Analisis Fungsi Produksi ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI PEMBESARAN IKAN MAS

49

VII. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI PEMBESARAN IKAN MAS

7.1 Analisis Fungsi Produksi

Model fungsi produksi yang digunakan untuk menduga fungsi produksi dalam penelitian ini adalah model fungsi produksi Cobb-Douglas. Faktor produksi variable independen yang diduga berpengaruh dalam usaha pembesaran ikan mas adalah jumlah jaring apung X 1 , benih X 2 , Pakan X 3 , Obat-obatan X 4 , lama produksi X 5 dan tenaga kerja X 6 . Variabel dependenya adalah produksi ikan mas Y. Pengujian terhadap ketepatan model fungsi produksi dengan melihat koefisien determinasi R 2 , F-hitung, T-hitung maupun P-value dari masing-masing parameter dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Pendugaan dan Pengujian Parameter Model Fungsi Produksi Cobb- Douglas Variabel Koefisien Regresi Simpangan Baku Koefisien T hitung P-Value VIF Konstanta -0,3805 0,4386 -0,87 0,386 Ln Jumlah Jaring Apung 0,0404 0,03327 1,22 0,225 1,3 Ln Benih 0,4284 0,0859 4,98 0,000 5,3 Ln Pakan 0,4014 0,0386 10,40 0,000 1,6 Ln Obat-obatan 0,2816 0,1012 2,78 0,006 4,6 Ln Lama produksi 0,0610 0,1067 0,57 0,567 1,4 Ln Tenaga Kerja 0,0748 0,0428 1,75 0,082 1,5 R-Sq = 70,5 R-Sd adj = 69,9 F-Hitung = 9,72 Berdasarkan data Tabel 15, maka model fungsi produksi Ikan mas dapat diduga dengan persamaan berikut : Ln Y = -0,3805 + 0,0404 ln X 1 + 0,4284 ln X 2 + 0,4014 ln X 3 + 0,2816 ln X 4 + 0,0610 ln X 5 + 0,0748 ln X 6 Hasil pendugaan model menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi R 2 didapat sebesar 70,5 persen, dengan nilai koefisien terkorelasi R 2 adj sebesar 69,9 persen. Nilai R 2 tersebut berarti bahwa 70,5 persen variasi produksi ikan mas dapat dijelaskan secara bersama-sama oleh faktor banyak kolam, benih, 50 pakan, obat-obatan, lama produksi dan tenaga kerja. Sedangkan 29,5 persen sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model. Berdasarkan hasil pendugaan terlihat bahwa uji F signifikan pada selang kepercayaan 95 persen. Hal ini berarti bahwa faktor-faktor produksi secara bersama-sama mempengaruhi produksi ikan mas. Pengaruh faktor produksi secara parsial untuk model ini dilihat dari nilai P-Value, dimana terdapat lima variable bebas yang berpengaruh nyata signifikan terhadap produksi ikan mas, yaitu jumlah jaring apung, benih, pakan, obat-obatan dan tenaga kerja pada selang kepercayaan 95 persen. Setelah melakukan pendugaan dan pengujian terhadap fungsi produksi, tahap selanjutnya adalah pemeriksaan asumsi OLS Ordinary Least Square dengan melihat nilai multikolinearitas. Multikoliearitas merupakan suatu pelanggaran asumsi OLS dimana terdapat hubungan yang linear antara variable bebas yang satu dengan yang lain. Pelanggaran asumsi OLS ini membuat nilai T-hitung dari variable bebas menjadi kecil sehingga variable tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap variable dependen. Multikolinearitas terjadi ketika VIF lebih besar dari 10 VIF 10. Berdasarkan Tabel 12, terlihat bahwa tidak terjadi multikolinearitas pada model. Banyak Jaring Apung X 1 Banyak jaring apung berpengaruh positif terhadap produksi ikan mas, dimana nilai koefisien regresinya sebesar 0,0404. Hal ini berarti bahwa setiap