kontrol kebijakan, dimana pelaku perikanan secara periodik mendiskusikan tindakan pengelolaan yang dilakukannya.
5.2.2 Faktor Produksi Yang Signifikan Mempengaruhi Operasi Perikanan
Suatu faktor produksi dapat sangat serius mempengaruhi produksi ikan suatu usaha perikanan tangkap, sementara untuk perikanan lainnya mungkin tidak
berpengaruh. Sparre dan Venema 1999 menyatakan bahwa urgensi suatu faktor produksi dalam kegiatan penangkapan ikan sangat ditentukan oleh tingkat
penggunaan, dampak yang diberikan, serta tingkat output yang ingin dihasilkan pada suatu kegiatan operasi penangkapan ikan. Dari hasil analisis regresi
berganda yang disampaikan pada Bagian 4.2 dan pembahasan terkait pada Bagian 5.2.1, maka berikut ini dijelaskan faktor-faktor produksi yang signifikan
mempengaruhi setiap usaha perikanan tangkap di Kota Tegal, dan rangkuman disajikan pada Tabel 40
Tabel 40. Faktor produksi yang signifikan mempengaruhi operasi perikanan
Usaha Perikanan Tangkap
Faktor Produksi Yang Signifikan berpengaruh
Nilai Sig.
Jaring Arad Ukuran jaring X1
0,029 Stok air tawar X6
0,070 Cantrang
Stok BBM X3 0,004
Stok es X4 0,043
Gillnet Monofilamen Ukuran jaring X1
0,018 Gillnet
Ukuran jaring X1 0,015
Lama trip X2 0,004
Stok BBM X3 0,009
Stok es X4 0,003
ABK X5 0,007
Stok air tawar X6 0,017
Perbekalan X7 0,013
Jaring Rampus Ukuran jaring X1
0,013 Stok BBM X3
0,039 Stok es X4
0,023 ABK X5
0,025 Stok air tawar X6
0,049 Purse Seine
Stok BBM X3 0,040
Pancing Layangan Stok BBM X3
0,023
Tabel 40 menyatakan bahwa ukuran jaring dan stok air tawar di kapal berpengaruh signifikan bagi peningkatan produksi perikanan tangkap
menggunakan jaring arad yang ditunjukkan oleh nilai signifikansinya 0,05, yaitu masing-masing 0,029 dan 0,028. Terkait dengan ini, maka untuk
meningkatkan performance operasi penangkapan ikan menggunakan jaring arad, maka minimal ukuran jaring dan ketersediaan stok air tawar di atas kapal harus
benar benar mendapatkan perhatian. Radarwati 2010 dalam penelitiannya Teluk Jakarta menyatakan bahwa kesesuaian alat tangkap menjadi penentu utama
keberhasilan nelayan Teluk Jakarta, sedangkan stok air tawar menentukan lama mereka dapat bertahan di laut. Ukuran kapal jaring arad biasanya tidak begitu
besar, sehingga stok air dan perbekalan hanya dibawa secukupnya minimal. Louise, et. al 2011 menambahkan bahwa perhatian tinggi dalam persiapan
terutama penyiapan kapal dan perbekalan menjadi penentu utama keberhasilan operasi perikanan.
Signifikannya pengaruh stok BBM dan stok es terhadap produksi ikan pada cantrang diduga karena 81 dari biaya operasional melaut yang mencapai
Rp 228.742.500,- per tahun merupakan BBM dan es balok. Hasil analisis lapang
menunjukkan bahwa untuk satu trip operasi, cantrang rata-rata membutuhkan solar 1425 liter dan es minimal 450 balok. Rasio kebutuhan yang begitu besar
terhadap BBM terutama solar dan es balok cukup wajar menjadikan kedua faktor produksi ini tidak dapat dilepaskan dari keberhasilan operasi perikanan
cantrang, dan hal ini harus menjadi perhatian penting dalam kaitannya dengan pembiayaan. Bank Indonesia 2007, kredit perbankan perlu diarahkan untuk
pembiayaan faktor produksi yang bersifat vital pada suatu usaha produksi, sehingga memberi dampak yang positif dan jelas bagi perbaikan produksi dan
perumusan strategi pengembangan pembiayaan yang tepat. Untuk gillnet monofilamen, ukuran jaring menjadi faktor produksi yang signifikan
mempengaruhi produksinya. Meskipun gillnet monofilamen termasuk yang tidak layak menurut hasil analisis finansial Bagian 4.1, tetapi keberadaan di Kota
Tegal tidak dapat dihilangkan begitu saja. Oleh karenanya sesuai dengan arahan Bank Indonesia diatas, maka pembenahannya perlu diprioritaskan untuk hal-hal
yang bersifat vital mendukung operasinya.
Berbeda dengan tiga usaha perikanan tangkap sebelumnya, produksi ikan pada gillnet dan jaring rampus dipengaruhi secara signifikan oleh banyak faktor.
Ukuran jaring, lama trip, stok BBM, stok es, ABK, stok air tawar, dan perbekalan, semuanya menjadi penentu penting dan signifikan yang akan mempengaruhi naik
turunnya produksi ikan pada gillnet. Hal ini diduga karena gillnet dioperasikan dalam skala besar dengan biaya operasionalnya bisa mencapai Rp 2.991.750.000,-
per tahun, dan dalam satu trip operasi dapat memakan waktu 15 – 30 hari.
Mamuaya, et al, 2007 dalam penelitiannya menyatakan bahwa keberhasilan operasi gillnet menjadi penentu pertumbuhan perikanan daerah pantai, oleh karena
itu persiapan operasi perlu dilakukan sebaik mungkin. Dalam kaitan ini, maka penyiapan jaring, perencanaan lama trip, stok BBM, stok es, ABK, stok air tawar,
dan perbekalan harus dipersiapkan secara baik sebelum operasi gillnet dilakukan. Produksi jaring rampus dipengaruhi signifikan oleh ukuran jaring, stok BBM,
stok es, ABK, dan stok air. Bila dihubungkan dengan hasil analisis finansial yang menyatakan usaha perikanan jaring rampus ini tidak layak, maka diduga perhatian
yang rendah terhadap kelima faktor produksi tersebut telah menjadi penyebab utama rendahnya performance jaring rampus ini di Kota Tegal.
Liana, et al, 2001 menyatakan bahwa rendahnya produktivitas perikanan terjadi karena lemahnya perencanaan, dan hal ini akan berubah bila semua
personil aktif dan peduli dengan lingkup tugasnya. Perhatian yang tinggi pada penyiapan faktor produksi yang signifikan mempengaruhi performance usaha
jaring rampus, gillnet, gillnet monofilamen, jaring arad dan usaha perikanan tangkap lainnya harus dilakukan oleh semua personilpelaku perikanan. Dampak
dari hal ini mungkin tidak terlihat langsung di lapangan, tetapi hasil analisis kelayakan finansial telah memperlihatkan secara jelas begitu stabilnya penerimaan
usaha perikanan tangkap dengan persiapan produksi yang baik, dan tidak layaknya usaha perikanan tangkap yang teknologi produksinya tidak disiapkan
dengan baik. Produksi ikan pada purse seine dan pancing layangan dipengaruhi signifikan oleh stok BBM, dan oleh karenanya faktor produksi tersebut harus
menjadi perhatian penting personil perikanan terkait pada setiap operasi penangkapan yang dilakukannya.