tepat untuk mendukung strategi pengembangan pembiayaan perikanan yang lebih baik di Kota Tegal.
Akomodasi hasil analisis faktor produksi, performance finansial, dan interaksi komponen pembiayaan melalui SEM, dan lainnya mendukung kegiatan
identifikasi menyeluruh dan analisis dari berbagai sudut pandang tentang kondisi pembiayaan usaha perikanan tangkap saat ini. Penilaian terhadap semua faktor
internal dan faktor eksternal menggunakan metode SWOT akan memperlihatkan kondisi pembiayaan usaha perikanan tangkap dan kemungkinan solusistrategi
pengembangannya di masa mendatang.
4.4.1 Hasil Identifikasi Faktor Internal
Secara umum, faktor internal yang mempengaruhi pembiayaan usaha perikanan tangkap di Kota Tegal ada dua jenis, yaitu faktor kekuatan dan faktor
kelemahan dalam pembiayaan usaha. Faktor yang menjadi kekuatan merupakan faktor internal yang bila berkembang dengan baik akan mendukung pembiayaan
usaha perikanan tangkap baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan faktor kelemahan merupakan faktor internal yang bila tidak diperbaiki
dengan baik atau dibiarkan tidak terkontrol dapat menghambat pengembangan usaha perikanan tangkap di Kota Tegal. Terkait dengan ini, maka perimbangan
faktor kekuatan dan kelemahan ini akan menentukan posisi atau kondisi usaha perikanan tangkap terutama terkait dengan penyediaan pembiayaan usaha.
Tabel 37 menyajikan hasil identifikasi dan penilaian kelompok faktor internal yang mempengaruhi pembiayaan usaha perikanan tangkap di Kota Tegal,
Propinsi Jawa Tengah. Hasil analisis kelayakan finansial pada Bagian 4.1 menunjukkan semua usaha perikanan tangkap jaring arad, gillnet monofilamen,
cantrang, jaring rampus, purse seine, gillnet, dan pancing layangan di Kota Tegal mempunyai performance pengembangan investasi yang baik. Namun demikian
hal ini tidak terjadi pada semua nelayan kecil, dimana hanya sekitar 75 dari mereka yang benar-benar dapat merasakan manfaat dari pengembalian investasi
usaha mereka rating = 3, tinggi.
Tabel 37 Kelompok faktor internal yang mempengaruhi pembiayaan usaha perikanan tangkap di Kota Tegal
Faktor Internal Bobot
Rating Skor
Kekuatan :
Performance pengembalian investasi ROI yg baik
0,10 3
0,30 Kegigihan dalam berusaha
0,11 4
0,44 Tanggung renteng perbekalan ABK
0,07 2
0,14 Sifat tolong menolong diantara nelayan
0,08 3
0,24 Keterbukaan
0,10 4
0,40 Kehidupan rumah tangga tenteram
0,07 3
0,21 Kemandirian desain alat tangkap
0,03 2
0,06
Kelemahan :
Kepemilikan barang jaminan 0,10
1 0,10
Kualitas SDM ABK 0,08
2 0,16
Pengetahuan tentang kredit 0,05
2 0,10
Keengganan untuk mengurus pembiayaan secara formal
0,05 2
0,10 Net BC dan IRR rendah pada beberapa UPSK
0,05 2
0,10 Manajemen keuangan yang rendah
0,07 2
0,14 Komitmen dalam membayar cicilan rutin
0,04 3
0,12
Total 1,00
2,61
Pelaku usaha perikanan tangkap di Kota Tegal memiliki kegigihan yang tinggi dalam menjalankan usahanya. Faktor kegigihan ini menjadi kunci utama
dari ketahanan dan kontinyuitas nelayan untuk menjalankan usaha perikanan tangkap bobot = 0,11. Beberapa nelayan di Kota Tegal terus berusaha mencari
pendapatan bagi keluarganya, misalnya dengan memodifikasi alat tangkap pada musim paceklik, atau mencari kerang bila bekal melaut tidak cukup lagi, menjadi
buruh pelabuhan, dan lainnya rating = 4, sangat tinggi. Kegemaran menabung juga merupakan salah satu kekuatan dari
nelayan dan pelaku perikanan lainnya di Kota Tegal. Uang yang ditabung anggota kelompok cukup membantu menutupi kebutuhan operasional melaut
terutama pada masa-masa sulit dan bila hasil tangkapan kurang memuaskan. Banyak anggota iuran tanggung renteng bahan operasi dan perbekalan sehingga
operasi penangkapan segera dapat dilakukan kembali. Namun hal ini belum terlalu signifikan dan hanya dilakukan oleh nelayan senior rating = 2, cukup.
