Biaya Operasional Usaha Perikanan Tangkap

lebih rendah, namun bila dibandingkan dengan standar yang dipersyaratkan NPV 0, maka ketiganya masih layak. Terkait dengan ini, maka dari segi NPV, ketujuh usaha perikanan tangkap tersebut layak dikembangkan di Kota Tegal, Propinsi Jawa Tengah. Ketujuh usaha tersebut mempunyai selisih positif antara nilai sekarang present dari penerimaan dengan nilai sekarang dari pengeluaran pada tingkat bunga 6,25 selama masa operasi secara normal 8 tahun di Kota Tegal. Nilai capaian ini, akan dikombinasikan dengan nilai capaian untuk parameter finansial lainnya, sehingga menjadi pertimbangan yang tepat bagi kelayakan usaha dan pemberian dukungan pembiayaan dari perbankan.

4.1.4.2 Nilai Net Benefit

– Cost Ratio Net BC Usaha Perikanan Tangkap Nilai Net Benefit – Cost Ratio Net BC berguna untuk mengetahui perimbangan manfaat benefit yang diterima usaha perikanan tangkap dengan jumlah biaya cost yang dikeluarkan selama umur teknis pelaksanaan investasi suatu usaha. Usaha perikanan tangkap dikatakan layak bila mempunyai nilai Net BC yang lebih besar dari 1 satu atau dengan kata lain penerimaan usaha perikanan tangkap Kota Tegal lebih besar daripada pengeluarannya. Tabel 16 menyajikan hasil analisis nilai Net Benefit – Cost Ratio Net BC usaha perikanan jaring arad, gillnet monofilamen, cantrang, jaring rampus, gillnet, purse seine, dan pancing layangan di Kota Tegal, Propinsi Jawa Tengah. Tabel 16. Nilai Benefit-Cost Ratio Net BC usaha perikanan tangkap Usaha Perikanan Tangkap Standar Net BC Keterangan Jaring Arad 1 1,09 Layak Cantrang 1,08 Layak Gillnet Monofilamen 1,00 Tidak Layak Gillnet 1,06 Layak Jaring Rampus 1,00 Tidak Layak Purse Seine 1,09 Layak Pancing Layangan 1,05 Layak Sumber : Hasil olahan data 2012 Berdasarkan Tabel 16, usaha perikanan jaring arad, cantrang, jaring rampus, gillnet, purse seine, dan pancing layangan layak dilakukan di Kota Tegal karena mempunyai nilai Net BC 1. Usaha perikanan jaring arad dan purse seine mempunyai nilai Net BC paling tinggi, yaitu masing-masing 1,09. Hal ini berarti bahwa penerimaan usaha perikanan jaring arad dan purse seine di Kota Tegal ini dapat menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan untuk operasi penangkapan ikan. Setiap 1 satu satuan biaya yang dikeluarkan oleh usaha perikanan jaring arad dan purse seine untuk operasi penangkapan, maka rata-rata dapat mendatangkan manfaat penerimaan sekitar 1,09 satuan. Cantrang mempunyai nilai Net BC yang cukup bagus, yaitu 1,08, yang menunjukkan bahwa setiap 1 satuan biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan usaha perikanan cantrang dapat mendatangkan manfaat penerimaan sekitar 1,08 satuan. Usaha perikanan gillnet monofilamen dan jaring rampus mempunyai Net BC =1,00 yang berarti penerimaan usaha perikanan gillnet monofilamen dan jaring rampus di Kota Tegal sama besar dengan biaya yang dikeluarkannya. Setiap 1 satu satuan biaya yang dikeluarkan oleh usaha perikanan gillnet monofilamen dan jaring rampus untuk operasi penangkapan ikan, maka masing- masing mendatangkan manfaat penerimaan sekitar 1 satu satuan juga. Terkait dengan ini, maka pelaksanaan usaha perikanan gillnet monofilamen dan jaring rampus, belum dapat memberikan keuntungan bagi nelayan pelakunya. Hal ini tentu mengganggu kehidupan keluarga nelayan tersebut.

