| 45 2. Kawasan pusat kota Laporan RTRW rtrw

Bab VII | 46  keleluasaan pembentukan badan pengelola kawasan terutama pada kawasan pelabuhan dan kawasan perikanan samudera. Untuk menghambat perkembangan kawasan kawasan yang dibatasi perkembangannya maka disinsetif di berlakukan pada kawasan sebagai berikut 1. Kawasan yang dibatasi pengembangannya dan kawasan yang ditetapkan sebagai lingkungan dengan kepadatan rendah Ruang yang di batasi perkembangannya meliputi ruang ruang memiliki tingkat kerawanan tinggi terhadap bencana terutama bencana gelombang pasang dan tsunami, ruang dengan daya dukung lingkungan rendah, serta ruang yang dijaga kelestariannya dalam upaya upaya untuk tetap menjaga keseimbangan ekologi. Ruang yang dibatasi pengembangannya melliputi ruang di wilayah pesisir Kota Banda Aceh yang meliputi bagian pesisir wilayah Kecamatan Meuraxa, bagian pesisir wilayah Kecmtan Kutaraja, bagian pesisir wilayah Kecamatan Syah Kuala. Pada kawasan di arahkan pada upaya mitigasi bencana dengan membatasi perkembangan pola ruang yang tidak sesuai serta mewujudkan struktur ruang yang dapat mereduksi ancaman bencana khususnya bencana gelombang pasang dan tsunami serta penetapan sebagai kawasan dengan tingkat kepadatan rendah. Bentuk bentuk disinsentif yang diberlakukan pada kawasan ini adalah sebagai berikut :  membatasi izin prinsip dan izin lokasi  setiap pengembangan ruang wajib dilengkapi dengan domukem amdal dan wajib mendapatkan izin prinsip dan izin lokasi dari Walikota  tidak diperkenankan mengembangkan pada ruang di sepanjang jalan lingkar utara yang berfungsi sebagai penahan gelombang pasang dan tsunami  tidak dibangun jaringan prasarana baru kecuali prasarana vital yang sudah ditetapkan didalam RTRW kota. Bab VII | 47 2. Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan pemugaran penetapan kawasan cagar budaya di Kota Banda Aceh bertujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan, bangunan dan benda-benda cagar budaya yang memiliki nilai sejarah tinggi untuk kepentingan kehidupan dimasa yang akan datang. Kawasan cagar budaya meliputi kawasan Masjid Raya Baiturrahman, Komplek Museum Aceh, Gunongan, Taman Putroe Phang, Pendopo, Kerkhoff, Pinto Khop, makam Syiah Kuala, makam Sultan Iskandar Muda, dan Makam Kandang XII . Bentuk bentuk disinsentif yang diberlakukan pada kawasan ini adalah sebagai berikut :  pengenaan pajak kegiatan yang relatif lebih besar daripada kawasan lainnya untuk setiap pengembangan ruang;  setiap pengembangan ruang wajib dilengkapi dengan domukem amdal dan wajib mendapatkan izin prinsip dan izin lokasi dari Walikota;  pengenaan sangsi terhadap kegiatan yang menimbulkan dampak negatif bagi pelestarian kawasan maupun bangunan cagar budaya;  pembatasan ketinggian bangunan dan luas lahan bagi pengembangan kegiatan didalam dan disekitar kawasan cagar budaya;  pelarangan ekstensifikasi lahan bagi kegiatan yang telah ada, kecuali pada kawasan yang telah memiliki guide line yang telah disahkan, namun dengan memperhatikan standar teknis konstruksi dan aspek mitigasi bencana. Ketentuan mengenai pengaturan Insentif dan Disinsentif di Kota Banda Aceh akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.