Marjin Tataniaga Saluran Tataniaga Tembakau Voor Oogst Kasturi

88

6.3.7.3 Kerjasama antar Lembaga Tataniaga

Kerjasama yang terjadi antara petani dengan pedagang sudah cukup lama terjalin karena pedagang tersebut adalah tetangga petani atau teman petani, sehingga sudah begitu kenal dan sudah tercipta rasa kepercayaan dalam kegiatan penjualan dan pembelian tembakau voor oogst kasturi. Begitu pula kerjasama antara petani dengan pabrik tembakau atau pedagang dengan pabrik tembakau sudah terjalin begitu lama, pabrik yang menjadi tujuan penjualan petani dan pedagang adalah pabrik yang sudah setiap tahun menjadi tujuan penjualan. Dari pernyataan responden tersebut maka perilaku pasar tembakau di Desa Pakusari bersifat terbuka dan siapapun petani dan pedagang bisa langsung masuk ke dalam pasar tembakau tergantung pada kualitas tembakau voor oogst kasturi yang diinginkan pabrik tembakau. Penjual harus memperoleh kepercayaan dari pembeli sehingga terjalin kerjasama yang baik.

6.3.8 Marjin Tataniaga

Saluran I adalah saluran yang paling pendek yaitu saluran antara petani ke pabrik tembakau PT Sampoerna, biaya rata-rata yang dikeluarkan oleh petani adalah biaya produksi yaitu sebesar Rp 19.755 per kg. Biaya tataniaga yang dikeluarkan terdiri dari biaya pengemasan rata-rata sebesar Rp 400,02 per kg, upah pengemasan yang diberikan oleh petani ke pekerja tergantung banyaknya tembakau yang di kemas, upah yang diberikan jika tembakau di bawah 200 kwintal sebesar Rp 15.000, tembakau anatara 200-300 kwintal sebesar Rp 20.000, tembakau antara 300-500 kwintal sebesar Rp 25.000 dan tembakau diatas 500 kwintal sebesar Rp 30.000. Pengemasan dilakukan petani sendiri dan satu orang tenaga kerja, tetapi dalam perhitungan biaya pengemasan tenaga kerja petani juga diperhitungkan. Biaya transportasi rata-rata sebesar Rp 328,37 per kg, biaya transportasi adalah biaya sewa mobil pick up yaitu sebesar Rp 50.000 dengan penjualan di atas 200 kg tembakau dan petani yang melakukan penjualan di bawah 175 kg menggunakan sepeda motor karena lokasi PT Sampoerna tidak terlalu jauh. Biaya angkut rata-rata sebesar Rp 279,16 per kg. Biaya angkut yang dilakukan adalah biaya angkut tembakau ke mobil pick up dan dari mobil pick 89 pick up ke dalam pabrik. Upah yang diberikan oleh petani ke tenaga angkut sesuai dengan banyaknya tembakau yang diangkut. Tenaga angkut yang berada di sekitar pabrik langsung membantu petani untuk memasukkan tembakau ke dalam pabrik dan tenaga angkut tersebut ada beberapa orang. Petani memberikan upah kepada satu orng dan biasanya tenaga angkut langsung membagikan upah tersebut kepada tenaga angkut yang membantu mengangkut tembakau tersebut dengan pembagian yang rata sesuai dengan yang diberikan petani. Biaya tenaga angkut dari tempat petani dengan biaya tenaga angkut selisih Rp 5.000 tetapi ada beberapa petani memberikan upah yang sama dengan biaya angkut dari tempat petani ke mobil. Pada saluran II petani melakukan penjualan ke pabrik tembakau PT Djarum. Keuntungan yang diperoleh pada saluran ini yaitu rata-rata sebesar Rp 8.273 per kg. Biaya produksi rata-rata yang dikeluarkan oleh petani pada saluran II sebesar Rp 16.963 per kg. Biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh petani adalah biaya pengemasan tembakau rata-rata sebesar Rp 359,90 per kg, biaya pengemasan sama dengan biaya pada saluran satu yaitu sesuai dengan kapasitas tembakau voor oogst kasturi. Biaya transportasi rata-rata sebesar Rp 712,05 per kg, jarak lokasi tujuan penjualan berada di luar Desa Pakusari, untuk biaya transportasi yaitu menyewa mobil pick up sebesar Rp 100.000, kapasitas mobil maksimal satu ton. Ada beberapa petani yang menjual hasil tembakaunya di bawah satu kwintal membayar biaya transportasi sebesar Rp 50.000 dan Rp 75.000 jika petani menjual tembakaunya diantara 100-200 kwintal dengan menyewa mobil pick up dengan petani lain yang menjual ke pabrik PT