Prioritas Strategi Pengembangan Pembiayaan Perikanan Tangkap

Pada penelitian ini gillnet monofilamen dan jaring rampus sangat sensitif terhadap penurunan output penerimaan usaha, peningkatan semua kebutuhan operasional, dan peningkatan kebutuhan solar. Penurunan penerimaan umumnya dipengaruhi oleh harga jual dan rendahnya hasil tangkapan, sedangkan peningkatan biaya kebutuhan operasional melaut umumnya terjadi karena peningkatan harga dan terganggunya supply bahan perbekalan yang dibutuhkan untuk melaut. Tabel 19, Tabel 20, dan Tabel 21 menunjukkan bahwa gillnet monofilamen dan jaring rampus sensitif di bawah 1 terhadap penurunan penerimaan, sensitif di bawah 2 untuk peningkatan kebutuhan semua kebutuhan operasional, dan sensitif di bawah 4 terhadap peningkatan kebutuhan solar. Dalam kaitan dengan keberlanjutan pengembangan, maka kedua usaha perikanan tangkap ini terlalu sensitif sehingga tidak layak dikembangkan, termasuk dengan mendapatkan dukungan pembiayaan dari lembaga perbankan. Bank Danamon Indonesia Tbk 2008 menyatakan bahwa pertumbuhan kredit hanya akan terjadi terjadi bila kredit disalurkan kepada usaha ekonomi yang layak secara finansial dan stabil terhadap gejolak harga, dan pertumbuhan tersebut menjadi syarat mutlak untuk pengembangan pembiayaan yang lebih baik oleh perbankan. Jaring arad dan purse seine merupakan jenis usaha perikanan tangkap di Kota Tegal yang relatif tidak mudah terpengaruh oleh penurunan penerimaan usaha, peningkatan kebutuhan operasional, dan peningkatan harga solar. Hal ini tentu sangat baik, apalagi kedua usaha perikanan tangkap ini termasuk layak dari segi NPV, Net BC, IRR, dan ROI untuk dikembangkan di Kota Tegal. Setiawan et al, 2007 dalam penelitiannya menyatakan usaha perikanan tangkap yang layak secara finansial, stabil terhadap fluktuasi harga dapat menjadi sasaran utama pengembangan program, termasuk yang bersifat bantuan pembiayaan usaha. Hal ini karena usaha perikanan tangkap tersebut tidak berisiko, sehingga pembiayaan yang diberikan akan relatif aman. Cantrang dan pancing layangan juga relatif tidak terpengaruh tetap layak dilakukan, selama penerimaan masing-masing tidak turun hingga 15,3 dan 9,6 . Saat ini, penerimaan cantrang mencapai Rp 477.387.500,- per tahun, sedangkan penerimaan pancing layangan mencapai Rp 83.475.000,- per tahun. Cantrang dan pancing layangan juga masih dapat bertahan tetap layak pada kondisi terjadi peningkatan harga semua kebutuhan operasional melaut, selama masing-masing tidak meningkat hingga 31,9 dan 16,0 . Kebutuhan operasional tersebut diantaranya mencakup solar, es balok, air tawar, dan perbekalan ABK. Cantrang dan pancing layangan ini dapat menjadi alternatif pengembangan di samping jaring arad dan purse seine kelayakan finansialnya NPV, Net BC, IRR, dan ROI juga baik. Bila peningkatan harga hanya terjadi pada solar sebagai bahan bakar utama dalam operasi penangkapan ikan, maka sensitivitas kelayakan usaha jaring arad, cantrang, gillnet monofilamen, gillnet, jaring rampus, purse seine, dan pancing layangan lebih baik. Namun demikian, kelayakan usaha gillnet monofilamen dan jaring rampus sangat sensitif terhadap peningkatan input solar. Pengusahaan gillnet monofilamen menjadi tidak layak bila terjadi peningkatan harga solar hingga 2,3 atau lebih dari harga yang ada. Pengusahaan jaring rampus juga menjadi tidak layak bila terjadi peningkatan harga solar hingga 3,2 atau lebih dari harga yang ada saat ini. Berdasarkan hasil analisis Net BC dan IRR, gillnet monofilamen dan jaring rampus sebenarnya juga tidak layak secara finansial dikembangkan di Kota Tegal, sehingga pengusahaan keduanya termasuk cukup berisiko.

