Tabel  3.    Matriks  IFAS  dan  EFAS  kondisi  kini  pembiayaan  usaha  perikanan tangkap
No  Faktor-Faktor Strategis
Bobot B
Rating R
BxR Kode
I Internal
C.  Kekuatan
1. 2.
3 Dst
D.  Kelemahan
1. 2
3 Dst
Total IFAS II
Eksternal A.  Peluang
1. 2.
3. Dst
B. Ancaman
1. 2.
3. Dst
Total EFAS
Bobot  menunjukkan tingkat  kepentingan  faktor-faktor  yang  ada terhadap pembiayaan  perikanan  dengan  nilai  berkisar  0  -  1,  dimana  0  menunjukkan  tidak
penting  dan  1  menunjukkan  sangat  penting.    Rating  menunjukkan  tingkat pengaruh  yang  secara  riil  dapat  diberikan  oleh  faktor-faktor  strategis  tersebut
terhadap kinerja pembiayaan usaha perikanan tangkap dengan nilai berkisar 1 – 4,
dimana 1, 2, 3, dan 4 berturut-turut adalah rendah, biasa, tinggi, dan sangat tinggi. Nilai rating untuk faktor kelemahan dan ancaman diberi secara terbalik, yaitu bila
pengaruh rendah diberi nilai 4 dan pengaruh sangat tinggi diberi nilai 1 Rangkuti, 2009.    Sedangkan  skor  menyatakan  tingkatskor  pengaruh  positif  spp  sesuai
kepentingan  pengembangan  pembiayaan  perikanan  terhadap  faktor-faktor dimaksud.
Pengembangan matriks
internal-eksternal IE
dilakukan untuk
mengetahui  posisi  dan  kondisi  pembiayaan  saat  ini  serta  arah  pengembangan perbaikannya  yang dibagi  dalam   sembilan kuadran kondisi  pengembangan  yang
digunakan  dalam  analisis  SWOT.  Kuadran  tersebut  adalah  kuadran  I,  II,  III,  IV, V,  VI,  VII,  VIII,  dan  IX  yang  berturut-turut  menyatakan  I  pengelolaan  dalam
pertumbuhan dengan konsentrasi pada integrasi vertikal, II pertumbuhan dengan konsentrasi  pada  integrasi  horizontal,  III  pengelolaan  dalam  kondisi  penciutan
atau  turnaround,  IV  pengelolaan  dalam  kondisi  stabilitas,  V  pengelolaan dalam  kondisi  pertumbuhan  dengan  konsentrasi  pada  integrasi  horizontal  atau
stabilitas,  VI  pengelolaan  dalam  kondisi  divestasi  atau  pengurangan,  VII pengelolaan  dalam  kondisi  pertumbuhan  melalui  diversifikasi  konsentrik,  VIII
pengelolaan dalam kondisi pertumbuhan melalui konsentrasi konglomerasi, dan IX pengelolaan dalam kondisi  likuidasi.  Setiap kuadran  memiliki kisaran nilai
faktor internal dan faktor eksternal tertentu.
Tabel 4.  Matriks analisis SWOT
Peluang Opporunities Ancaman Threats
Kekuatan Strenghts
SO 1 SO 2
SO 3 ...
SO n ST 1
ST 2 ST 3
... ST n
Kelemahan Weaknesses
:WO 1 WO 2
WO 3 ...
WO n WT 1
WT 2 WT 3
... WT n
Posisi  dan  kondisi  pembiayaan  saat  ini  serta  arah  pengembangannya ditentukan  dengan  mencocokkan  total  skor  faktor  internal  matriks  IFAS  dan
faktor  eksternal  matriks  EFAS  dengan  kisaran  nilai  pada  kuadran.  Sedangkan matriks  SWOT  mengakomodir  semua  analisis  tersebut  menjadi  alternatif  solusi
kebijakanpengembangan  yang  dapat  dilakukan  ke  depan.    Rumusan  aksi  hasil
hasil  analisis  SWOT  ini  menjadi  masukan  dalam  analisis  AHP  di  bagian berikutnya.
3.4.5  Analisis Prioritas Kebijakan
Analisis  ini  merupakan  analisis  untuk  pengembangan  kebijakan  terkait pembiayaan perikanan yang tepat di Kota Tegal, Propinsi Jawa Tengah terutama
yang  dikaitkan  dengan  kondisi  saat  ini  yang  terjadi  dalam  pembiayaan  usaha perikanan  tangkap.    Hasil  analisis  prioritas  ini  akan  menjadi  acuan  bagi
pengembangan  pembiayaaan usaha perikanan tangkap baik yang memanfaatkan kredit perbankan, skema permodalan informal, maupun tidak di lokasi.
Analisis  prioritas  ini  menggunakan  metode  AHP  analytical  hierarchy process  dan  diharapkan  dapat  ditetapkan  secara  tepat  strategi  prioritas  yang
benar-benar dapat mendukung implementasi pembiayaan perikanan di Kota Tegal. Untuk  maksud  ini,  maka  penetapan  skenario  kebijakan  terkait  pembiayaan
perikanan akan dilakukan dengan mengakomodir kepentingan semua stakeholders terkait,  namun  tetap  mempertimbangkan  semua  keterbatasanhambatan  yang  ada
di lokasi penelitian. Untuk  mendapatkan  hasil  yang  maksimal,  pengembangan  hierarki  AHP
dan  akomodasi  kepentingan  komponen  terkait  dengan  empat  prinsip,  yaitu:  1 menyederhanakan  permasalahan  yang  kompleks,  strategis  dan  dinamis  dalam
pelaksanaan pembiayaan perikanan menjadi suatu struktur hierarki yang tepat, 2 secara  subjektif  tingkat  kepentingan  dari  setiap  komponen  diberi  nilai  numerik
yang dapat menjelaskan arti pentingnya suatu komponen dibandingkan komponen lainnya  dalam  pembiayaan  perikanan,  3  mensintesiskan  data  yang  tersedia
menjadi  informasi  yang  berguna  terkait  tingkat  kepentingan  pada    pembiayaan perikanan,  dan  4  secara  grafis,  persoalan  keputusan  dikonstruksikan  sebagai
bentuk  diagram  yang  memuat  rasio  kepentingan  RK  setiap  komponen  dalam interaksi pada pengembangan  pembiayaan perikanan.
