60
6.2.1 Biaya Usahatani Pembesaran Ikan Mas
Biaya produksi untuk usahatani pembesaran ikan mas meliputi biaya tunai dan biaya tidak tunai diperhitungkan. Biaya tunai terdiri dari biaya sarana
produksi yang meliputi benih, obat-obatan pakan, tenaga kerja luar keluarga dan retribusi usaha. Sedangkan yang termasuk biaya tidak tunai adalah biaya untuk
penyusutan, tenaga kerja dalam keluarga dan natura, yaitu biaya yang dikeluarkan pembudidaya untuk menyediakan makanan dan minuman bagi TKLK selain biaya
upah yang di berikan. Komponen Biaya Usahatani Pembesaran Ikan Mas di Waduk Cirata untuk Satu Musim Tanam dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Komponen Biaya Usahatani Pembesaran Ikan Mas di Waduk Cirata untuk Satu Musim Tanam per Kolam
No Jenis Biaya
Satuan Harga
Rp Jumlah
Nilai Rp I
Biaya Tunai
1. Benih Kg
18.900 66
1.247.400 24,23
2. Pakan Kg
5.210 574
2.990.540 58,08
3. Obat-obatan nutrifish toshin
ml 322
60 19.320
0,38 4. Tenaga Kerja Luar
Keluarga Jam
200 366
73.200 1,42
5. Retribusi MT
50.000 1
50.000 0,97
Jumlah Biaya Tunai 4.380.460
85,08 II
Biaya Diperhitungkan
1. Penyusutan 382.500
7,43 2. Tenaga Kerja Dalam
Keluarga Jam
200 1.014
202.800 3,94
3. Natura MT
183.000 1
183.000 3,54
Jumlah Biaya diperhitungkan
768.300 14,92
III Jumlah Biaya Total
7.267.540 100,00
Berdasarkan Tabel 17 komponen biaya produksi terbesar yang dikeluarkan pembudidaya adalah biaya untuk pembelian pakan ikan, yaitu sebesar Rp
2.990.540,00 per kolam untuk satu musim tanam atau sekitar 58,08 persen dari biaya total. Penggunaan pakan mempengaruhi hasil panen yang diinginkan oleh
pembudidaya. Pemberian pakan disesuaikan dengan target hasil produksi ikan mas yang diharapkan oleh pembudidaya.
61 Komponen biaya terbesar kedua adalah biaya untuk pembelian benih ikan
mas, yaitu sebesar Rp
1.247.400
,00 per kolam untuk satu kali musim tanam atau sekitar 24,23 persen dari total biaya. Benih berpengaruh pada hasil produksi yang
akan didapat oleh pembudidaya. Banyaknya benih yang ditebar menentukan hasil yang akan diperoleh saat panen.
Komponen biaya terbesar ketiga adalah biaya penyusutan, yaitu sebesar Rp 382.500 atau sekitar 7,43 persen dari seluruh biaya total. Pembebanan
penyusutan alat-alat pertanian menggunakan metode garis lurus Straight Line Method dengan asumsi peralatan setelah umur teknis habis tidak dapat digunakan
lagi. Biaya penyusutan yang dikeluarkan untuk setiap kolam dalam satu kali musim tanam besarnya sama.
Komponen biaya terbesar keempat adalah biaya diperhitungkan dari tenaga kerja dalam keluarga, yaitu sebesar Rp 202.800,00 per kolam untuk satu
musim tanam atau sekitar 3,94 persen dari total biaya. Besarnya biaya yang diperhitungkan dari tenaga kerja dalam keluarga disebabkan semua pembudidaya
responden menjadi TKDK yang memiliki jam kerja penuh selama masa tanam ikan, dimulai dari penebaran benih hingga panen.
Komponen biaya terbesar kelima adalah biaya natura, yaitu penyediaan makanan dan minuman bagi tenaga kerja yang bekerja di kolam. Hal ini
merupakan kewajiban dari pembudidaya selain memberikan upah kepada TKLK. Biaya natura yang dikeluarkan oleh pembudidaya sebesar Rp 183.000 atau sekitar
3,54 persen. Komponen biaya terbesar berikutnya adalah biaya untuk tenaga kerja luar keluarga. Biaya yang dikeluarkan untuk TKLK sebesar Rp 73.200,00 per
kolam untuk satu musim tanam atau sekitar 1,42 persen dari seluruh biaya total. Besarnya biaya TKLK yang dikeluarkan disebabkan penggunaan TKLK dalam
proses produksi khususnya dalam proses pemberian pakan yang harus dilakukan setiap hari dimulai dari awal penebaran benih hingga saat akan dipanen.
Berdasarkan Tabel 14 terlihat bahwa biaya untuk obat-obatan dan retribusi memiliki proporsi yang kecil. Biaya retribusi merupakan biaya yang dibayarkan
oleh pembudidaya kepada pihak PLTA dengan jumlah yang sama tanpa melihat jumlah kolam yang dimiliki oleh pembudidaya. Biaya yang dikeluarkan untuk
retribusi sama besarnya setiap kali musim tanam, yaitu sebesar Rp 50.000,00 atau sekitar 0,97 persen. Sedangkan untuk biaya obat-obatan memiliki nilai yang
62 paling kecil yaitu sebesar Rp 19.320,00 Hal ini disebabkan pembudidaya
pembesaran ikan mas di Waduk Cirata hanya menggunakan obat-obatan satu kali, yaitu pada saat awal produksi sehingga biaya yang dikeluarkan tidak besar, yaitu
sekitar 0,38 persen.
6.2.2 Penerimaan Usahatani Pembesaran Ikan Mas