Potensi Pengembangan Waduk Cirata

12 Sifat telur ikan mas adalah menempel pada substrat. Telur ikan mas berbentuk bulat, berwarna bening, berdiameter 1,5-1,8 mm, dan berbobot 0,17- 0,20 mg. Ukuran telur bervariasi, tergantung dari umur dan ukuran atau bobot induk. Embrio akan tumbuh di dalam telur yang telah dibuahi oleh spermatozoa. Antara 2-3 hari kemudian, telur-telur akan menetas dan tumbuh menjadi larva. Larva ikan mas mempunyai kantong kuning telur yang berukuran relatif besar sebagai cadangan makanan bagi larva. Kantong kuning telur tersebut akan habis dalam waktu 2-4 hari. Larva ikan mas bersifat menempel dan bergerak vertikal. Ukuran larva antara 0,50,6 mm dan bobotnya antara 18-20 mg. Larva berubah menjadi kebul larva stadia akhir dalam waktu 4 -5 hari. Pada stadia kebul ini, ikan mas memerlukan pasokan makanan dari luar untuk menunjang kehidupannya. Pakan alami kebul terutama berasal dari zooplankton, seperti rotifera, moina, dan daphnia. Kebutuhan pakan alami untuk kebul dalam satu hari sekitar 60-70 persen dari bobotnya. Setelah 2-3 minggu, kebul tumbuh menjadi burayak yang berukuran 1-3 cm dan bobotnya 0,1-0,5 gram. Antara 2-3 minggu kemudian burayak tumbuh menjadi putihan benih yang siap untuk didederkan yang berukuran 3-5 cm dan bobotnya 0,5-2,5 gram. Putihan tersebut akan tumbuh terus. Setelah tiga bulan berubah menjadi gelondongan yang bobot per ekornya sekitar 100 gram. Gelondongan akan tumbuh terus menjadi induk. Setelah enam bulan dipelihara, bobot induk ikan jantan bisa mencapai 500 gram. Sementara itu, induk betinanya bisa mencapai bobot 1,5 kg setelah berumur 15 bulan.

2.2 Potensi Pengembangan Waduk Cirata

Menurut hasil penelitian Yuyung 2005 Waduk adalah kolam besar tempat menyimpan air sediaan untuk berbagai kebutuhan. Waduk dapat terjadi secara alami maupun dibuat manusia. Waduk buatan dibangun dengan cara membuat bendungan yang lalu dialiri air sampai waduk tersebut penuh. Di Jawa Barat terdapat empat waduk buatan antara lain waduk Cirata, waduk Saguling, waduk Darma dan waduk Jatiluhur. Keempat waduk tersebut selain menjadi pembangkit listrik tenaga air PLTA yang memenuhi kebutukan listrik di wilayah Jawa Barat dan sekitarnya dijadikan sebagai pusat perekonomian yang potensial 13 bagi masyarakat disekitarnya. Salah satunya adalah budidaya perikanan khususnya menggunakan alat keramba jaring apung. Hasil Penelitian Rudiansyah 2007 menunjukkan bahwa salah satu waduk yang memiliki potensi perikanan yang sangat baik adalah waduk Cirata. Banyaknya potensi yang dimiliki oleh waduk memerlukan perhatian dari pemerintah untuk pembangunan dan pengelolaannya, karena dapat menunjang peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, terutama kegiatan perikanan dan wisata tirta. Sejalan dengan tujuan tersebut, maka kegiatan perikanan dan wisata yang di lakukan di Waduk Cirata mengorbankan fungsi utama dan fungsi ekosistem dari waduk berupa eksploitasi berlebihan dan limbah kegiatan yang berpengaruh terhadap kualitas dan keadaan lingkungan waduk. Waduk Cirata adalah salah satu waduk yang dibangun di Daerah Aliran Sungai DAS Citarum. Citarum sendiri merupakan sungai terpanjang dan terbesar di Jawa Barat, dengan luas 6.080 km 2 dan panjang 269 km. Waduk Cirata yang dibangun pada 1982—1987 itu berada pada ketinggian 221 m dari permukaan laut. Luasnya 6.200 hektar ha dengan luas tangkapan air 603.200 ha, kedalaman rata-rata 34,9 m, dan volume 2.165 x 106 m 3 . Wilayah genangan airnya meliputi Kabupaten Cianjur, Purwakarta, dan Bandung. Namun, wilayah genangan air terluas berada di Cianjur. Sejak menjadi genangan yang relatif permanen, Waduk Cirata merupakan badan air besar, dan mempunyai karakteristik ekosistem perairan umum. Oleh sebab itu, Cirata memiliki berbagai potensi dibidang sosial ekonomi, seperti sumber pengairan sawah, air bersih, air minum, tempat budidaya ikan, wahana rekreasi, dan sarana perhubungan. Aktivitas perikanan budidaya di Cirata, menjadikan Cianjur sebagai lumbung ikan air tawar di Jabar. Dinas Perikanan Provinsi Jabar mencatat, produksi perikanan keramba jaring apung Jabar pada 2007 sebanyak 115.976 ton. Dari jumlah itu, 56.893,91 ton diantaranya, senilai Rp353,05 miliar, berasal dari aktivitas di keramba jaring apung Cianjur. Menurut definisi Direktorat Jenderal Perikanan 1993, Jaring apung adalah tempat pemeliharaan ikan yang terbuat dari bahan jaring yang memudahkan keluar masuknya air, sehingga terjadi pertukaran air dan limbah atau 14 sisa-sisa pakan dari dalam kolam ke perairan sekitarnya dengan mudah. Kolam jaring apung berbahan polyethylene yang terapung di permukaan air berbentuk kantung atau kolam dengan ukuran relatif besar, kolam tersebut terapung karena ada penyangga berupa bambu atau besi pada setiap sisinya yang menyerupai rakit yang berbentuk segi empat dan disangga oleh drum plastik.

2.3 Penelitian Terdahulu