Fungsi Tujuan dan Aktivitas

76

4.2.1. Fungsi Tujuan dan Aktivitas

Sesungguhnya tujuan petani adalah memaksimumkan kesejahteraan yang dalam model rumah tangga petani farm household model didekati dari maksimisasi utilitas dengan kendala sumberdaya rumah tangga Nakajima 1986, Singh et al, 1986. Sesuai dengan tujuan dan fokus penelitian, maka dalam penelitian ini dilakukan penyederhanaan. Dengan asumsi petani adalah rasional, dibatasi bahwa fungsi tujuan adalah maksimisasi keuntungan bersih usahatani. Keuntungan bersih usahatani untuk setiap komoditas adalah sama dengan total penerimaan dikurangi total biaya usahatani. Tercakup dalam total biaya usahatani adalah nilai imputed sarana produksi yang tidak perlu dibeli misalnya benih milik sendiri, nilai tenaga kerja dalam keluarga yang dicurahkan, sewa lahan, dan bunga pinjaman. Kompensasi terhadap manajemen usahatani tidak diperhitungkan atau diasumsikan tidak ada, dengan alasan: i data untuk mengestimasi kompensasi terhadap manajemen usahatani tidak tersedia, ii sebagian besar petani adalah petani kecil sehingga kompensasi terhadap manajemen lazimnya telah tercakup dalam nilai tenaga kerja dalam keluarga. Estimasi koefisien fungsi tujuan yaitu keuntungan bersih untuk setiap kelompok komoditas menggunakan pendekatan rataan terbobot weighted average. Justifikasinya: a variasi keuntungan usahatani antar jenis komoditas dalam satu kelompok yang sama cukup besar, b pangsa luas garapan antar jenis komoditas bervariasi. Pembobot yang digunakan adalah luas garapan. Jadi:         m j ij m j ij ij i G G 1 1   dimana: i  = rata-rata terbobot keuntungan bersih aktivitas i. ij G = luas pengusahaan komoditas i yang termasuk kelompok aktivitas j ij  = keuntungan bersih per hektar usahatani komoditas i yang termasuk kelompok komoditas j Diasumsikan bahwa dalam kategori tenaga kerja yang sama substitusi antara tenaga kerja rumah tangga rumah tangga dengan tenaga kerja upahan 77 berlangsung sempurna sehingga tingkat upah dapat digunakan sebagai harga tenaga kerja dalam keluarga. Nilai sewa lahan diperoleh dari contoh. Pada status garapan bukan sewa milik, bagi hasil, dan lain sebagainya maka nilai sewa lahan diasumsikan sama dengan rata-rata nilai sewa dari petani contoh berstatus garapan sewa. Unit analisis untuk memperoleh estimasi nilai sewa lahan adalah blok tertier contoh karena nilai sewa antar blok tertier contoh cukup bervariasi. Dalam penelitian ini data tentang sumber modal usahatani yang berasal dari pinjaman sangat terbatas dan tidak cukup reliable untuk dianalisis. Di sisi lain, menurut Young 1996, agar hasil valuasi air irigasi tidak bias ke atas over estimate maka semua komponen biaya termasuk bunga modal usahatani harus diperhitungkan. Dengan menyadari keterbatasannya, dalam penelitian ini diasumsikan bahwa bunga modal pinjaman adalah sekitar 12 persen per tahun, atau 1 persen per bulan. Nilai penerimaan, biaya, dan keuntungan bersih maupun tunai usahatani masing-masing kelompok komoditas tertera pada Lampiran 2. Secara empiris bukan hanya padi yang diusahakan petani di lahan sawah tetapi juga palawija, sayuran hortikultura, dan tanaman industri tebu, tembakau, dan lain-lain. Bahkan ada juga yang mengusahakan tanaman tahunan seperti jeruk, mangga, dan sebagainya. Dalam penelitian ini yang diperhitungkan adalah 22 jenis komoditas, yakni komoditas tanaman pangan, hortikultura, dan tanaman tebu yang secara historis banyak diusahakan oleh petani di lokasi penelitian. Sebagaimana telah dibahas di muka, harga bayangan air irigasi dipengaruhi oleh distribusi spatial dan temporal ketersediaan maupun kebutuhan terhadap sumberdaya tersebut. Untuk mengetahui pengaruh spatial dilakukan pemilahan Sistem Irigasi Teknis DAS Brantas menjadi 3 wilayah Sub DAS yaitu: 1. Sub DAS Brantas Hulu. Lokasi yang dijadikan contoh adalah Wilayah Irigasi Lodoyo-Tulungagung dengan luas hamparan 12 321 hektar. Sumber utama air irigasi adalah dari Dam Wlingi. 2. Sub DAS Brantas Tengah. Lokasi contoh adalah Wilayah Irigasi Mrican seluas 28 904 hektar yang terdiri dari Mrican Kanan 16 334 Ha dan Mrican Kiri 12 570 Ha. Sumber utama air irigasi adalah dari Sungai Brantas yang mekanisme pengaturannya menggunakan Bendung Gerak Barrage Mrican. 