penambahan satu persen banyak kolam maka akan diikuti peningkatan jumlah produksi ikan mas sebesar 0,0404 persen cateris paribus. Penambahan banyaknya kolam tidak mudah dilakukan oleh pembudidaya, karena semakin banyak jumlah yang dimiliki maka modal yang diperlukan semakin besar. Badan Pengawas Waduk Cirata BPWC saat ini sedang mengurangi jumlah keramba jaring apung di Waduk Cirata dan tidak memberikan izin untuk penambahan kolam baru. Hal ini disebabkan daya tampung waduk Cirata terhadap keramba jaring apung sudah melampaui batas, sehingga pemanfaatannya tidak optimal dan dapat merusak lingkungan waduk Cirata sendiri. Ukuran KJA yang digunakan oleh pembudidaya ikan di Waduk Cirata seluruhnya sama, yaitu 7m x 51 7m x 3m. Sedangkan kepemilikan jumlah KJA tiap pembudidaya berbeda tergantung modal yang dimilikinya. Keramba jaring apung di Waduk Cirata memberikan kontribusi yang sangat besar dalam pencemaran waduk Cirata. Salah satu dampaknya adalah banyaknya sampah sterofoam bekas pelampung keramba jaring apung yang mengambang di waduk Cirata. Uji statistik menunjukkan bahwa banyaknya kolam berpengaruh nyata terhadap produksi ikan mas. Benih X 2 Benih berpengaruh positif terhadap produksi ikan mas, dimana nilai koefisien regresinya sebesar 0,4284. Hal ini berarti bahwa setiap penambahan benih satu persen maka akan diikuti peningkatan jumlah produksi ikan mas sebesar 0,4284 persen cateris paribus. Pembudidaya ikan mas di Waduk Cirata memperoleh benih dari Supplier yang sudah biasa memasok benih ikan kepada pembudidaya. Penambahan benih dapat dilakukan pembudidaya dengan mudah karena harganya masih terjangkau oleh pembudidaya. Selain itu, pasokan benih ikan mas masih dapat terpenuhi oleh daerah yang menjadi pemasok benih, yaitu daerah Cianjur, Bandung dan Subang. Benih yang baik menurut pembudidaya adalah benih yang berasal dari daerah Subang dan Bandung. Kualitas benih yang baik dapat dilihat dari pergerakannya saat diberi pakan. Benih yang baik akan bergerak dengan cepat apabila pembudidaya datang dan memberikan pakan serta bergerak cepat apabila ada rangsangan. Apabila benih berpencar dan pergerakannya lambat maka benih kualitasnya kurang baik dan akan menyebabkan menurunnya hasil produksi. Umumnya pembudidaya tidak memiliki jumlah standar benih yang ditanamkan oleh pembudidaya pada kolam masing-masing. Dasar penggunaan jumlah benih per kolam masing-masing pembudidaya adalah pengalaman pembesaran sebelumnya. Uji statistik menunjukkan bahwa benih berpengaruh secara nyata di lapangan terhadap produksi ikan mas.Pada kondisi di lapangan yang sebenarnya penambahan jumlah benih akam berpengaruh pada hasil produksi. 52 Pakan X 3 Pakan berpengaruh positif terhadap produksi ikan mas dimana nilai koefisien regresinya sebesar 0,4014. Hal ini berarti bahwa setiap penambahan pakan sebesar satu persen maka akan diikuti dengan peningkatan produksi ikan mas sebesar 0,4014 persen cateris paribus. Penentuan jumlah pakan yang diberikan oleh pembudidaya tergantung pada target bobot ikan pada saat di panen. Penambahan pakan dapat dilakukan oleh pembudidaya karena pembudidaya mendapatkan pakan dengan sistem hutang dimana pakan yang diambil dibayarkan setelah panen kepada supplier. Namun, ada juga pembudidaya yang menjual hasil panennya