Sifat tolong-menolong diantara kelangan nelayan juga menjadi kekuatan tersendiri dalam kehidupan bermasyarakat nelayan dan pelaku perikanan lainnya
di Kota Tegal. Nelayan ini merupakan SDM utama usaha perikanan tangkap dan pelaku langsung kegiatan operasi penangkapan ikan. Oleh karena kualitas
pendidikan, keterampilan, dan kebiasaan baik yang dibangun dalam komunitas nelayan perlu terus dipertahankan. Cukup sering diantara individu nelayan di
Kota Tegal membantu nelayan lainnya bila ada yang kesulitan pembiayaan dengan perjanjian misalnya akan dibayar dari hasil tangkapan pada trip
berikutnya. Kebiasaan ini cukup baik untuk mensiasati kesulitan pembiayaan usaha perikanan tangkap yang dialami anggota kelompok nelayan dan hingga saat
ini hal tersebut terus berjalan rating = 3, tinggi. Hal ini menjadi upaya penting yang dilakukan selama ini oleh kelompok nelayan di Kota Tegal, dan ini tentu
positif bagi masuknya pembiayaan karena diantara nelayan dapat saling membantu bila terjadi kesulitan dalam hal pengembalian kredit.
Keterbukaan merupakan hal yang sangat baik dan positif untuk mengetahui permasalahan dan kebutuhan dari suatu kelompok masyarakat
termasuk kalangan nelayan. Mereka sangat terbuka untuk dimintai masukan ataupun dilibatkan dalam berbagai program yang mendukung pembangunan
perikanan di Kota Tegal rating = 4, sangat tinggi. Bila dilihat secara jelas, konflik rumah tangga tersebut tidak ada
hubungannya dengan masalah kesulitan pembiayaan usaha, namun ini merupakan hal yang lazim terjadi pada rumah tangga nelayan pada masa hasil tangkapan
kurang baik rating = 3, tinggi. Nelayan dan pelaku perikanan lainnya juga cukup kreatif mendesain atau memodifikasi alat tangkap seperti ukuran jaring,
mata kail untuk mensiasati jenis ikan sasaran yang ada. Hal ini mereka tempuh untuk menekan biaya investasiperawatan yang dikeluarkan, namun demikian
kemampuan ini hanya dimiliki oleh kalangan nelayan seniortua rating = 2, cukup. Kemandirian desain alat tangkap ini sangat mendukung, apalagi sebagian
usaha perikanan tangkap Kota Tegal sangat bergantung pada faktor produksi alat tangkap jaring.
Disamping faktor kekuatan, secara internal usaha perikanan tangkap juga memiliki kelemahan dalam kaitannya untuk mendapat dukungan pembiayaan
usaha. Kelemahan tersebut diantaranya terkait dengan kepemilikan barang jaminan agunan, pengetahuan tentang kredit pembiayaan, keengganan untuk
mengurus pembiayaan secara formal, manajemen keuangan yang rendah, dan komitmen dalam membayar cicilan secara rutin.
Barang jaminan agunan merupakan kesulitan utama dari sebagian besar nelayan, termasuk yang menjalankan usaha perikanan tangkap. Padahal barang
jaminan tersebut merupakan hal yang vital yang harus disiapkan nelayan untuk mendapatkan kredit pembiayaan dari perbankan maupun lembaga keuangan
lainnya bobot = 0,10. Sedangkan kemampuan nelayan di Kota Tegal termasuk rendah sekali rating = 1, kurang dalam penyediaan barang jaminan ini. Sekitar
71,2 nelayan tersebut tidak mampu menyediakan barang jaminan yang dipersyaratkan untuk mendapatkan bantuan pemodalan tersebut, seperti sertifikat
tanah, sertifikat rumah, dan sertifikat benda tidak bergerak lainnya. Sebagian besar nelayan di Kota Tegal berpendidikan rendah rata-rata
SMP, dan sehingga secara kualitas, SDM perikanan tidak banyak membantu rating = 2, cukup dalam pengelolaan usaha perikanan tangkap yang efektif. Hal
ini tentu perlu menjadi cacatan penting karena dari analisis regresi berganda, SDM perikanan dalam hal ini ABK ikut memberi pengaruh penting bagi
keberhasilan operasi penangkapan ikan. Nelayan pelaku dan pelaku perikanan lainnya di Kota Tegal juga banyak yang belum mengetahui mekanisme
mendapatkan kredit pembiayaan rating = 2, cukup. Selama ini mereka mengetahui bahwa kredit atau pembiayaan tersebut
sifatnya pinjaman dan harus dibayarkan angsurannya. Namun mereka belum banyak tertarik dengan kredit atau pembiayaan tersebut. Mereka menganggap
pengurusan kredit atau pembiayaan dari perbankan dan lembaga keuangan resmi terlalu formal, sedangkan mereka tidak memahaminya. Kondisi ini menyebabkan
banyak diantara mereka enggan berhubungan dengan kredit atau pembiayaan dari perbankan atau lembaga keuangan formal tersebut rating = 2, cukup.
