Luas dan Status Pengusahaan Lahan Sifat Usahatani

42 Dilihat dari lamanya pengalaman pembudidaya pembesaran ikan mas, sebagian besar memiliki pengalaman dibawah 10 tahun. Hal ini disebabkan pembudidaya ikan yang ada sekarang merupakan pembudidaya baru yang meneruskan usaha pembudidaya ikan sebelumnya yang mengalami kebangkrutan pada tahun 1997 dikarenakan kejadian up-welling. Hampir seluruh pembudidaya mengalami kerugian sehingga tidak mampu untuk melanjutkan kegiatan usahataninya. Akan tetapi, ada juga satu pembudidaya yang sudah menjalankan usahanya lebih dari 16 tahun dua persen. Namun walaupun begitu tidak berarti pembudidaya pembesaran ikan mas di Waduk Cirata tidak menguasai usahatani pembesaran ikan mas, karena proses pembesaran ikan mas relatif mudah dan dapat dengan cepat dipahami oleh pembudidaya.

5.3.4 Luas dan Status Pengusahaan Lahan

Kolam keramba jaring apung yang digunakan oleh pembudidaya ikan di Waduk Cirata memiliki luasan yang sama untuk setiap kolamnya, yaitu panjang x lebar x dalam adalah 7m x 7 m x 3m, sehingga luas lahan yang dimiliki oleh pembudidaya pembesaran ikan mas di Waduk Cirata dilihat dari jumlah kolam yang dimilikinya. Jumlah pembudidaya pembesaran ikan mas berdasarkan jumlah kolam yang dimilikinya dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Jumlah Responden Pembudidaya Pembesaran Ikan Mas berdasarkan Jumlah Kolam di Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur Tahun 2010 Jumlah Kolam Unit Jumlah Responden Persentase 0 – 10 5 10 11 – 20 25 50 21 – 30 14 28 31 – 40 5 10 40 1 2 Jumlah 50 100 Berdasarkan Tabel 11, dapat diketahui bahwa pembudidaya pembesaran ikan mas di Waduk Cirata umumnya memiliki 11 – 20 kolam, yaitu sebanyak 25 orang 50 persen dan pembudidaya yang memiliki kolam 40 hanya sebanyak satu orang 2 persen. Hal ini disebabkan keterbatasan modal yang dimiliki pembudidaya untuk membeli kolam keramba jaring apung. Namun status jaring 43 apung yang digunakan oleh pembudidaya responden saat ini seluruhnya adalah milik sendiri. Hal ini disebabkan pembudidaya responden membeli keramba jaring apung dari pembudidaya sebelumnya yang mengalami kerugian, sehingga harga yang diperoleh relatif lebih murah dibandingkan dengan membeli keramba yang baru. Harga keramba jaring apung bekas ini berkisar antara Rp 3.000.000 – Rp 10.000.000 tergantung kesepakatan antara pembudidaya sebelumnya dengan pembudidaya baru. Adapun harga untuk jaring baru adalah Rp 15.000.000.

5.3.5 Sifat Usahatani

Seluruh pembudidaya responden yang diwawancarai menjadikan usaha pembesaran ikan mas sebagai mata pencaharian utama. Hal ini disebabkan usahatani pembesaran ikan mas ini dilakukan di tengah Waduk Cirata, sehingga pembudidaya harus menjaga kolamnya selama 24 jam. Dengan demikian menyebabkan pembudidaya tidak dapat pergi meninggalkan kolamnya untuk melakukan usaha lain. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa hanya satu orang pembudidaya yang memiliki usaha sampingan, yaitu menjual bahan bakar untuk kapal berupa premium yang ditempatkan di sekitar rumah jaga kolamnya. Selain itu, usahatani pembesaran ikan mas ini dianggap lebih menjanjikan dalam memberikan keuntungan untuk memenuhi kebutuhan hidup pembudidaya dibandingkan usaha lain. Pada umumnya pembudidaya pembesaran ikan mas di waduk Cirata tidak memiliki keahlian lain selain berusahatani pembesaran ikan mas, sehingga mereka enggan untuk mencari pekerjaan lain karena takut akan gagal. Tabel 12. Sifat Usahatani Pembudidaya Ikan di Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur Tahun 2010. Sifat Usahatani Jumlah jiwa Persentase Mata Pencaharian Utama 491 98 Pembudidaya dengan Mata Pencaharian Sampingan 1 2 Jumlah 50 100,00 44

5.3.5 Jumlah Tanggungan Keluarga