4.1.4.3 Nilai Internal Rate Return IRR Usaha Perikanan Tangkap

Nilai Internal Rate Return IRR penting untuk mengetahui batas untung rugi suatu usaha perikanan tangkap setelah memperhatikan rata-rata suku bunga yang berlaku. Nilai IRR merupakan representasi tingkat keuntungan bersih dalam bentuk persentase yang didapat bila sejumlah uang diinvestasikan pada suatu usaha perikanan tangkap. Nilai IRR yang lebih besar dari suku bunga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia atau suku bunga deposito memberikan petunjuk bahwa investasi yang dilakukan cukup menguntungkan. Tabel 17 menyajikan hasil analisis Internal Rate Return IRR usaha perikanan jaring arad, gillnet monofilamen, cantrang, jaring rampus, gillnet, purse seine, dan pancing layangan yang dilakukan oleh nelayan di Kota Tegal. Tabel 17. Nilai Internal Rate Return IRR usaha perikanan tangkap Usaha Perikanan Tangkap Standar IRR Keterangan Jaring Arad 6.25 29,69 Layak Cantrang 24,85 Layak Gillnet Monofilamen 4,38 Tidak Layak Gillnet 17,53 Layak Jaring Rampus 3,09 Tidak Layak Purse Seine 26,02 Layak Pancing Layangan 27,50 Layak Sumber : Hasil olahan data 2012 Berdasarkan Tabel 17, jaring arad merupakan usaha perikanan tangkap dengan nilai IRR tertinggi, yaitu sekitar 29,69 . Nilai IRR 29,69 tersebut menunjukkan bahwa menginvestasikan dana pada usaha perikanan jaring arad di Kota Tegal dapat mendatangkan keuntungan bersih sekitar 29,69 per tahunnya. Pancing layangan, purse seine, cantrang, dan gillnet juga memiliki IRR yang tinggi, yaitu masing-masing 27,50 , 26,02 , 24,85 dan 17,53 . Usaha perikanan jaring arad, pancing layangan, purse seine, cantrang, dan gillnet termasuk layak dikembangkan dari segi IRR karena nilai IRR-nya lebih tinggi daripada rata-rata suku bunga bank yang berlaku, yaitu sekitar 6,25 . Untuk usaha perikanan gillnet monofilamen dan jaring rampus, tidak layak dikembangkan karena hanya akan mendapatkan keuntungan bersih yang lebih rendah daripada suku bunga bila menyimpan uang di bank, yaitu masing-masing hanya 4,38 dan 3,09 . Dalam kaitan ini, maka dari tujuh usaha perikanan tangkap yang ada, terdapat lima diantaranya yang layak. Bila hasil analisis parameter lainnya tetap positif untuk kelayakan usaha perikanan jaring arad, pancing layangan, purse seine, cantrang, dan gillnet, maka kelima usaha perikanan tangkap ini dapat direkomendasikan untuk mendapat dukungan pembiayaan dari lembaga perbankan.

