akan memberikan output berupa arahan dan tidak memberikan solusi “ajaib dari
obyek penelitian yang ingin dipecahkan Romadhon, 2010. Faktor strenghts kekuatan merupakan faktor yang menjadi kekuatan atau
kelebihan suatu sistem atau obyek penelitian menjalankan fungsi-fungsi yang ingin dicapai sebagai sebuah sistem yang baik. Strenght ini bersifat internal dari
suatu sistem atau obyek yang dikaji. Faktor weaknesses kelemahan merupakan faktor yang menjadi kelemahan atau kekurangan suatu sistem atau obyek
penelitian menjalankan fungsi-fungsi yang ingin dicapai sebagai sebuah sistem yang baik. Weaknesses kelemahan juga bersifat internal dari suatu sistem atau
obyek yang dikaji. Sedangkan opportunity peluang dan threat ancaman merupakan faktor yang berasal dari luar yang mempengaruhi sistem untuk
menjalankan fungsi-fungsinya. Opportunity peluang merupaan faktor eksternal yang mendukung sistem untuk menjalankan fungsi-fungsinya secara baik,
sedangkan threat ancaman merupaan faktor eksternal yang menghambat sistem untuk menjalankan fungsi-fungsinya secara baik Rangkuti, 2009.
2.8.4 Analytical Hierarchy Process AHP
Analytical Hierarchy Process AHP dikembangkan pertama kali oleh Thomas Saaty pada tahun 1970an. Analytical Hierarchy Process AHP
merupakan metode analisis keputusan yang menggunakan model matematis untuk menilai beberapa faktor yang menjadi pertimbangan atau kriteria penilaian. AHP
ini sangat membantu dalam menentukan prioritas dari beberapa alternatif yang menjadi aksi atau strategi pengembangan dari suatu obyek yang diteliti.
Bhushan and Rai. 2004 dan Saaty 1993 menyatakan bahwa untuk mendapatkan hasil yang maksimal, pengembangan hierarki AHP dan akomodasi
kepentingan komponen terkait dilakukan dengan empat prinsip, yaitu: 1 menyederhanakan permasalahan yang kompleks, 2 secara subjektif tingkat
kepentingan dari setiap komponen diberi nilai numerik yang dapat menjelaskan arti pentingnya suatu komponen dibandingkan komponen lainnya dalam skema
pembiayaan perikanan, 3 mensintesiskan data yang tersedia menjadi informasi yang berguna terkait tingkat kepentingan obyek yang dikaji, dan 4 secara grafis,
persoalan keputusan dikonstruksikan dalam bentuk bentuk diagram yang memuat tingkat kepentingan setiap komponen dalam interaksi pengambilan keputusan.
Menurut Wilson et.al 2002, dalam analisis AHP, berbagai komponen yang terkait dengan obyek yang dikaji harus dikelompokkan ke dalam beberapa
levelherarki, misalnya level goal tujuan, level kriteria, level pembatas limit factor, dan level opsi solusi. Lingkup pendefinisian masalahkomponen sistem
mencakup maksud dan tujuan melakukan analisis AHP misalnya memilih strategi prioritas, kriteria yang perlu diperhatikan dalam memilih strategi prioritas,
pembatas limit factor dalam memilih strategi prioritas, dan opsi strategi yang ditawarkan.
Bhushan and Rai 2004 dan Saaty 1993 menyatakan bahwa jawaban yang diberikan responden dalam wawancara AHP harus dikuantifikasikan dalam
nilai skala komparasi 1 sampai 9. Skala 1 sampai dengan 9 merupakan skala yang terbaik dalam mengkualifikasikan pendapat, yaitu berdasarkan akurasinya yang
ditunjukkan dengan nilai RMS Root Mean Square deviation dan MAD Median Absolute Deviation yang selama ini banyak digunakan dalam analisis skala atau
analisis secara rasio.
43
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian lapangan telah dilaksanakan pada bulan April – September 2011.
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Tegal, Propinsi Jawa Tengah. Pengambilan data dilakukan di kawasan pelabuhan, Kelurahan Tegalsari dan Kelurahan
Krandon. Ketiga lokasi ini dipilih karena selama ini menjadi sentra kegiatan perikanan pendaratan ikan, lelang, perbekalan, pengolahan, dan distribusi. Di
samping, itu nelayan juga kebanyakan menetap bertempat tinggal di ketiga kawasan tersebut.
