Hasil Analisis Interaksi Komponen Pendukung Dalam Pembiayaan

tetap terbukanya kesempatan pemanfaatan KKPE dianggap sebagai peluang karena kredit ini terbukti berpengaruh positif dan signifikan membantu pembiayaan usaha perikanan tangkap di Kota Tegal. Beberapa nelayan di lokasi ada yang memanfaatkan kredit tersebut melalui bank umum rating =3, baik. Bunga kredit yang kompetitif yang diterapkan oleh lembaga perbankan menjadi peluang penting yang dapat dimanfaatkan usaha perikanan tangkap untuk mendapat bantuan pembiayaan. Dalam realisasi kredit pembiayaan selama ini ke UMKM, bunga kredit cukup menarik sekitar 14 -16 per tahun rating = 3, tinggi dan banyak UMKM yang telah memanfaatkannya meskipun pada bidang perikanan belum banyak. Kondisi sosial politik terutama di tingkat lokal Kota Tegal diharapkan selalu kondusif sehingga mendukung kegiatan perikanan termasuk dalam penyaluran kredit atau pembiayaan rating = 2, cukup. Kestabilan kondisi sosial politik ini sangat mempengaruhi aktivitas ekonomi masyarakat, yang mana bila tidak stabil dan mengakibatkan suplai ke pasar terganggu, harga menjadi tidak menentu hal ini dapat mengakibatkan cicilan kredit menjadi macet. Oleh karena itu faktor sosial politik yang kondusif ini sangat vital bagi kinerja usaha perikanan tangkap maupun lainnya bobot = 0,15. Bank umum dan BPD cukup aktif berpartisipasi menyalurkan kreditpembiayaan yang diperuntukkan bagi usaha kecil dan menengah. Untuk bank umum, BRI termasuk yang paling aktif di Kota Tegal dalam menyalurkan kreditpembiayaan rating = 3, baik. Pola konsumsi masyarakat saat ini yang cenderung lebih menyukai produk kelesterol rendah terutama dari produk perikanan juga menjadi peluang yang besar untuk bagi pemanfaatan kredit atau pembiayaan pada usaha perikanan tangkap rating =3, tinggi. Selama ini, ikan hasil tangkapan nelayan di Kota Tegal telah menjadi pemasok penting bagi pasar lokal Kota Tegal dan pasar potensial di Jawa Tengah, Jawa Barat dan DKI Jakarta. Posisi strategis Kota Tegal dekat dengan perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat telah menjadikan hasil perikanan Kota Tegal sebagai penyangga kebutuhan protein hewani hasil perikanan di tiga propinsi dengan populasi penduduk dan konsumsi yang padat tersebut. Selama ini, Pemerintah melalui sektor perbankan telah mengeluarkan kebijakan penting tentang perlunya pemberdayaan usaha kecil dan menengah UKM. Suku bunga simpanan yang relatif rendah mendorong lembaga perbankan untuk memberdayakan dana nasabah pada usaha ekonomi yang produktif termasuk diantaranya di bidang perikanan rating = 4, sangat tinggi. Trend investasi pada kegiatan perikanan yang cenderung meningkat juga dapat menjadi pendorong diberikannya pembiayaan usaha perikanan tangkap di Kota Tegal rating = 3, tinggi. Dalam kaitan dengan ancaman, birokrasipersyaratan kredit pembiayaan yang rumit dapat menjadi hambatan terbesar bobot = 0,12 untuk dimanfaatkannya kredit atau pembiayaan oleh pelaku usaha perikanan tangkap di Kota Tegal. Selama ini, nelayan Kota Tegal tidak terbiasa dengan pengisian formulir yang rumit dalam pengurusan usaha perikanan tangkap yang dilakukannya. Hal ini tentu kurang baik karena menghambat pengelolaan usaha perikanan tangkap yang lebih profesional. Kegiatan monopoli dan pengaturan harga merupakan dua faktor eksternal yang juga bersifat ancaman bagi usaha perikanan tangkap di Kota Tegal. Praktek monopoli dan pengaturan harga ini umumnya dilakukan oleh pengusaha dari luar Kota Tegal dengan modal yang cukup besar untuk mendapatkan keuntungan maksimum. Namun demikian intensitasnya menurun sehingga tidak banyak menganggu aktivitas lelang yang ada rating = 3. Ulah pesaing yang menyebarkan isu penggunaan formalin yang menjadikan harga produk perikanan terutama dari jenis olahan dapat menurun tajam dan bahkan sulit untuk dapat dijual. Kejadian tersebut tidak hanya meresahkan nelayan Kota Tegal tetapi juga nelayan lain sepanjang pantai utara Jawa, seperti di Pekalongan, Brebes, Cirebon, Indramayu, dan Subang. Hal ini masih juga terjadi hingga saat ini walaupun intensitasnya telah menurun rating = 2. Pasokan BBM yang terkadang kurang di PPP Kota Tegalsari, suplai es dan air tawar juga terkadang terganggu karena ada yang berasal dari kecamatan lain dan juga masih minimalnya instalasi air tawar di pelabuhan, sehingga dipasok menggunakan mobil khusus rating = 2, cukup. Penegakan sanksi terhadap pelanggaran oleh oknum seperti petugas belum dilakukan dengan baik di Kota Tegal rating = 2. Kondisi-kondisi ini dapat menjadi penghambat bagi perkembangan usaha perikanan tangkap. Meskipun beberapa nelayan sudah memiliki alat navigasi, tetapi aparat terkait tetap menjadi penentu dalam menetapkan kelaikan penangkapan suatu kapal perikanan. Hal ini banyak terjadi pada usaha perikanan tangkap, sehingga banyak dari mereka yang menunggu izinketerangan laik melaut dari aparat terkait rating = 2, cukup. Pungutan liar juga menjadi faktor eksternal dengan ancaman pengembangan usaha perikanan tangkap di Kota Tegal. Pungutan liar yang ada saat ini diantaranya pungutan parkir, oknum aparat keamanan, dan lainnya rating = 1.