4.1.4.4 Nilai Return of Investment ROI Usaha Perikanan Tangkap

Nilai Return of Investment ROI penting untuk mengetahui dan mengukur tingkat pengembalian investasi usaha perikanan tangkap dari penerimaan benefit yang diterima pemiliknya. Hasil analisis ROI terhadap usaha perikanan jaring arad, cantrang, jaring rampus, gillnet, purse seine, dan pancing layangan di Kota Tegal, disajikan pada Tabel 18. Tabel 18. Nilai Return of Investment ROI usaha perikanan tangkap Usaha Perikanan Tangkap Standar ROI Keterangan Jaring Arad 1 10,52 Layak Cantrang 8,64 Layak Gillnet Monofilamen 28,19 Layak Gillnet 7,23 Layak Jaring Rampus 19,05 Layak Purse Seine 8,77 Layak Pancing Layangan 22,85 Layak Sumber : Hasil olahan data 2012 Bila mengacu kepada Tabel 18, maka dari segi ROI usaha perikanan jaring arad, cantrang, jaring rampus, gillnet, purse seine, dan pancing layangan layak karena mempunyai nilai ROI 1 satu. Pancing layangan mempunyai nilai ROI paling tinggi, yaitu 22,85. Usaha perikanan tangkap lainnya dengan nilai ROI tinggi adalah gillnet monofilamen ROI = 28,19 dan jaring rampus ROI = 19,05, dan jaring arad 10,52. Nilai ROI yang tinggi ini terjadi karena keempat usaha perikanan tangkap tersebut diusahakan dalam skala yang lebih kecil, dimana nilai kebutuhan investasi relatif lebih rendah seperti disajikan pada Tabel 7 dan Tabel 9. Usaha perikanan gillnet monofilamen dan pancing layangan Rp 12.300.00,-. Meskipun gillnet monofilamen relatif kecil biaya invetasinya, tetapi dalam pengoperasiannya membutuhkan biaya cukup besar. Oleh karena itu, maka pertimbangan hasil analisis parameter finansial lainnya menjadi perlu untuk mendapatkan pertimbangan jenis usaha perikanan tangkap mana yang layak mendapat dukungan pembiayaan dari lembaga perbankan. Pertimbangan komprehensif hasil analisis parameter NPV, Net BC, IRR, ROI akan menentukan jenis usaha perikanan tangkap yang layak dan tidak layak . Bila ada salah satu dari keempat parameter finansial tersebut tidak memenuhi standar yang ditetapkan, maka usaha perikanan tangkap terkait tidak layak direkomendasikan untuk mendapat dukungan pembiayaan dari lembaga perbankan. Usaha perikanan gillnet monofilamen dan jaring rampus tidak memenuhi standar yang ditetapkan untuk parameter Net BC dan IRR. Dengan demikian, maka dari tujuh usaha perikanan tangkap yang terdapat di Kota Tegal, sebanyak lima jaring arad, cantrang, gillnet, purse seine, pancing layangan layak diusahakan, dan sebanyak dua gillnet monofilamen dan jaring rampus termasuk kurang layak diusahakan. Implementasi strategi pengembangan pembiayaan usaha perikanan tangkap ke depan dan pemberian akses ke lembaga pembiayaan hendaknya memperhatikan hal ini.

4.1.5 Hasil Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha Perikanan Tangkap

Sensivitas perlu dianalisis untuk mengetahui hingga batas mana usaha perikanan tangkap di Kota Tegal tersebut masih layak dilakukan bila terjadi perubahan kondisi ekonomi ataupun sosial politik yang berpengaruh terhadap kegiatan perikanan. Secara umum, perubahan dapat saja mengganggu penerimaan usaha perikanan tangkap di mana misalnya harga jual ikan turun dan tidak stabil, dan dapat mengganggu biaya operasional dimana harga-harga kebutuhan melaut menjadi mahal. Pada bagian ini, analisis sensitivitas akan dilihat dari dua sisi, yaitu sisi output penerimaan usaha perikanan tangkap dan dari sisi input biaya operasional usaha perikanan tangkap yang dikeluarkan. Sensitivitas kelayakan usaha dari sisi input akan dianalisis dengan melihat peningkatan harga semua kebutuhan operasional melaut dan melihat bila terjadi peningkatan harga komponen bahan bakar solar sebagai kebutuhan operasional utama nelayan melaut. Hasil analisis sensitivitas kelayakan usaha perikanan tangkap di Kota Tegal dari sisi output penerimaan usaha disajikan pada Tabel 19. Tabel 19. Hasil analisis sensitivitas kelayakan usaha perikanan tangkap terhadap penurunan output penerimaan usaha Usaha Perikanan Tangkap Output Rptahun Sensitivitas Terhadap Penurunan Ouput Jaring Arad 244.867.500,- 17,0 Cantrang 477.387.500,- 15,3 Gillnet Monofilamen 100.720.000,- 1,0 Gillnet 558.877.500,- 12,7 Jaring Rampus 111.127.500,- 1,0 Purse Seine 549.850.000,- 16,7 Pancing Layangan 83.475.000,- 9,6 Sumber : Hasil olahan data 2012 Berdasarkan Tabel 19, gillnet monfilamen dan jaring rampus termasuk sangat sensitif dengan penurunan output, dimana tidak layak lagi dilakukan bila terjadi penurunan penerimaan usaha sebesar 1,0 . Jaring arad, purse seine, cantrang, dan gillnet termasuk usaha perikanan tangkap yang dapat mentolerir terjadinya penurunan output, dimana masih layak dikembangkan bila penurunan output tersebut tidak mencapai 17,0 , 16,7 , 15,3 , dan 12,7 . Pancing layangan cukup stabil selama penurunan output penerimaan usaha tidak turun melebihi 9,6 . Tabel 20 menyajikan hasil analisis sensitivitas kelayakan usaha perikanan tangkap di Kota Tegal dari sisi input berupa peningkatan semua harga kebutuhan operasional melaut.