Sampoerna. Petani yang melakukan kerjasama dalam penjualan juga melakukan sistem upah tenaga kerja secara kerjasama yaitu membagi berapa petani yang melakukan penjualan tersebut dengan biaya yang telah dikeluarkan untuk biaya tenaga pengangkutan. Biaya tenaga angkut sebesar Rp 257,27 per kg. Total biaya tataniaga yang dikeluarkan pada saluran II sebesar Rp 1.544 per kg. Marjin tataniaga pada saluran II yaitu sebesar Rp 8.273 per kg. Marjin pada saluran II besar di karenakan petani tidak menggunakan jasa pedagang untuk melakukan penjualan dengan kata lain petani menjual hasil tembakau voor oogst kasturi langsung ke konsumen akhir yaitu pabrik PT Sampoerna, sehingga keuntungan 100 persen milik petani. 90 Biaya produksi rata-rata yang dikeluarkan oleh petani pada saluran III yaitu rata-rata sebesar Rp 17.516 per kg. Petani menjual hasil tembakau melalui perantara sehingga petani pada saluran III tidak melakukan biaya tataniaga. Biaya tataniaga dibebankan kepada pedagang yaitu total biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh pedagang yaitu rata-rata sebesar Rp 763 per kg terdiri dari biaya pengemasan rata-rata sebesar Rp 202,84 per kg, biaya transportasi rata-rata sebesar Rp 265,53 per kg, biaya transportasi sama dengan biaya sewa mobil dengan saluran I karena pabrik tujuannya sama yaitu PT Sampoerna. Biaya tenaga angkut rata-rata sebesar Rp 231,15 per kg, biaya koran sebagai alas tembakau rata-rata sebesar Rp 47,42 per kg dan biaya tali rafia sebagai pengikat tembakau dalam pengemasan rata-rata sebesar Rp 17,36 per kg. Sedangkan keuntungan yang diperoleh pedagang yaitu sebesar Rp 612,00 per kg, mendapatkan marjin sebesar Rp 1.375,00 per kg. Keuntungan pedagang pada saluran III rendah dikarenakan harga yang ditawarkan petani tinggi sedangkan harga yang diberikan oleh pabrik tembakau rendah, hal tersebut dikarenakan pedagang masih mencampur tembakau bagus dan jelek sehingga banyak tembakau yang bagus diberi harga rendah. Pedagang yang menjual dengan harga yang berikan pabrik adalah pedagang yang memperhitungkan kembali biaya pengemasan jika tembakau dibawa pulang kembali oleh pedagang. Keuntungan pedagang pada saluran IV yaitu sebesar Rp 1.640,00 per kg, sedangkan marjin yang didapat sebesar Rp 2.675 per kg. Biaya produksi rata-rata yang dikeluarkan petani pada saluran IV yaitu sebesar Rp 18.647 per kg. Biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh pedagang terdiri dari biaya pengemasan rata-rata sebesar Rp 217,57 per kg, biaya transportasi rata-rata sebesar Rp 414,90 per kg, biaya transportasi sama dengan biaya sewa mobil saluran II karena lokasi penjualan sama yaitu PT Djarum. Pedagang melakukan penjualan sebanyak sekali dan dua kali, sehingga lebih menghemat biaya. Biaya tenaga angkut rata-rata sebesar Rp 290,29 per kg, biaya tenaga angkut adalah biaya yang dikeluarkan pedagang dari tempat petani ke tempat pedagang dan biaya tenaga angkut dari tempat pedagang ke pabrik tembakau yang menjadi tujuan penjualan. Upah yang diberikan rata-rata sama dengan saluran I, II dan saluran III. Biaya koran rata-rata sebesar Rp 84,31 per kg dan rata-rata biaya rafia sebesar Rp 27,88 per kg. Biaya 91 Koran dan tali rafia untuk semua saluran tergantung kapasitas tembakau voor oogst kasturi yang dikemas. Total biaya tataniaga yang paling kecil terdapat pada saluran III, yaitu rata-rata sebesar Rp 763 per kg, sedangkan total biaya tataniaga terbesar terdapat pada saluran II yaitu rata-rata sebesar Rp 1.543 per kg. Hal tersebut dikarenakan hasil perolehan tembakau voor oogst kasturi juga lebih banyak dibandingkan dengan saluran yang lain yaitu rata-rata sebesar 906,44 kg. Biaya tataniaga yang dikeluarkan setiap petani berdasarkan kapasitas tembakau yang akan dijual. Biaya tataniaga dan Besarnya marjin pada setiap saluran disajikan dalam lampiran 11 serta rincian biaya tataniaga yang dikeluarkan disajikan pada lampiran 12.

6.3.9 Farmer’s Share