4.4.3 Alternatif Strategi Pengembangan Pembiayaan Perikanan

Dengan mengacu kepada metodologi, maka strategi yang menjadi solusi pembiayaan usaha perikanan tangkap ditentukan dengan memadukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Menurut Rangkuti 2004, faktor yang mempunyai dampak positif kekuatan dan peluang dapat digunakan untuk mensiasati kelemahan yang dimiliki dan ancaman yang timbul, dan bahkan memanfaatkan secara bersama kekuatan dan peluang yang ada, untuk menghasilkan dampak positif yang lebih baik. Rumusan strategi yang menjadi solusi pembiayaan usaha perikanan tangkap di Kota Tegal disajikan pada Tabel 39. Tabel 39 Matriks SWOT strategi yang menjadi solusi pembiayaan perikanan di Kota Tegal Faktor Eksternal Faktor Internal Peluang O Ancaman T Pemanfaatan KPPE Birokrasi kredit yang rumit Bunga kredit yg kompetitif Monopoli dan pengaturan harga Kondusifitas sospol Perusakan citra produk Peran aktif bank umum BPD Pasokan BBM, es, air tawar yang masih tidak stabil Pola konsumsi ikan Penegakan sanksi yang lemah Kebijakan kredit UKM Trip bergantung cuaca Trend investasi Pungutan liar Kekuatan S Performance pengembalian ROI  Kegigihan dan keterbukaan dalam memenuhi permintaan konsumsi ikan di masyarakat  Peningkatan keterampilan dan kemandirian peralatan untuk mendukung trend investasi  Tanggung renteng dalam pembiayaan mendesak kebutuhan produksi BBM, es, air, dan lainnya  Menggalang kebersamaan dalam menghadapi praktek monopoli, pengaturan harga, dan pungutan liar Kegigihan berusaha Tanggung renteng perbekalan ABK Sifat tolong menolong kebersamaan Keterbukaan Kehidupan RT tenteram Kemandirian desain alat tangkap ukuran jaring, mata kail, dll Kelemahan W Barang jaminan  Prioritas jaminan terhadap kredit dengan bunga yang lebih kompetitif misal KPPE  Sosialisasi kebijakan kredit secara luas di kalangan nelayan guna peningkatan pemahaman kredit  Perbaikan manajemen dan performance usaha perikanan tangkap.  Perbaikan komitmen kredit dan penegakan sanksi terhadap pelanggar Kualitas SDM ABK Pengetahuan kredit Keengganan terhadap urusan formal Performance Net BC dan IRR rendah beberapa UP Manajemen pengelolaan Komitmen terhadap cicilan Pada Tabel 39, terdapat delapan strategi yang dapat dikembangkan dari perpaduan faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman pada Tabel 37 dan Tabel 38. Dari delapan strategi tersebut ada enam strategi yang berkaitan langsung dengan pembiayaan dan ada dua strategi yang