Latar Belakang KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya sebagian besar adalah petani. Sektor pertanian adalah salah satu pilar dalam pembangunan nasional Indonesia. Dengan sumber daya manusia dan sumber daya alam yang berlimpah sektor pertanian sangatlah tepat sebagai sektor unggulan dalam pertahanan nasional. Salah satu komoditas pertanian dalam mendukung kehidupan ekonomi bangsa Indonesia adalah perkebunan. Perkebunan menempati posisi yang penting sebagai produk pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan, hal ini dapat dilihat dari perkembangan ekspor dan impor komoditi pertanian dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2009. Perkembangan ekspor dapat dilihat pada Lampiran 1 sedangkan perkembangan impor dapat dilihat pada Lampiran 2. Berdasarkan data tahun 2008 volume ekspor perkebunan sebesar 25.182.681 ton meningkat pada tahun 2009 sebesar 27.864.811 ton 10,65 . Sedangkan nilai ekspor pada tahun 2008 sebesar US 27.369.363.000 menurun menjadi US 21.581.669.000 pada tahun 2009 -21,15. Peluang pasar komoditas perkebunan cukup besar, baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Disamping volume ekspor yang meningkat volume impor tahun 2008 ke tahun 2009 juga meningkat yaitu sebesar 2.683.739 ton menjadi 2.963.532 ton 10,42. Sedangkan nilai impor menurun yaitu sebesar US 4.535.918.000 pada tahun 2008 menjadi US 3.949.191.000 pada tahun 2009 -12,93. Hal tersebut menunjukkan bahwa perkembangan ekspor juga diikuti dengan perkembangan impor yang seharusnya produk perkebunan dalam negeri diarahkan untuk menjadi produk yang mampu mensubstitusi impor. Selain didukung oleh sektor ekspor dan impor perkebunan, komoditas dari setiap komoditi juga memberikan peran yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil produksi yang dikembangkan setiap tahun. Komoditas perkebunan yang dihasilkan oleh Indonesia meliputi tanaman karet, kelapa sawit, kelapa, kopi, teh, lada, cengkeh, kakao, tembakau dan tebu. Tabel 1 menunjukkan bahwa peningkatan produksi tembakau lebih tinggi dibandingkan dengan the yaitu sebesar 0,15 persen sedangkan tembakau 2 mengalami peningkatan produksi sebesar 2,92 persen. Dengan demikian tembakau mempunyai prospek yang bagus untuk dikembangkan yaitu dengan semakin meningkatnya produksi tembakau. Tabel 1 . Produksi Perkebunan di Indonesia Menurut Komoditas Tahun 2004- 2007 No Keterangan 2005 2006 2007 2008 Pertumbuhan pertumbuhan 2007 terhadap 2006 1. Karet 2.270.891 2.637.231 2.755.172 2.921.872 6,05 2. Kelapa Sawit 11.861.615 17.350.848 17.664.725 18.089.503 2,40 3. Kelapa 3.096.844 3.131.158 3.193.266 3.247.180 1,69 4. Kopi 640.365 682.158 676.475 682.938 0,96 5. Teh 166.091 146.858 150.623 150.851 0,15 6. Lada 78.328 77.533 74.131 79.726 7,55 7. Cengkeh 78.350 61.408 50.404 80.929 0,65 8. Kakao 748.828 769.386 740.006 792.761 7,13 9. Tembakau 153.470 146.265 164.851 169.668 2,92 10. Tebu 2.241.782 2.307.027 2.623.786 2.800.946 6,75 Keterangan : = angka sementara Sumber : diolah Departemen Pertanian, 2009 Tembakau merupakan komoditas perkebunan yang mempunyai peranan strategis dalam perekonomian nasional, yaitu merupakan sumber pendapatan negara melalui devisa negara, cukai, pajak, serta sumber pendapatan petani, dan dapat menciptakan lapangan kerja. Ditinjau dari aspek komersial, komoditas tersebut merupakan bahan baku industri dalam negeri sehingga keberadaannya perlu dipertahankan dan lebih ditingkatkan. Sebagaimana diketahui tanaman tembakau merupakan salah satu komoditi yang strategis dari jenis tanaman semusim perkebunan. 1 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. www.deptan.go.id 21 Mei 2010 3 Peran tembakau bagi masyarakat cukup besar, hal ini karena aktivitas produksi dan pemasarannya melibatkan sejumlah penduduk untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan 1 Tabel 2. Luas dan Produksi Perkebunan Rakyat Tembakau Seluruh Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2008 . Produksi tembakau menurut provinsi hampir seluruh 91 produksi tembakau Indonesia berasal dari tiga provinsi. Tabel 2 menunjukkan bahwa produksi tembakau terbanyak adalah di Provinsi Jawa Timur 46,20 kemudian Nusa Tenggara Barat 30,83 dan Jawa Tengah 15,31 dan sisanya di Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Sumtera Utara, D.I. Yogyakarta, Sumatera Barat, Bali, Aceh, Nusa Tenggara Timur, Lampung