Faktor Produksi Yang Signifikan Mempengaruhi Operasi Perikanan

5.4.2 Posisi Pembiayaan Usaha Perikanan Tangkap di Kota Tegal

Kondisi internal dan eksternal pembiayaan memberi informasi penting tentang posisi pembiayaan usaha perikanan tangkap saat ini existing position di Kota Tegal. Menurut Saaty 1993, posisi tersebut dapat diketahui dengan mengembangkan matriks internal-eksternal matriks IE dari kondisi pembiayaan saat ini, baik internal dan eksternal. Terkait dengan ini, maka total skor semua faktor internal Tabel 37 akan dipetakan dengan total skor semua faktor eskternal Tabel 38, sehingga diketahui kuadran plotting posisi saat ini dan arahan pengembangannya ke depan. Gambar 13, memperlihatkan hasil analisis matriks internal-eksternal IE posisi pembiayaan usaha perikanan tangkap di Kota Tegal yang memadukan total skor faktor internal dan total skor faktor eksternal. Total Skor Faktor Internal Total Skor Faktor Eksternal Tinggi III Penciutan II Pertumbuhan I Pertumbuhan Menengah VI Penciutan V Pertumbuhan Stabilitas IV Stabilitas Rendah IX Likuidasi VIII Pertumbuhan VII Pertumbuhan Rendah Menengah Tinggi Gambar 13 Matriks internal-eksternal IE pembiayaan usaha perikanan tangkap di Kota Tegal Berdasarkan Gambar 13, diketahui bahwa posisi pembiayaan usaha perikanan tangkap di Kota Tegal saat ini berada pada kuadran V pertumbuhan stabilitas. Sesuai dengan ketentuan SWOT Rangkuti, 2004, bahwa suatu Total Skor Faktor Internal Total Skor Faktor Eksternal Tinggi III Penciutan II Pertumbuhan I Pertumbuhan Menengah VI Penciutan V Pertumbuhan Stabilitas IV Stabilitas Rendah IX Likuidasi VIII Pertumbuhan VII Pertumbuhan Rendah Menengah Tinggi 1 2 3 4 4 3 2 ● ● = kondisi saat ini = arah pengembangan 2,61 2,47 proyek atau kegiatan pengelolaan dapat dilanjutkan bila minimal berada pada kondisi pertumbuhan total skor faktor internal 2 dan total skor dimensional eksternal 1. Total skor faktor internal dan total skor faktor eksternal pembiayaan usaha perikanan tangkap di Kota Tegal memenuhi ketentuan tersebut, yaitu 2,61 untuk total skor faktor internal dan 2,47 untuk total skor faktor eksternal sehingga posisi pembiayaan saat ini termasuk dalam kategori “cukup”. Bila melihat gambaran posisi saat ini existing position pada Gambar 13, maka pengembangan kinerja pembiayaan usaha perikanan tangkap dapat diarahkan ke kuadran I, dimana terjadi pertumbuhan dalam pembiayaan tersebut untuk mendukung aktivitas usaha perikanan tangkap, dukungan maksimal semua faktor internal dan faktor eksternal yang berpengaruh positif. Untuk mencapai hal ini, maka strategi yang dikembangkan untuk mendukung pembiayaan tersebut harus relevan dan mengakomodir secara positif kondisi faktor internal dan faktor eksternal yang ada. Posisi pembiayaan pada Gambar 13 tersebut merupakan representasi dari interaksi yang terjadi pada kinerja kreditpembiayaan perikanan di Kota Tegal saat ini. Kotler 1997 menyatakan bahwa interaksi atau aktivitas ekonomi akan menyebabkan posisi bisnis berada pada jalur yang menguntungkan atau sebaliknya, dan strategi pasar akan mengambil peran yang sangat penting. Dalam kaitan dengan pembiayaan usaha perikanan tangkap, maka kemampuan pemilik usaha perikanan tangkap untuk meyakinkan lembaga perbankan tentang pengelolaan usahanya terutama dari aspek bisnis merupakan strategi pasar untuk mendapatkan pinjaman kreditpembiayaan. Bila pihak yang terkait dengan kegiatan perikanan, baik langsung maupun tidak langsung dapat dikoordinasikan dengan baik, maka kepercayaan lembaga perbankan akan meningkat dan hal ini dapat mendukung kegiatan perikanan termasuk pembiayaannya. Bila hal ini dapat dilakukan, maka akan tercipta hal yang positif yang memungkinkan lembaga perbankan lebih tertarik menyalurkan kredit atau pembiayaan kepada usaha perikanan tangkap. Siamat 2001 menyatakan bahwa kegiatan pembinaan yang baik kepada pelaku ekonomi dapat membantu membaca kondisi pasar secara tepat, dan membantu mengembangkan strategi perbaikan yang cepat dan tepat pula. Perbaikan kondisi kini pembiayaan usaha perikanan tangkap di Kota Tegal kuadran V dapat diarahkan ke kuadran I dengan mengembangkan strategi pembiayaan yang tepat yang memungkinkan usaha perikanan tangkap berkembang dengan bantuan pinjaman kreditpembiayaan dari lembaga perbankan. Bagian berikut akan membahas tentang strategi kebijakan pembiayaan yang dapat dikembangkan dengan melihat kondisi internal dan eksternal yang terjadi kini pada usaha perikanan tangkap di Kota Tegal.