Hal tersebut diperburuk lagi oleh kelayakan finansial dari parameter Net BC dan IRR yang rendah pada beberapa alat tangkap. Gillnet monofilamen dan
jaring rampus misalnya, mempunyai Net BC 1 dan IRR 6,25 , sehingga dapat menyulitkan untuk mendapatkan dukungan pembiayaan dari lembaga
perbankan rating = 2, cukup. Disamping itu, dalam pengelolaan usaha, nelayan dan pelaku perikanan lainnya di Kota Tegal juga masih lemah dalam manajemen
keuangan usaha. Mereka umumnya lulusan SD atau SMP yang tidak mengerti pembukuan, sehingga tidak terandalkan untuk mengatur siklus keuangan dan
mencatat setiap pengeluaran dan pemasukan yang didapat rating = 2,cukup. Oleh karena pendidikan yang rendah dan belum banyak mengerti tentang suatu
komitmen yang ditulis atau disepakati bersama tersebut, maka tidak sedikit diantara mereka yang menganggap bahwa pembayaran angsuran kredit atau
pembiayaan hanya dilakukan bila usaha mendapatkan untung. Pemahaman seperti ini cukup menghambat, karena beberapa diantara nelayan dapat saja
dengan sengaja tidak mau membayar. Namun saat ini para nelayan sudah sedikit mengerti tentang hal ini dan mendukung maksimal bila kredit atau pembiayaan
diprogramkan kepada mereka rating = 3, tinggi.
4.4.2 Hasil Identifikasi Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor dari luar yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan pembiayaan pada usaha perikanan tangkap di Kota
Tegal. Faktor ini ada yang bersifat sebagai peluang dan ada pula yang bersifat sebagai ancaman. Faktor peluang merupakan faktor yang dapat mendukung secara
positif terdistribusinya pembiayaan pada usaha perikanan tangkap baik secara langsung dalam bentuk kredit atau pembiayaan maupun tidak langsung misalnya
dengan penciptaan kondisi pengelolaan usaha perikanan tangkap yang baik yang nantinya dapat mempermudah usaha ini mendapatkan fasilitas kredit dari
perbankan. Faktor ancaman merupakan faktor-faktor dari luar yang dapat menghambat pengembangan usaha perikanan tangkap dan pada akhirnya dapat
menghambat diperolehnya fasilitas kredit dari perbankan. Dari hasil analisis kelayakan finansial, regresi berganda, dan SEM pada
bagian sebelumnya, serta hasil survai maka dapat terindentifikasi adanya 14 faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman bagi keberhasilan pembiayaan usaha
perikanan tangkap di Kota Tegal. Adapun faktor eksternal yang menjadi peluang diantaranya adalah pemanfaatan KKPE guna meningkatkan kinerja pembiayaan
nelayan, bunga kreditpembiayaan yang relatif rendah, kondisi sosial politik yang
baik terutama di tingkat lokal, peran aktif bank umum dan BPD, pola konsumsi produk perikanan yang terus meningkat di masyarakat, kebijakan alokasi kredit
atau pembiayaan pada UKM, dan trend investasi pada usaha perikanan tangkap yang cenderung membaik. Tabel 38 menyajikan hasil penilaian kelompok faktor
eksternal yang dapat mempengaruhi pembiayaan usaha perikanan tangkap di Kota Tegal, Propinsi Jawa Tengah.
Tabel 38 Kelompok faktor eksternal yang mempengaruhi pembiayaan usaha perikanan tangkap di Kota Tegal
Faktor Eksternal Bobot
Rating Skor
Peluang :
Pemanfaatan kredit ketahanan pangan energi KKPE
0,10 3
0,30 Bunga kredit yang kompetitif
0,09 3
0,27 Kondisi sosial politik yang baik
0,12 2
0,24 Peran aktif Bank Umum dan BPD
0,08 3
0,24 Pola konsumsi konsumen produk perikanan
0,06 3
0,18 Kebijakan kredit pembiayaan pada UKM
0,04 4
0,16 Trend investasi pada usaha perikanan tangkap
0,04 3
0,12
Ancaman :
Birokrasi kredit pembiayaan yang rumit 0,12
2 0,24
Praktek monopoli dan pengaturan harga 0,05
3 0,15
Ulah pesaing yang merusak citra produk 0,07
2 0,14
Pasokan BBM, es, air tawar yang belum stabil 0,10
2 0,20
Penegakan saksi pelanggaran oleh pihak terkait 0,05
2 0,10
Trip penangkapan yang bergantung cuaca 0,05
2 0,10
Pungutan liar oknum yang memberatkan cicilan kredit
0,03 1
0,03 1,00
2,47
Faktor eksternal yang menjadi ancaman bagi keberhasilan usaha dan pembiayaan perikanan di Kota Tegal diantaranya adalah birokrasipersyaratan
kredit atau pembiayaan yang cukup rumit, praktek monopoli dan pengaturan harga, ulah pesaing yang merusak citra produk, pasokan BBM, es, dan air tawar
yang belum stabil, penegakan sanksi pelanggaran oleh pihak terkait cenderung tidak konsisten, trip penangkapan ikan yang bergantung pada cuaca, dan
pungutan liar oknum yang memberatkan cicilan kredit. Berdasarkan Tabel 38,