Model Pembinaan Usaha Kecil oleh BUMN
perikanan tangkap di pantai utara Jawa lebih disebabkan oleh ketiadaan jaminan dari nelayan bagi kredit yang diberikan. Sedangkan lembaga keuangan tersebut
merupakan usaha profit yang membutuhkan kepastian dan jaminan termasuk dalam penggunaan dana yang diberikan. Nelayan umumnya hanya memiliki
perahu yang bisa dijadikan jaminan, sedangkan lembaga keuangan terutama perbankan membutuhkan jaminan berupa benda yang tidak bergerak seperti
rumah, tanah, dan lainnya. Dalam kaitan ini, maka peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk mencari titik temu yang terbaik. Kebijakan pemerintah yang
pro rakyat kecil diantaranya bersedia menjadi penjamin usaha perikanan tangkap rakyat, pemberian kepastian harga dan pasar bagi hasil tangkapan nelayan, dan
lainnya sangat dibutuhkan untuk mempertahankan kelangsungan usaha perikanan tangkap yang menyerap tenaga lokal yang banyak tersebut.
Hasil penelitian Setiawan 2007 manunjukkan bahwa ada enam hal yang perlu diperjelas dan didukung oleh kebijakan pemerintah untuk membantu
pembiayaan dan pengembangan usaha perikanan tangkap di perairan utara Jawa, yaitu pengalihan status mata pencaharian utama menjadi mata pencaharian
alternatif pada lokasi yang overfishing nelayan tidak bergantung pada satu usaha, pengembangan teknologi penangkapan yang tepat guna dan berbasis SDM
nelayan lebih kreatif, pengembangan nelayan kecil menjadi nelayan besar yang lebih stabil usahanya, memperjelas pemasaran hasil produk perikanan kestabilan
harga dan kontinyuitas pasar, pengembangan sarana dan prasarana pendukung peningkatan kinerja perikanan tangkap, dan patroli pengelolaan yang menjamin
kelestarian sumberdaya dari illegal fishing dan illegal fisher jaminan kelangsungan usaha penangkapan. Dalam kaitan ini, maka menurut Radarwati
2010, wilayah basis sangat dibutuhkan untuk mengembangkan usaha perikanan tangkap secara integratif. Dengan pengembangan berbasis wilayah ini, maka
usaha perikanan tangkap dikembangkan berdasarkan potensi bahan baku wilayahnya, kesiapan sumberdaya manusianya, prospek pasar, kesiapan sarana
dan prasarana, dan keahlian yang ada yang memungkinkan introduksi teknologi baru pada usaha basis. Bila hal ini bisa dilakukan, maka kestabilan dan
kemandirian usaha perikanan tangkap tersebut dapat dijaga secara jangka panjang.
Untuk ini, maka pembiayaan usaha yang diberikan haruslah memperhatikan wilayah yang menjadi basis pengembangan, sehingga pembiayaan
tersebut lebih bermanfaat dan tepat sasaran. Menurut Imron 2008, untuk meyakinkan lembaga keuangan atau pemberi modal pada usaha perikanan tangkap
di Kota Tegal, maka ada dua strategi yang dapat diterapkan, yaitu 1 meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana produksi sehingga jangkauan daerah
penangkapan lebih luas, dan 2 mengoptimalkan fungsi pelabuhan perikanan yang ada. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana produksi penting untuk
menjaga kontinyuitas hasil tangkapan baik pada musim puncak maupun musim paceklik sehingga kewajiban kredit selalu dapat dipenuhi. Sedangkan
optimalisasi fungsi pelabuhan perikanan penting untuk menjaga kestabilan pemasaran dan harga jual. Hasil penelitian Purba 2009, kestabilan harga jual
dapat dilakukan oleh pelabuhan perikanan dengan terus menjalankan sistem lelang dalam penjualan hasil tangkapan ikan nelayan, sehingga tidak ada permainan atau
monopoli harga.
2.8 Pengembangan Analisis Penelitian 2.8.1 Kelayakan Finansial
Untuk memulai atau memutuskan pengembangan suatu usaha termasuk di bidang perikanan, maka perlu dilakukan analisis kelayakan usaha. Beragam jenis
usaha yang dapat dijadikan pilihan untuk memulai atau mengembangkan suatu suatu usaha bahkan sampai dengan masalah detail teknis pelaksanaannya.
Tindakan ini berkaitan dengan mempelajari berbagai hal tentang usaha tersebut, kemudian menyusun rencana, mengumpulkan data dan menganalisisnya. Setelah
itu baru
memutuskan untuk
merealisasikannya dengan
mendirikan, mengembangkan, atau membatalkan usaha tersebut.
Pada bidang perikanan tangkap, analisis kelayakan usaha ini menjadi sangat penting mengingat intensitas dan pola operasi penangkapan ikan sangat
tergantung pada alam, sehingga akan ditemui kondisi di mana usaha perikanan tangkap bisa menguntungkan dan usaha perikanan tangkap mengalami kerugian.
Oleh karena itu, analisis kelayakan usaha ini harus dilakukan secara cermat menggunakan parameter-parameter finansial yang tepat. Menurut Mayes and