5.2 Faktor Produksi Penting Dalam Operasi Perikanan di Kota Tegal

5.2.1 Pola Pengaruh Faktor Produksi

Hasil analisis regresi berganda pada Bagian 4.2 menunjukkan bahwa setiap faktor produksi yang digunakan dalam operasi penangkapan ikan mempunyai pola pengaruh tersendiri terhadap produksi ikan ketujuh usaha perikanan tangkap di Kota Tegal. Pada usaha perikanan jaring arad, ukuran ukuran jaring X1, stok es X4, dan stok air tawar X6 cenderung mempengaruhi secara positif produksi ikan pada jaring arad. Dengan demikian penyiapan dengan baik ketiga faktor produksi ini, dapat meningkatkan hasil tangkapan ikan pada usaha perikanan jaring arad. Soekartawi 2002 dan Sutisna 2007 menyatakan bahwa penyiapan faktor produksi yang baik merupakan penentu utama keberhasilan kegiatan produksi. Pelaku ekonomi termasuk nelayan umumnya akan melakukan kegiatan operasi pada kondisi cuaca baik dan diduga akan membawa hasil yang banyak, sehingga kesiapan faktor produksi menjadi penentu akhir keberhasilan kegiatan produksi. Model matematis terkait faktor produksi jaring arad belum menunjukkan terjadinya peningkatan produksi oleh lama trip X2, stok BBM X3, stok es X4, ABK X5, dan perbekalan X7. Pola pengaruh yang ditunjukkan oleh faktor produksi ukuran jaring X1, lama trip X2, stok BBM X3, stok es X4, ABK X5, stok air tawar X6, dan perbekalan X7 dalam operasi perikanan jaring arad dapat menjelaskan 99,99 naik turun produksi ikan menggunakan jaring arad, dan ini dapat dipercaya karena mempunyai sig 0,05, yaitu 0,007. Menurut Hermawan 2006 dan Nikijuluw 2002, pemenuhan faktor produksi secara baik sesuai kebutuhan operasi penangkapan ikan akan mendukung peningkatan kerja usaha perikanan tangkap, dan penyediaan faktor produksi tersebut sangat tergantung pada alokasi biaya input yang disediakan oleh pelaku perikanan. Pada posisi ini, lembaga keuangan terutama perbankan dapat dijadikan mitra yang baik untuk pembiayaan usaha perikanan tangkap. Dalam analisis sensitivitas kelayakan usaha, jaring arad tidak terlalu sensitif terhadap peningkatan kebutuhan input pada operasional penangkapan ikan. Namun demikian, faktor produksi tetap harus dipersiapkan dengan baik, sehingga usaha perikanan tangkap yang dilakukan dapat berjalan dengan baik. Pola pengaruh ketujuh faktor produksi terhadap produksi ikan pada cantrang agak berbeda dengan jaring arad, dimana faktor produksi berupa stok BBM, lama trip, stok es, dan jumlah ABK yang ikut serta cenderung mempengaruhi secara positif peningkatan produksi ikan menggunakan cantrang ini. Hal ini bisa jadi karena cantrang diusahakan dengan kapal lebih besar daripada jaring arad sehingga faktor produksi yang berkaitan langsung tersebut sangat menentukan jumlah hasil tangkapan yang didapat nelayan di Kota Tegal. Faktor produksi seperti jaring tidak banyak mendukung karena kapasitas operasi cantrang tidak diukur dari panjang jaring, tetapi dari proporsionalitas bentangan sayap, dan kecekatan dari penarikan holling. Pola pengaruh ketujuh faktor produksi terhadap kinerja operasi perikanan cantrang tersebut dapat menjelaskan sekitar 99,7 naik turunnya produksi ikan menggunakan cantrang di Kota Tegal, dan hal ini dapat dipercaya atau memiliki tingkat kepercayaan 95 , karena mempunyai nilai signifikansi sig 0,00. Pada usaha perikanan gillnet monofilamen, faktor produksi yang cenderung mendukung secara positif produksi ikan diantaranya adalah ukuran jaring X1, stok es X4, air tawar X6, dan perbekalan X7, sedangkan pada usaha perikanan gillnet adalah ukuran jaring X1, stok BBM X3, stok es X4, dan jumlah ABK X5 yang ikut serta. Operasi gillnet di Kota Tegal umumnya menggunakan kapal 25 -30 GT, sedangkan gillnet monofilamen menggunakan kapal di bawah 5 GT, sehingga cukup wajar bila ketersediaan stok menjadi penting pada gillnet. Disamping itu, gillnet tersebut biasanya dioperasikan hingga ke perairan dekat Kalimantan, Selat Karimata, dan perairan Sulawesi sehingga cukup wajar memberi perhatian penting pada BBM terutama solar. Kelayakan gillnet monofilamen yang rendah dari analisis sensitivitas terhadap input solar pada Bagian 4.1 lebih disebabkan oleh penyediaan solar yang rendah pada gillnet monofilamen. Jusuf 2005 dalam penelitiannya menyatakan bahwa kesulitan dalam penyediaan faktorbahan pendukung operasi akan membuat nelayan mengabaikan pemenuhan faktor pendukung tersebut, sehingga secara tidak langsung telah menurunkan performance operasi perikanan yang dilakukan. Pada kondisi ini, faktor pendukung produksi tersebut tidak dapat memberi peran nyata bagi peningkatan produksi ikan yang dilakukan nelayan. Terkait dengan ini, maka penyediaan faktor produksi perlu dipersiapkan dengan baik, meskipun tidak banyak dibutuhkan dan secara tidak langsung atau mempengaruhi kegiatan operasi penangkapan ikan. Berdasarkan Tabel 26 dan model matematis yang dikembangkan, ada kecenderungan ukuran jaring lebih panjang, lamanya trip, stok es, stok air tawar, dan perbekalan lebih banyak dapat meningkatkan produksi ikan pada jaring rampus. Sedangkan stok BBM dan jumlah ABK belum terlihat mendukung produksi ikan tersebut. Pola yang agak berbeda terjadi pada produksi ikan menggunakan purse seine dan pancing layangan. Produksi ikan pada purse seine cenderung didukung secara positif oleh ukuran jaring purse seine, stok BBM, stok es, jumlah ABK, dan stok air tawar Tabel 27. Sedangkan pada pancing layangan, faktor produksi yang secara postif mendukung peningkatan produksi adalah ukuran alat tangkap, lama trip, stok BBM, stok es, ABK, stok air tawar Tabel 28. Hanya perbekalan yang belum terlihat mendukung peningkatan produksi ikan pada pancing layangan. Mengacu kapada hasil analisis regresi berganda tersebut, maka seperti empat usaha perikanan tangkap sebelumnya, kebutuhan produksi ketiga usaha perikanan tangkap ini juga berbeda. Oleh karenanya setiap pelaku perikanan harus dapat mencermati dengan baik apa sebenarnya kebutuhan operasional yang perlu dipersiapkan dengan baik guna meningkatkan performance operasi perikanan yang dilakukannya. Menurut Soekartawi 2002, setiap kegiatan produksi mempunyai kebutuhan tersendiri yang unik terhadap setiap faktor produksi. Peningkatan kebutuhan akan suatu faktor produksi umumnya tidak bersifat linear terhadap peningkatan hasil dari produksi yang dilakukan. Terkait dengan ini, maka penyiapan faktor produksi perlu dilakukan secara optimal dengan berdasarkan pengalaman dan kalkulasi matematis yang dapat dipercaya. Pola pengaruh bersama-sama ketujuh faktor produksi di atas dapat menjelaskan naik turunnya produksi ikan sebesar 99,8 pada jaring rampus, 99,8 pada purse seine, dan 99,6 pada pancing layangan. Pola pengaruh tersebut dapat dipercaya karena memiliki nilai signifikansi sig 0,00. Mengacu kepada hal ini, maka pola pengaruh yang dirumuskan secara matematis pada Bagian 4.1 terkait pengaruh faktor produksi terhadap produksi ikan menggunakan jaring rampus, purse seine, dan pancing layangan dapat menjadi acuan dalam melakukan operasi penangkapan ikan pada ketiga usaha perikanan tangkap tersebut. Namun demikian, diantara faktor produksi yang berpengaruh tersebut, tetap perlu diperhatikan faktor produksi mana yang signifikan mempengaruhi. Hal ini penting untuk menetapkan prioritas faktor produksi mana yang perlu didahulukan, terutama bila fasilitas pembiayaan usaha terbatas. Hasil penelitian Salas, et. al 2007 di Amerika Latin menunjukkan bahwa strategi produksi dibutuhkan untuk sinkronisasi operasi usaha perikanan dengan perubahan dinamika perairan dan kontrol kebijakan, dimana pelaku perikanan secara periodik mendiskusikan tindakan pengelolaan yang dilakukannya.