5.5 Strategi Pengembangan Kebijakan Pembiayaan Usaha Perikanan

Tangkap 5.5.1 Urgensi Pengembangan Strategi Kebijakan Pembiayaan Dengan mengacu kepada hasil analisis kondisi internal dan eksternal serta posisi pembiayaan usaha perikanan tangkap di Kota Tegal saat ini, maka dapat dikembangkan strategi pengembangan kinerja pembiayaan secara prioritas. Pada Bab 4 Bagian 4.4 dan Bagian 4.5 dinyatakan bahwa ada enam strategi kebijakan yang dapat dilakukan untuk peningkatan kinerja pembiayaan pada usaha perikanan tangkap di Kota Tegal, yaitu : a Peningkatan keterampilan dan kemandirian peralatan untuk mendukung investasi prioritas VI, b Tanggung renteng dalam pembiayaan mendesak kebutuhan produksi prioritas V, c Pengalokasian jaminan untuk kredit dengan bunga lebih rendah prioritas II, d Sosialisasi kebijakan kredit secara luas di kalangan nelayan guna peningkatan pemahaman prioritas IV, e Perbaikan manajemen dan performance usaha perikanan tangkap prioritas I, dan f Perbaikan komitmen kredit dan penegakan sanksi terhadap pelanggar prioritas III. Strategi peningkatan keterampilan dan kemandirian peralatan untuk mendukung investasi, secara langsung dapat meningkatkan kinerja usaha perikanan tangkap. Peningkatan kinerja ini yang sekaligus mengefisienkan penggunaan biaya investasi dan ini akan menjadi pertimbangan positif bagi lembaga perbankan untuk memberikan kredit atau pembiayaan kepada usaha perikanan tangkap tersebut. Hal ini dapat dilakukan pada usaha perikanan jaring arad, cantrang, gillnet, purse seine, dan pancing layangan sebagai usaha perikanan tangkap yang layak dikembangkan secara finansial. Strategi tanggung renteng dalam pembiayaan mendesak kebutuhan produksi harapannya dapat efektif sebagai buffer penyangga dalam mensiasati kredit atau pembiayaan yang belum cair. Sistem tanggung renteng telah dicoba diterapkan Philipina sebagai salah satu bentuk aplikatif dari kegiatan co- manajemen yang dikembangkan di kalangan nelayan di sana. Dalam kelompok kecil, nelayan tersebut membuat tabungan kelompok yang sewaktu-waktu bisa digunakan bila ada anggota yang kesulitan biaya operasional melaut dan perbaikan unit penangkapan ikan. Bila hasil tangkapan baik, maka jumlah setoran tabungan lebih banyak, begitu juga sebaliknya. Kegiatan kelompok tersebut dikoordinir dan diawasi oleh lembaga pengelola co-manajemen yang anggotanya berasal dari perwakilan stakeholders perikanan Katon, et al, 1999. Strategi tanggung renteng tersebut dapat dicoba untuk dimanfaatkan oleh kelompok usaha perikanan tangkap, terutama yang memiliki keuntungan bersih yang cukup besar, seperti cantrang, gillnet, dan purse seine. Namun demikian, pemilihan strategi kebijakan yang tepat sangat tergantung pada kriteriaaspek pengelolaan yang ingin dikembangkan serta keterbatasan pengelolaan yang ada. Gaspersz 2005 menyatakan bahwa pemilihan kebijakan bisnis sangat tergantung pada hal-hal yang ingin dicapai dari kegiatan bisnis dan hal-hal yang menjadi penghambat dalam pencapaian tujuan tersebut. Pengalokasian jaminan untuk kredit dengan bunga lebih rendah merupakan alternatif strategi kebijakan yang dapat ditempuh pada kondisi barang jaminan yang terbatas, sementara kebutuhan kredit atau pembiayaaan cukup besar. Nikijuluw 2005 dan Tzanatos, et. al 2008 menyatakan bahwa usaha perikanan tangkap akan berhasil bila memadukan unsur politik, kondisi ekonomi, serta pengetahuan dan skala pengusahaan yang dikuasai masyarakat terhadap berbabagi keputusan bisnis yang diambil. Hal ini penting karena tidak semua permasalahan yang dihadapi usaha perikanan tangkap dicepatkan dengan logika ekonomi, tetapi ada kondisi-kondisi dimana aspek keamanan, pencitraan, dan suasana yang menjadikan usaha perikanan tangkap tersebut tetap kondusif