Gambar 10. Hasil analisis kepentingan faktor pembatas pembiayaan terkait kriteria teknis
Terkait kriteria teknis, nilai kreditpembiayaan menjadi faktor penting yang paling penting untuk diperhatikan dalam pembiayaan usaha perikanan tangkap di
Kota Tegal RK = 0,274 pada inconsistency terpercaya 0,05. Nilai kreditpembiayaan yang memadai sangat membantu untuk penyiapan teknis usaha
perikanan tangkap dalam melakukan operasi penangkapan ikan. Dari tujuh usaha perikanan tangkap yang dianalisis faktor produksinya pada Bagian 4.2, sebagian
besar menunjukkan bahwa persiapan teknis menyangkut alat jaring, BBM, dan es balok signifikan mempengaruhi jumlah produksi ikan di Kota Tegal. Angsuran
dan bunga menjadi faktor pembatas terkecil kepentingannya terkait kriteria teknis dalam mendukung pembiayaan perikanan di Kota Tegal. Gambar 11 menyajikan
hasil analisis kepentingan setiap faktor pembatas terkait kriteria SOSBUD dalam pembiayaan usaha perikanan tangkap di Kota Tegal.
.
Gambar 11. Hasil analisis kepentingan faktor pembatas pembiayaan terkait kriteria SOSBUD
Berdasarkan Gambar 11, maka penegakan sanksi merupakan faktor pembatas yang paling penting terkait kriteria sosial Budaya SOSBUD untuk
mendukung pembiayaan perikanan. Hal ini ditunjukkan oleh rasio kepentingan RK 0,276 pada inconsistency terpercaya 0,04. Tingkat kepentingan faktor
pembatas lainnya, seperti nilai kreditpembiayaan, jumlah angsuran, ketersediaan jaminan jauh di bawah faktor pembatas penegakan sanksi, yang ditunjukkan
dengan RK masing-masing 0,183, 0,181, dan 0,139 pada inconsistency terpercaya 0,04. Lama kredit menjadi faktor pembatas terkecil kepentingannya terkait
kriteria SOSBUD dalam mendukung pembiayaan perikanan di Kota Tegal RK = 0,98 pada inconsistency terpercaya 0,04.
4.5.2 Prioritas Strategi Pengembangan Pembiayaan Perikanan Tangkap
Analisis prioritas ini merupakan tahapan akhir dari analisis AHP terkait penentuan prioritas strategi pengembangan pembiayaan perikanan di Kota Tegal.
Prioritas strategi pengembangan pembiayaan usaha perikanan tangkap ini dikembangkan dengan mempertimbangkan empat kriteriaaspek pengelolaan
dalam menjalankan usaha perikanan tangkap dan lima faktor pembatas penting yang bisa dalam realiasi pembiayaan usaha perikanan tangkap. Keempat kriteria
dan kelima faktor pembatas telah dijelaskan kepentingannya masing-masing pada
Bagian 4.5.1 bila pembiayaan perikanan dilakukan dengan melibatkan peran aktif lembaga perbankan di Kota Tegal. Tingkat kepentingan setiap kriteria dan setiap
faktor pembatas tersebut mempengaruhi penilaian setiap alternatif strategi pengembangan pembiayaan yang ditawarkan. Gambar 12 menyajikan hasil
analisis prioritas alternatif strategi pengembangan pembiayaan perikanan di Kota Tegal.
Gambar 12. Hasil analisis prioritas strategi pengembangan pembiayaan perikanan tangkap
Berdasarkan Gambar 12, alternatif strategi perbaikan manajemen dan performance usaha perikanan tangkap PMPUPT mempunyai rasio kepentingan
paling tinggi dibandingkan lima alternatif strategi pengembangan pembiayaan perikanan, yaitu mencapai 0,219 pada inconsistency terpercaya 0,05. Sedangkan
secara statistik, batas inconsistency yang diperbolehkan adalah tidak lebih dari 0,1. Dengan demikian alternatif perbaikan manajemen dan performance usaha
perikanan tangkap PMPUPT ini menjadi strategi prioritas untuk mendukung realisasi pembiayaan perikanan di Kota Tegal.