78 3. Sub DAS Brantas Hilir. Lokasi yang diambil sebagai contoh adalah Wilayah Irigasi Delta Brantas dengan luas hamparan 27 362 hektar. Sumber utama air irigasi adalah dari Dam Lengkong. Untuk mengetahui pengaruh distribusi temporal kebutuhan maupun ketersediaan air irigasi maka setiap komoditas dirinci lebih lanjut berdasarkan periode pengusahaannya. Kecuali untuk komoditas tebu dan ubikayu, tingkat rincian yang digunakan adalah bulanan sehingga untuk setiap jenis komoditas dirinci lebih lanjut menjadi 12 aktivitas. Aplikasi metode tersebut berimplikasi pula terhadap keuntungan usahatani karena variasi bulanan terjadi pula pada harga masukan, harga keluaran, dan adanya variasi produktivitas usahatani antar musim. Disagregasi menurut dimensi spatial dan dimensi temporal sperti tersebut di atas adalah berimplikasi pada jumlah aktivitas yang tercakup dalam model. Secara keseluruhan terdapat 759 3 1 3 12 21      aktivitas yang harus dicakup dalam model. Oleh karena itu dilakukan penyederhanaan. Dalam penelitian ini, penyederhanaan dilakukan dengan cara mengagregasikan 22 komoditas yang telah teridentifikasi dalam penelitian ini menjadi 4 kelompok komoditas. Basis pengelompokan adalah kedekatan karakteristik komoditas dalam konteks kebutuhan air irigasi yaitu: 1. Kedekatan karakteristik dalam durasi kebutuhan air irigasi untuk satu siklus usahatani yang dihitung sejak penyiapan lahan sampai dengan panen 2. Kedekatan karakteristik dalam cara pemberian air untuk tanaman yang lazim diaplikasikan petani. Secara garis besar ada dua macam cara pemberian air ke tanaman yang dipraktekkan petani yaitu: 1 Dengan penggenangan. Secara empiris, penggenangan hanya diaplikasikan untuk tanaman padi; khususnya pada saat pengolahan tanah, fase pertumbuhan vegetatif awal, dan fase pertumbuhan generatif awal yakni menjalang pembungaan – akhir masa pengisian biji. 2 Tanpa penggenangan. Lazimnya petani menerapkannya dalam usahatani untuk sebagian besar komoditas pertanian selain padi. 79 Keempat kelompok komoditas tersebut adalah: padi, palawijahortikultur tanaman industri kategori-1, palawijahortikulturtanaman industri ketegori-2, dan tebu. Jenis komoditas yang tercakup di setiap kelompok tersebut dapat disimak pada Tabel 2. Tabel 2. Pengelompokan komoditas usahatani yang diterapkan dalam pemodelan Komoditas yang tercakup Kelompok komoditas Komoditas Utama Komoditas lainnya 1. Padi Padi - 2. Palawijahortikultur tanaman industri kategori-1 PH_1 Jagung Kacang panjang Tomat Bengkoang Ubi jalar Cabai rawit Cabai merah besar Cabai keriting Tembakau 3. Palawijahortikultur tanaman industri kategori-2 PH_2 Kedele Kacang tanah Kacang hijau Bawang merah Terong Paria Mentimun Krai Semangka Blewah 4. Tebu Tebu Ubikayu Dengan penyederhanaan seperti tersebut di atas maka jumlah aktivitas di setiap Sub DAS adalah 37. Oleh karena dalam model dilakukan pula disagregasi spatial menjadi 3 Sub DAS maka secara teoritis terdapat 111 aktivitas yang tercakup dalam model. Sebaran temporal kebutuhan air irigasi di masing-masing Sub DAS berbeda meskipun aktivitas dan sebaran temporal pengusahaannya sama karena rata-rata laju evapotranspirasi untuk setiap aktivitas antar Sub DAS berbeda. Daftar aktivitas dan sebaran temporal pengusahaannya di setiap Sub DAS dapat disimak pada Tabel 3. 80 Tabel 3. Sebaran temporal aktivitas di setiap Sub DAS yang tercakup dalam model Waktu pengusahaan Kelompok komoditas Musim tanam Kode aktivitas Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags sep xyz_1 vvv vvv vvv vvv xyz_2 vvv vvv vvv vvv xyz_3 vvv vvv vvv vvv MH xyz_4 vvv vvv vvv vvv xyz_5 vvv vvv vvv vvv xyz_6 vvv vvv vvv vvv xyz_7 vvv vvv vvv vvv MK-1 xyz_8 vvv vvv vvv vvv xyz_9 vvv vvv vvv vvv xyz_10 vvv vvv vvv vvv xyz_11 vvv vvv vvv vvv Padi MK-2 xyz_12 vvv vvv vvv vvv xyz_13 vvv vvv vvv vvv xyz_14 vvv vvv vvv vvv xyz_15 vvv vvv vvv vvv MH xyz_16 vvv vvv vvv vvv xyz_17 vvv vvv vvv vvv xyz_18 vvv vvv vvv vvv xyz_19 vvv vvv vvv vvv MK-1 xyz_20 vvv vvv vvv vvv xyz_21 vvv vvv vvv vvv xyz_22 vvv vvv vvv vvv xyz_23 vvv vvv vvv vvv Palawija hortikultura tanaman industri_1 MK-2 xyz_24 vvv vvv vvv vvv xyz_25 vvv vvv vvv xyz_26 vvv vvv vvv xyz_27 vvv vvv vvv MH xyz_28 vvv vvv vvv xyz_29 vvv vvv vvv xyz_30 vvv vvv vvv xyz_31 vvv vvv vvv MK-1 xyz_32 vvv vvv vvv xyz_33 vvv vvv vvv xyz_34 vvv vvv vvv xyz_35 vvv vvv vvv Palawija hortikultura tanaman industri_2 MK-2 xyz_36 vvv vvv vvv Lainnya - xyz_37 vvv vvv vvv vvv vvv vvv vvv vvv vvv vvv vvv vvv : x = aktivitas di Sub DAS Hulu y = aktivitas di Sub DAS Tengah z = aktivitas di Sub DAS Hilir 81

4.2.2. Kendala Sumberdaya