Bab III | 6
3.2. RENCANA SISTEM JARINGAN PRASARANA
3.2.1. RENCANA SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI 3.2.1.1. Sistem Transportasi Darat
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan, telah
ditetapkan mengenai fungsi dan peranan jalan di wilayah perkotaan. Dalam peraturan tersebut ditetapkan tingkatan fungsi jaringan jalan yang
terdiri dari : Jalan Arteri, Jalan Kolektor, dan Jalan Lokal, baik bersifat pelayanan primer maupun sekunder.
Sistem Jaringan Jalan Primer merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan
semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan, dengan perincian :
1. Jalan Arteri Primer menghubungkan secara berdaya guna antar
pusat kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah.
2. Jalan Kolektor Primer menghubungkan secara berdaya guna antara
pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan wilayah, atau antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat
kegiatan lokal.
3. Jalan Lokal Primer menghubungkan secara berdaya guna PKN
dengan pusat kegiatan lingkungan, PKW dengan pusat kegiatan lingkungan, antar pusat kegiatan lokal, atau pusat kegiatan lokal
dengan pusat kegiatan lingkungan, serta antar pusat kegiatan lingkungan.
Sistem Jaringan Jalan Sekunder disusun berdasarkan rencana tata ruang wilayah kota dan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat
didalam kawasan perkotaan yang menghubungkan secara menerus kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi
sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga dan seterusnya sampai persil, dengan perincian :
Bab III | 7 1. Jalan Arteri Sekunder menghubungkan kawasan primer dengan
kawasan sekunder kesatu, kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu, dan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan
sekunder kedua.
2. Jalan Kolektor Sekunder menghubungkan kawasan sekunder kedua
dengan kawasan sekunder kedua, atau kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga.
3. Jalan Lokal Sekunder menghubungkan kawasan sekunder kesatu
dengan perumahan, kawasan sekunder kedua dengan perumahan, kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan.
Perkembangan sistem jaringan jalan lokal di Kota Banda Aceh lebih banyak dipengaruhi oleh kerangka utama kota tersebut, sehingga pola
jalan cenderung membentuk pola radial konsentris mengikuti sistem jaringan jalan utama yang membentang cukup panjang dari selatan ke
utara dan dari timur ke barat. Dilihat dari pola jaringan dan kerapatannya, sistem jaringan jalan internal
Kota Banda Aceh untuk jalur pergerakan utama sudah cukup memadai, namun saat ini tidak ditunjang oleh jaringan sekunder yang berfungsi
sebagai pembagi arus lalu-lintas atau pengumpul kolektor pergerakan kendaraan, sehingga pada ruas ruas jalan tertentu yang menghubungkan
antara pusat-pusat kegiatan kota menghubungkan antara jalan primer sering timbul kemacetan lalu-lintas cukup berat saat jam sibuk peak
hour. Konsepsi dasar prasarana jaringan jalan akan mengarah pada pola
jaringan radial konsentrik dengan 2 dua pusat kota yang akan dilayani, yaitu di Peunayong dan LamdomBatoh sebagai pusat baru yang
dikombinasikan dengan pola cross-town route. Pada konsep radial konsentrik ini yang berfungsi sebagai ring road adalah
jalan Lingkar Utara dan Lingkar Selatan, sedangkan jalan yang berfungsi sebagai cross-road akan melalui atau berpotongan dengan jaringan jalan
yang menghubungkan kedua pusat yang direncanakan tersebut.