Alternatif strategi prioritas jaminan terhadap kredit dengan bunga lebih rendah PJUKBRD menjadi strategi kedua untuk mendukung realisasi
pembiayaan perikanan di Kota Tegal. Strategi prioritas jaminan terhadap kredit dengan bunga lebih rendah ini dapat menjadi back-up dari strategi perbaikan
manajemen dan performance usaha, terutama bila kinerja usaha sementara pembiayaan dari lembaga perbankan sangat dibutuhkan. Rasio kepentingan dari
strategi PJUKBRD ini mencapai 0,214 pada inconsistency terpercaya 0,05. Strategi perbaikan komitmen kredit dan penegakan sanksi, strategi sosialisasi
kebijakan kredit secara luas di kalangan nelayan, strategi tanggung renteng pembiayaan mendesak kebutuhan produksi merupakan strategi prioritas ketiga,
keempat, dan kelima untuk mendukung realisasi pembiayaan perikanan di Kota Tegal. Sedangkan strategi peningkatan kemandirian peralatan untuk mendukung
trend investasi PKPMTI merupakan strategi prioritas terakhir yang dapat diandalkan untuk mendukung realisasi pembiayaan perikanan RK = 0,117 pada
inconsistency terpercaya 0,05.
129
5 PEMBAHASAN
5.1 Kelayakan Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap di Kota Tegal 5.1.1 Pola Investasi Usaha Perikanan Tangkap
Pada Bab 4 dijelaskan bahwa usaha perikanan tangkap yang banyak dikembangkan di Kota Tegal terdiri dari jaring arad, gillnet monofilamen,
cantrang, jaring rampus, purse seine, gillnet, dan pancing layangan. Dalam kaitan dengan investasi, usaha perikanan tangkap tersebut kebanyakan mengusahakan
sendiri modal yang dibutuhkan dan belum banyak memanfaatkan dukungan pembiayaan dari perbankan atau lembaga keuangan. Menurut DPKP Kota Tegal
2010, setiap mendapatkan hasil tangkapan berlimpah, nelayan kecil Kota Tegal umumnya menabung sebagian keuntungan untuk perbaikan dan investasi jangka
panjang. Kebiasaan tersebut masih terus diikuti, meskipun beberapa diantaranya ada yang sudah memanfaatkan pembiayaan dari koperasi dan lainnya.
Menurut Lambooij, et. al 2012, biaya investasi terbesar usaha perikanan tangkap biasanya untuk pengadaan peralatan utama produksi seperti kapal, alat
tangkap dan peralatan pendukung elektronik dengan kehandalan khusus. Bila melihat jenis barang investasi yang dibelanjakan nelayan Kota Tegal, maka biaya
investasi terbesar umumnya digunakan untuk pengadaan kapal, yaitu rata-rata mencapai sekitar 58,2 dari keseluruhan biaya investasi yang dibutuhkan. Hal
ini bisa jadi karena fishing ground nelayan Kota Tegal umumnya cukup jauh termasuk untuk usaha perikanan tangkap, sehingga mereka selalu mempersiapkan
dengan kapal yang akan digunakannya. Menurut Hamdan, et al 2006 hasil tangkapan nelayan di perairan utara Jawa kurang dari 12 mil tidak terlalu banyak,
dan untuk mensiasati kondisi ini biasanya nelayan melakukan penangkapan di fishing ground yang lebih jauh. Bahkan untuk cantrang dan gillnet dapat mencapai
perairan Kalimantan, Selat Karimata, dan lainnya. Usaha perikanan cantrang dan gillnet umumnya dioperasikan dengan kapal yang lebih besar, yang biaya
investasinya masing-masing dapat mencapai Rp 185.000.000,- dan Rp 275.000.000,-.