a.  Pengembangan hieraki AHP
Dalam  menggunakan  AHP,  berbagai  komponen  yang  berinteraksiterkait dengan  pembiayaan  perikanan  tersebut  akan  dikelompokkan  ke  dalam  beberapa
levelherarki,  misalnya  level  goal  tujuan,  level  kriteria,  level  pembatas  limit factor, dan level opsi skenario kebijakan Wilson et.al., 2002.  Adapun analisis
terkait pengembangan hierarki AHP ini  adalah pendefinisian masalahkomponen sistem,  perancangan  struktur  hierarki,  dan  penyusunan  matriks  perbandingan
berpasangan. Lingkup  pendefinisian  masalahkomponen  sistem  mencakup  maksud  dan
tujuan  pengembangan  pembiayaan  perikanan,  kriteria  atau  kepentingan  pihak yang  terkait  dengan  pembiayaan  perikanan  yang  perlu  diakomodir,  pembatas
limit  factor  dalam  pembiayaan,  dan  alternatif  skenario  kebijakan  pembiayaan perikanan.    Struktur  hierarki  merupakan  kegiatan  penyusunan  komponen  terkait
yang menjadi tujuan goal, kriteria, pembatas, dan alternatif skenario kebijakan yang telah ditetapkan.
Untuk  mengkuantifikasi  jawaban  yang  diberikan  responden  dalam wawancara,  maka  digunakan  nilai  skala  komparasi  1  sampai  9.  Skala  1  sampai
dengan 9 merupakan skala yang terbaik dalam mengkualifikasikan pendapat, yaitu berdasarkan  akurasinya  yang ditunjukkan dengan nilai  RMS Root Mean Square
deviation  dan  MAD  Median  Absolute  Deviation  Bhushan  and  Rai,  2004  dan Saaty, 1993.
Tabel  5.  Skala banding berpasangan
Tingkat Kepentingan
Keterangan Penjelasan
1
3
5
7  Kedua elemen sama
pentingnya.  Elemen  yang  satu  sedikit
lebih penting
daripada elemen yang lainnya.
 Elemen  yang  satu  lebih penting  daripada  elemen
yang lain.  Elemen  yang  satu  jelas
 Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama terhadap
tujuan.  Pengalaman  dan  penilaian
sedikit mendukung
satu elemen  dibandingkan  elemen
lainnya.  Pengalaman  dan  penilaian
sangat  kuat  mendukung  satu elemen  dibanding  elemen
lainnya.  Satu  elemen  dengan  kuat
Tingkat Kepentingan
Keterangan Penjelasan
9
2,4,6,8
Kebalikan lebih
penting daripada
elemen yang lain.  Elemen  yang  satu  mutlak
lebih penting
daripada elemen yang lain.
 Nilai-nilai  antara  dua  nilai
pertimbangan yang
berdekatan.  Jika  untuk  aktifitas  i
mendapat  satu  angka  bila dibandingkan
dengan aktifitas
j, maka
j mempunyai
nilai kebalikannya
bila dibandingkan dengan i.
didukung dan
dominan terlihat dalam praktek.
 Bukti yang
mendukung elemen  yang  satu  terhadap
elemen  lain  memiliki  tingkat penegasan
tertinggi yang
mungkin menguatkan.  Nilai  ini  diberikan  bila  ada
dua  kompromi  diantara  dua pilihan.
Sumber :  Bhushan and Rai 2004 dan Saaty 1993
b.  Pengembangan analisis perbandingan berpasangan
Analisis  perbandingan  berpasangan  dilakukan  untuk  memperoleh judgment  seluruhnya  sebanyak  n  x  [n-12]  buah,  dengan  n  adalah  banyaknya
komponen  yang  dibandingkan.    Bila  vektor  pembobotan  komponen-komponen operasi A1, A2, A3 dinyatakan sebagai vektor W, dengan W = w1,w2,w3, maka
nilai intensitas kepentingan komponen operasi A1 dibandingkan dengan A2 dapat dinyatakan sebagai perbandingan bobot komponen A1 terhadap A2.  Nilai wiwj
dengan  i,  j  =  1,2,3  …  n  didapat  dari  responden,  yaitu  para  stakeholders  yang berkompeten  di  lokasi.  Bila  matriks  ini  dikalikan  dengan  vektor  kolom  W  w1,
w2, w3 .. wn maka diperoleh hubungan; AW   =   nW
Bila  matriks  A  diketahui  dan  ingin  diperoleh  nilai  W,  maka  dapat diselesaikan melalui persamaan :
[ A – n I ] W  =  0
Dimana    I  merupakan  matriks  identitas.    Nilai  vektor    ciri  merupakan bobot  setiap  komponen.  Langkah  ini  untuk  mensintesis  judgement  dalam
penentuan  prioritas.  Untuk  menghitung  vektor  ciri  W,  maka  akar  ciri  n maksimum  hasil  penghitungan  di  atas  disubsitusikan.    Dengan  menggunakan