dan Sumatera Selatan. Provinsi Luas Ha Produksi Ton Persentase Pertumbuhan Produksi Jawa Timur 106.998 76.426 46,20 Jawa Tengah 36.777 25.329 15,31 Nusa Tenggara Barat 31.384 51.006 30,83 Jawa Barat 8.116 6.769 4,09 Sulawesi Selatan 3.209 1.133 0,68 D.I Yogyakarta 1.716 1.286 0,78 Sumatera Barat 1.362 1.199 0,72 Bali 1.006 1.806 1,09 Aceh 831 236 0,14 Nusa Tenggara Timur 261 32 0,02 Sumatera Utara 212 119 0,07 Jambi 80 25 0,02 Lampung 64 44 0,03 Sumatera Selatan 46 13 0,01 Jumlah Keseluruhan 192.062 165.423 100,0 Sumber: Diolah dari Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009 4 Ada delapan jenis tembakau di Jawa Timur yaitu Tembakau Voor Oogst Kasturi, Tembakau Na Oogst, Tembakau Paiton, Tembakau Madura, White Burly, Virginia , dan Tembakau Jawa. Menurut data Direktorat Jenderal Perkebunan 2009, jenis tembakau Voor Oogst VO Kasturi yang dibudidayakan pada tahun 2008 dengan luas lahan 5.051 ha dan produksi sebesar 4.117 ton. Walaupun luas dan produksi tembakau voor oogst kasturi lebih kecil dibandingkan dengan tembakau madura, tembakau jawa, tembakau virginia dan tembakau paiton tetapi tembakau voor oogst kasturi banyak diproduksi dibandingkan dengan tembakau na oogst, white burley dan tembakau lumajang. Luas areal dan produksi menurut jenis tembakau di Jawa Timur dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Luas Areal dan Produksi Menurut Jenis Tembakau di Jawa Timur Tahun 2008 No Jenis Tembakau Luas ha Produksi ton Produktivitas tonha 1. Tembakau Madura 56.351 32.323 0,57 2. Tembakau Jawa 21.084 10.742 0,51 3. Tembakau Virginia 10.639 10.109 0,95 4. Tembakau Paiton 9.804 13.427 1,37 5. Tembakau Voor Oogst Kasturi 5.051 4.117 0,82 6. Tembakau Na Oogst 2.807 3.399 1,21 7. Tembakau White Burley 1.178 2.209 1,87 8. Tembakau Lumajang 84 100 1,19 Sumber: Diolah dari Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009 Tanaman tembakau Voor Oogst kasturi dibudidayakan di daerah Jawa Timur tersebar di beberapa Kabupaten yaitu di Kabupaten Lumajang, Bondowoso, Situbondo dan Jember. Kabupaten yang menjadi sentra tembakau voor oogst kasturi adalah Kabupaten Jember. Produksi unggulan perkebunan Jember adalah komoditi tembakau. Tanaman ini telah lama dibudidayakan hampir diseluruh kawasan di Kabupaten Jember, sehingga wajar dalam pengembangannya selalu menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten Jember. Hal ini memberikan kontribusi yang positif terhadap pendapatan petani tembakau. 5 Dari total 31 Kecamatan di Kabupaten Jember hampir seluruh dari Kecamatan menjadi area penanaman tembakau sebagai tumpuan perekonomian, hanya terdapat 10 Kecamatan yang tidak membudidayakan tembakau sebagai tumpuan perekonomian. Luas areal jenis tembakau voor oogst kasturi paling besar dibandingkan dengan jenis tembakau lainnya. Tahun 2007 sampai dengan 2008 luas tembakau voor oogst kasturi mengalami kenaikan yaitu 3.181 ha menjadi 5.739,85 ha. Salah satu Kecamatan yang membudidayakan tembakau voor oogst kasturi adalah Kecamatan Pakusari dengan luas lahan tahun 2007 sebesar 516 ha meningkat pada tahun 2008 menjadi 581 ha. Rekapitulasi areal tembakau menurut Kecamatan tahun 2007-2008 pada Lampiran 3. Terdapat tujuh desa di Kecamatan Pakusari yang setiap Desa terbentuk kelompok tani. Salah satu Desa yang membudidayakan tembakau adalah Desa Pakusari. Ada delapan kelompok tani di Desa Pakusari yang digabung dalam satu kelompok tani yang diberi nama Gabungan Kelompok Tani Gapoktan Permata VII yang didirikan pada tanggal 29 Januari 2009. Sampai saat ini anggota Gapoktan Permata VII berjumlah 792 orang. Gapoktan Permata VII memiliki anggota terbanyak dari Gapoktan yang ada di Kecamatan Pakusari serta luas lahan sawah yang tertinggi. Komoditas utama yang diproduksi oleh anggota Gapoktan Permata VII adalah padi, cabai, jagung, dan tembakau. Komoditas tembakau voor oogst kasturi adalah salah satu komoditas yang paling banyak diproduksi oleh petani yang tergabung dalam Gapoktan Permata VII pada musim kemarau. Tembakau voor oogst kasturi sudah diproduksi setiap tahun bahkan sebagian petani menanam tembakau secara turun temurun karena menaman tembakau voor oogst kasturi menjadi warisan nenek moyang. Jalur tataniaga yang dilakukan oleh petani untuk menjual hasil tembakau adalah dari petani ke pedagang dan petani ke pabrik tembakau kecil atau ke pabrik tembakau besar.

1.2 Perumusan Masalah