3.2 Jenis Data Yang Dikumpulkan
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang langsung
dikumpulkan di lapangan berkaitan dengan usaha perikanan tangkap. Data sekunder merupakan data-data yang tersedia pada instansi perikanan, lembaga
keuangan, lembaga penelitian, dan lainnya. Secara rinci data yang dikumpulkan baik dari jenis data primer maupun data sekunder meliputi :
1 Data usaha perikanan tangkap Data usaha perikanan tangkap meliputi kapal dan alat tangkap, produksi,
alokasi biaya usaha, sumber pembiayaan usaha, siklus usaha, dan harga jual hasil tangkapan, penerimaan usaha, dan lainnya yang mencerminkan
potensi dan kelayakan usaha perikanan tangkap. 2 Data lembaga keuangan
Data lembaga keuangan meliputi jenis lembaga keuangan, jenis kreditpembiayaan usaha yang diberikan, mekanisme pembiayaan usaha,
kriteria persyaratan penerima kredit,dan lainnya. 3 Data perikanan dan kondisi kini pembiayaan perikanan
Data ini meliputi jenis usaha perikanan tangkap yang berkembang di lokasi, jumlah nelayan, jumlah pengolahpedagang ikan, dan usaha
ekonomi pendukung, prospek pasar, produk unggulan, sarana pelatihan
dan pendidikan, alternatif pembiayaan usaha dalam masyarakat, serta sarana dan prasarana pendukung perikanan lainnya.
4 Data terkait penentuan prioritas pengembangan pembiayaan perikanan, diantaranya interaksi kepentingan stakeholders terkait dalam pembiayaan,
data pendukung kriteria pembiayaan yang diinginkan, data pendukung berbagai faktor pembatas dalam pembiayaan usaha, dan lainnya.
5 Data terkait dengan penyusunan strategi pengembangan pembiayaan perikanan yang tepat, antara lain data finansial penting dalam pengelolaan
perikanan, jenis kredit, dan lainnya, data terkait prioritas pengembangan pembiayaan perikanan, dan lainnya.
3.3 Metode Pengumpulan Data
3.3.1 Metode Pengumpulan Data Primer
Data primer dikumpulkan melalui wawancara dan pengamatan langsung. Dalam wawancara, data akan diperoleh dari sejumlah responden di lokasi.
Wawancara ini menggunakan kuesioner yang terfokus pada jenis data yang akan dikumpulkan. Responden dipilih berdasarkan kompetensinya sebagai stakeholders
kegiatan perikanan di lokasi. Responden dipilih secara purposive dari perwakilan nelayan, pedagangpengolah ikan, lembaga keuangan, masyarakat biasa, pengelola
pelabuhan, personil Dinas Kelautan dan Perikanan, personil Pemerintah Daerah lainnya, dan investorpengusaha perikanan tangkap. Perwakilan kelompok yang
menjadi responden harus mempunyai kaitan dengan kegiatan perikanan di lokasi, menjadi pelaku langsung maupun tidak langsung di lokasi, mempunyai
pemahaman yang luas tentang kegiatan perikanan yang dilakukan atau dikendalikannya, dan lainnya. Adapun ketentuan jumlah responden untuk setiap
jenis data yang dikumpulkan yaitu : a. Jumlah responden untuk analisis kelayakan usaha perikanan tangkap adalah
sekitar 5 – 10 dari populasi pelaku perikanan di lokasi. Jumlah ini mengacu
kepada ketentuan pengambilan data sosial menurut Gasperzs 1992. b. Jumlah responden untuk analisis potensi dan kondisi kini pembiayaan usaha
perikanan tangkap ditetapkan 1-2 dari tokohpemilik usaha perikanan tangkap
dan pengambil kebijakan pada setiap lembaga keuangan yang potensial mendukung pembiayaan usaha perikanan tangkap.
c. Jumlah responden untuk analisis prioritas pengembangan pembiayaan perikanan mengacu kepada ketentuan analisis AHP tentang data kualitatif,
yaitu sekitar 20 -25 orang. d. Jumlah responden untuk penyusunan pengembangan pembiayaan perikanan
sekitar 184 orang. Jumlah responden ini sesuai dengan kebutuhan metode estimasi maximum likelihood ML yang dianut dalam penelitian ini. Menurut
Ferdinand 2002, metode estimasi ML membutuhkan jumlah sampel sekitar 100
– 200 sampel. Pengumpulan data dalam bentuk pengamatan langsung dilakukan dengan
mengamati secara langsung kegiatan perikanan di setiap kecamatan pesisir, mengamati kondisi pembiayaan yang dijalankan, berkunjung ke bank, lembaga
keuangan dan koperasi setempat, lalu mencatat apa yang dilihat serta mengambil dokumentasinya. Pengamatan langsung bersamaan dengan kegiatan wawancara
atau secara sengaja mengunjungi beberapa lokasi yang menjadi obyek penelitian. Secara detail skema pengumpulan data dan analisis dalam penelitian disajikan
pada Gambar 3.
3.2 Metode Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari penelaahan studi kasus, literatur, dan kombinasi keduanya. Penelaahan ini dapat dilakukan terhadap laporan statistik
perikanan, hasil studi dan pengembangan yang diprogramkan oleh instansi terkait, dan lain-lain. Secara detail, skema pengumpulan data dan analisis penelitian
disajikan pada Gambar 3.