September. Secara empiris sebagian besar petani mengawali periode tanam pertama pada Bulan Oktober sehingga puncak kebutuhan air untuk tanaman tebu terjadi pada Bulan-bulan OktoberNovember, dan Mei – Juli. Pada saat itu sebagian besar kebutuhan air irigasi dapat dipenuhi dari curah hujan. Akibatnya nilai air irigasi untuk tanaman tebu hanya sekitar separuh dari nilai air irigasi yang dibutuhkan untuk usahatani padi pada musim kemarau-2, meskipun waktu yang dibutuhkan untuk satu siklus produksi tebu hampir 3 kali lipat dari usahatani padi. Walaupun angka-angka yang tertera pada Tabel 29 di atas menimbulkan kesan bahwa biaya irigasi sangat tinggi, tetapi dengan memilih waktu tanam yang tepat maka biaya irigasi yang harus dikeluarkan dapat ditekan sehingga lebih murah. Sebagai contoh, dapat dilihat dari biaya irigasi per hektar luas garapan pada solusi optimal. Untuk agregat DAS Brantas, rata-rata nilai air irigasi pada 175 solusi optimal adalah sekitar Rp. 77 500hektar per musim. Jika diperhitungkan terhadap total luas baku sawah, nilainya adalah sekitar Rp. 203000hektartahun. Rata-rata per luas garapan di di Sub DAS Hulu, Tengah, dan Hilir masing-masing