5.2.2 Faktor Produksi Yang Signifikan Mempengaruhi Operasi Perikanan

Suatu faktor produksi dapat sangat serius mempengaruhi produksi ikan suatu usaha perikanan tangkap, sementara untuk perikanan lainnya mungkin tidak berpengaruh. Sparre dan Venema 1999 menyatakan bahwa urgensi suatu faktor produksi dalam kegiatan penangkapan ikan sangat ditentukan oleh tingkat penggunaan, dampak yang diberikan, serta tingkat output yang ingin dihasilkan pada suatu kegiatan operasi penangkapan ikan. Dari hasil analisis regresi berganda yang disampaikan pada Bagian 4.2 dan pembahasan terkait pada Bagian 5.2.1, maka berikut ini dijelaskan faktor-faktor produksi yang signifikan mempengaruhi setiap usaha perikanan tangkap di Kota Tegal, dan rangkuman disajikan pada Tabel 40 Tabel 40. Faktor produksi yang signifikan mempengaruhi operasi perikanan Usaha Perikanan Tangkap Faktor Produksi Yang Signifikan berpengaruh Nilai Sig. Jaring Arad Ukuran jaring X1 0,029 Stok air tawar X6 0,070 Cantrang Stok BBM X3 0,004 Stok es X4 0,043 Gillnet Monofilamen Ukuran jaring X1 0,018 Gillnet Ukuran jaring X1 0,015 Lama trip X2 0,004 Stok BBM X3 0,009 Stok es X4 0,003 ABK X5 0,007 Stok air tawar X6 0,017 Perbekalan X7 0,013 Jaring Rampus Ukuran jaring X1 0,013 Stok BBM X3 0,039 Stok es X4 0,023 ABK X5 0,025 Stok air tawar X6 0,049 Purse Seine Stok BBM X3 0,040 Pancing Layangan Stok BBM X3 0,023