Model Kemitraan Strategi pengembangan pembiayaan usaha perikanan tangkap di Kota Tegal, Propinsi Jawa Tengah
Untuk ini, maka pembiayaan usaha yang diberikan haruslah memperhatikan wilayah yang menjadi basis pengembangan, sehingga pembiayaan
tersebut lebih bermanfaat dan tepat sasaran. Menurut Imron 2008, untuk meyakinkan lembaga keuangan atau pemberi modal pada usaha perikanan tangkap
di Kota Tegal, maka ada dua strategi yang dapat diterapkan, yaitu 1 meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana produksi sehingga jangkauan daerah
penangkapan lebih luas, dan 2 mengoptimalkan fungsi pelabuhan perikanan yang ada. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana produksi penting untuk
menjaga kontinyuitas hasil tangkapan baik pada musim puncak maupun musim paceklik sehingga kewajiban kredit selalu dapat dipenuhi. Sedangkan
optimalisasi fungsi pelabuhan perikanan penting untuk menjaga kestabilan pemasaran dan harga jual. Hasil penelitian Purba 2009, kestabilan harga jual
dapat dilakukan oleh pelabuhan perikanan dengan terus menjalankan sistem lelang dalam penjualan hasil tangkapan ikan nelayan, sehingga tidak ada permainan atau
monopoli harga.
2.8 Pengembangan Analisis Penelitian 2.8.1 Kelayakan Finansial
Untuk memulai atau memutuskan pengembangan suatu usaha termasuk di bidang perikanan, maka perlu dilakukan analisis kelayakan usaha. Beragam jenis
usaha yang dapat dijadikan pilihan untuk memulai atau mengembangkan suatu suatu usaha bahkan sampai dengan masalah detail teknis pelaksanaannya.
Tindakan ini berkaitan dengan mempelajari berbagai hal tentang usaha tersebut, kemudian menyusun rencana, mengumpulkan data dan menganalisisnya. Setelah
itu baru
memutuskan untuk
merealisasikannya dengan
mendirikan, mengembangkan, atau membatalkan usaha tersebut.
Pada bidang perikanan tangkap, analisis kelayakan usaha ini menjadi sangat penting mengingat intensitas dan pola operasi penangkapan ikan sangat
tergantung pada alam, sehingga akan ditemui kondisi di mana usaha perikanan tangkap bisa menguntungkan dan usaha perikanan tangkap mengalami kerugian.
Oleh karena itu, analisis kelayakan usaha ini harus dilakukan secara cermat menggunakan parameter-parameter finansial yang tepat. Menurut Mayes and
Shank 2008 dan Hanley and Spash 1993, parameter yang dapat digunakan untuk menganalisis kelayakan usaha yang baru dimulai atau pengembangan usaha
lama yang sudah ada, diantaranya adalah parameter Net Present Value NPV, Net Benefit
– Cost Ratio BC ratio, Internal Rate of Return IRR, dan Return of Investment ROI.
Menurut Mayes and Shank 2008 dan Kadariyah dan Gray 1999, Net Present Value NPV merupakan parameter finansial yang banyak digunakan
untuk mengukur profitabilitas suatu investasi jangka panjang dalam suatu usaha perseorangan maupun badan hukum, baik besar maupun kecil dengan harapan
diperolehnya keuntungan yang layak bagi pelakunya. Hanley dan Spash 1993 menyatakan bahwa analisis NPV dapat diimbangi dengan analisis Net Benefit
– Cost Ratio Net BC untuk mengetahui perimbangan manfaat benefit yang
diterima usaha dengan jumlah biaya cost yang dikeluarkan selama periode umur teknis pelaksanaan investasi pada usaha tersebut. Nilai BC ratio harus
lebih besar dari 1 satu, yang menunjukkan bahwa investasi cukup menguntungkan, sehingga layak mendapat dukungan pembiayaan dari lembaga
keuangan. Internal Rate of Return IRR digunakan untuk membandingkan manfaat
dan biaya yang ditunjukkan dalam skala persentase . Dalam hal ini nilai IRR merupakan kondisi suku bunga yang menyebabkan nilai manfaat benefit sama
dengan nilai biaya cost. IRR merupakan parameter yang menunjukkan sejauh mana investasi suatu usaha ekonomi mampu memberikan keuntungan. Return of
Investment ROI merupakan parameter finansial yang digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian investasi pada suatu usaha produktif dari
manfaat benefit yang diterima oleh pemiliknya. ROI ini dapat membantu pemilik usaha untuk mengukur kapan uang investasi dapat dikembali atau kapan
usaha yang sejenis buka lagi menggunakan uang investasi yang sama dengan sebelumnya Mayes and Shank, 2008 dan Erich, 1997.