Komponen Utama Usaha Perikanan Tangkap

juta. Pakjan 1990 didasari juga adanya kecenderungan bank-bank tidak mau menyalurkan kredit kepada usaha kecil dengan alasan resiko tinggi. Apabila ditinjau dari alokasi kredit untuk usaha kecil, ternyata deregulasi 1983 belum mampu mendorong peningkatan kredit usaha kecil. Data yang dikumpulkan BI menunjukkan bahwa pada tahun 1984-1986 persentase alokasi kredit usaha kecil hampir tidak berubah yaitu sekitar 16 persen. Bahkan angka ini lebih kecil bila dibandingkan dengan tahun 1981-1983 18-19. Peningkatan penyaluran kredit kepada usaha kecil baru terjadi setelah Pakto 1988 dan 1990.

2.4 Sumber dan Skema Pembiayaan Usaha Bagi Usaha Perikanan

Menurut Cahyono 1995 dan Dahuri 2001, sumber pembiayaan untuk usaha perikanan tangkap dapat berasal dari : a. Perbankan : 1 Skema Komersial 2 Skema Syariah 3 Skema Kredit Program Bersubsidi b. Non Perbankan : 1 Keuntungan BUMN 2 Pembiayaan ventura 3 Permodalan Nasional Madani c. APBN d. Bantuan Luar Negeri e. Sumber lainnya: 1 Individu 2 Koperasi 3 Perusahaan 4 Yayasan 5 Bursa Efek 6 Lembaga Dana dan Kredit Pedesaan 7 Swadaya Masyarakat

2.5. Lembaga Keuangan Mikro

Lembaga pembiayaan yang ada secara umum masih belum menyentuh pada kegiatan usaha yang dilakukan oleh masyarakat dengan nilai investasi rendah. Terhambatnya penyaluran kredit kepada usaha kecil selain dianggap sebagai usaha yang berisiko tinggi juga karena tidak memiliki aset yang cukup yang dapat diandalkan sebagai agunan guna memperoleh pembiayaan usahanya. Bila aksesibilitas pembiayaan tidak diberikan bagi para pelaku usaha kecil yang tidak memiliki aset, maka kesenjangan akan terus berlangsung dan tujuan yang esensial untuk mengentaskan kemiskinan dan mendorong perkembangan ekonomi lokal akan tetap tidak memiliki solusi yang baik. Upaya-upaya yang dilakukan untuk dapat memberikan layanan pembiayaan bagi masyarakat dengan skala usaha kecil adalah terbentuknya lembaga keuangan mikro yang menggunakan pendekatan Grameen Bank.

a. Sekilas Tentang Grameen Bank

Pendekatan Grameen Bank yang dilakukan oleh Muhammad Yunus, seorang Profesor Ekonomi dari Universitas Chittagong adalah dengan melaksanakan program kredit kepada masyarakat miskin akibat dari rasa kepeduliannya yang tinggi terhadap nasib orang-orang miskin di Bangladesh. Landasan pemikiran Muhammad Yunus untuk memilih kredit sebagai pilihan aksi adalah membebaskan orang dari kesengsaraan akibat kemiskinan yang parah. Situasi kemiskinan telah menyebabkan orang miskin tidak memiliki peluang untuk hidup secara manusiawi. Kemiskinan menyebabkan kaum miskin tidak dapat mengakses apa yang sebenarnya menjadi haknya. Situasi kemiskinan dengan sendirinya akan menihilkan seluruh hak asasi yang dimiliki kaum miskin, dimana kemiskinan merupakan penyangkalan terhadap hak-hak dasar manusia Yunus dan Jolis, 2003. Salah satu masalah besar yang dihadapi kaum miskin adalah modal. Sistem perbankan dan lembaga keuangan formal yang ada telah menetapkan syarat yang tidak memungkinkan kaum miskin untuk memperoleh modal dari lembaga keuangan tersebut. Ketersediaan agunan yang tentunya sangat sulit dipenuhi, keharusan mendatangi lembaga keuangan yang tentunya berimplikasi kepada biaya transportasi, dan keengganan kaum miskin untuk masuk ke kantor lembaga formal merupakan faktor-faktor yang menjauhkan kaum miskin dari lembaga keuangan. Biaya operasional bagi pelayanan kredit kecil dengan begitu banyak nasabah dirasakan sangat tinggi. Hal ini semakin menjauhi akses kredit bagi kaum miskin. Hal ini akan menutup peluang kaum miskin untuk maju dan semakin memperlebar kesenjangan mereka dengan anggota masyarakat lainnya Bornstein, 2005 Dengan penentuan kriteria tersebut, sistem perbankan telah membuat diskriminasi pemberian kredit justru kepada pihak-pihak yang paling membutuhkan kredit. Padahal kredit merupakan salah satu faktor penting dalam pengembangan usaha. Menutup akses kaum miskin terhadap kredit berarti menutup kesempatan kaum miskin tersebut untuk berusaha mencapai taraf hidup yang lebih layak, sebagaimana yang dijamin dalam konvensi hak asasi manusia. Pendekatan kredit bagi masyarakat miskin merupakan salah satu upaya dalam pengentasan kemiskinan. Dengan demikian, secara tidak langsung menutup akses masyarakat miskin terhadap kredit berarti pelanggaran hak asasi manusia. Pemikiran dan kepedulian ini selanjutnya dituangkan dalam program riset aksi di Desa Jobra, Bangladesh antara tahun 1976 – 1979. Pada tahun 1979 dilakukan replikasi di Distrik Tangail dengan dukungan Bank Sentral Bangladesh. Sukses replikasi ini diikuti dengan program perluasan ke Distrik Dhaka, Rangpur, dan Putuakhali pada tahun 1982 – 1983. Usaha ekonomi kecil di berbagai distrik akan sukses selama dilakukan dengan baik dan memperbaiki setiap kesalahan kegagalan yang terjadi Yunus, 2009. Pada awalnya Grameen Bank bukan merupakan bank tersendiri, melainkan satu bagian atau unit kecil dari Bank Krishi. Namun saat ini Grameen Bank telah menjadi lembaga keuangan pedesaan terbesar di Bangladesh, dimana manfaatnya telah dirasakan oleh hampir semua pedesaan, baik yang potensial usaha ekonomi kecilnya maupun yang masih dalam perintisan Yunus, 2009. Pada tahun 1999 Grameen Bank telah memiliki lebih dari 1100 cabang yang melayani lebih dari 39.000 desa dari total 68.000 desa di 60 distrik dari 64 distrik yang ada di Bangladesh. Selain pinjaman umum, program pinjaman yang ditawarkan telah berkembang menjadi beberapa jenis pinjaman seperti pinjaman musiman,