kepada supplier pakan yang merangkap sebagai “ Bandar” orang yang membeli seluruh hasil produksi ikan mas dari pembudidaya, sehingga pembudidaya dapat dengan mudah untuk menambah pakan. Uji statistik menunjukkan bahwa pakan berpengaruh secara nyata di lapangan terhadap produksi ikan mas. Penambahan jumlah pakan yang diberikan berpengaruh pada hasil produksi ikan mas di lapangan sesuai dengan hasil uji statistik. Obat-obatan X 4 Obat-obatan berpengaruh positif terhadap produksi ikan mas dimana nilai koefisien regresinya sebesar 0,2816. Hal ini berarti bahwa setiap penambahan obat-obatan sebesar satu persen maka akan diikuti dengan peningkatan produksi ikan mas sebesar 0,2816 persen cateris paribus. Penambahan obat-obatan tidak dapat dilakukan begitu saja oleh pembudidaya. Hal ini disebabkan untuk penggunaan obat-obatan telah ada dosis tertentu yang telah ditetapkan sesuai dengan jumlah benih yang ditebar. Obat-obatan diberikan pada saat benih baru berumur seminggu di dalam kolam sebelum ikan terkena penyakit, karena pemberian obat-obatan setelah ikan terkena penyakit tidak akan berpengaruh pada kesehatan ikan. Uji statistik menunjukkan bahwa obat-obatan berpengaruh secara nyata terhadap produksi ikan mas, artinya apabila obat-obatan ditambahkan maka berpengaruh pada hasil produksi di lapangan. 53 Lama Produksi X 5 Lama produksi berpengaruh positif terhadap produksi ikan mas dimana nilai koefisien regresinya sebesar 0,0610. Hal ini berarti bahwa setiap penambahan lama produksi sebesar satu persen maka akan diikuti dengan peningkatan produksi ikan mas sebesar 0,0610 persen cateris paribus. Lama produksi disesuaikan dengan target bobot ikan yang diinginkan oleh pembudidaya saat panen. Lama produksi ikan mas pada umunya berkisar antara 90 – 120 hari, namun ada juga pembudidaya yang memanen ikannya saat berumur 60 hari. Hal ini dilakukan karena pembudidaya merasa apabila lama produksi ditambah maka pembudidaya merasa akan mengalami kerugian. Umumnya lama produksi sesuai dengan pengalaman pembudidaya pada produksi sebelumnya. Uji statistik menunjukkan bahwa lama produksi berpengaruh secara tidak nyata terhadap produksi ikan mas. Dengan demikian, walaupun lama produksi ditambahkan maka tidak terlalu berpengaruh pada hasil produksi di lapangan. Tenaga Kerja X 6 Tenaga Kerja berpengaruh positif terhadap produksi ikan mas dimana nilai koefisien regresinya sebesar 0,0748. Hal ini berarti bahwa setiap penambahan tenaga kerja sebesar satu persen, maka akan diikuti dengan peningkatan produksi ikan mas sebesar 0,0748 persen cateris paribus. Pada umumnya pembudidaya di waduk Cirata bekerja sendiri tanpa menggunakan tenaga kerja untuk jumlah kolam dibawah 10 buah. Hal ini disebabkan kegiatan dalam proses pembesaran ikan mas di Waduk Cirata tidak begitu berat dan pembudidaya merasa sanggup untuk mengerjakannya sendiri. Selain itu, alasan pembudidaya dengan jumlah kolam di bawah 10 buah adalah mengurangi biaya tenaga kerja sehingga pendapatannya lebih besar. Uji statistik menunjukkan bahwa tenaga kerja berpengaruh secara nyata terhadap produksi ikan mas, artinya apabila tenaga kerja ditambahkan maka akan berpengaruh pada hasil produksi di lapangan. 54

VI. ANALISIS USAHATANI PEMBESARAN IKAN MAS 6.1 Analisis Penggunaan Sarana Produksi