44
5.3.5 Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah tanggungan keluarga yang dimiliki pembudidaya sebagian besar berjumlah tiga orang yang meliputi istri dan dua orang anak. Responden yang
memiliki tanggungan keluarga tiga orang sebanyak 19 orang 38 persen. Hal ini sejalan dengan umur pembudidaya yang sebagian besar berusia baya yang baru
menikah dan memiliki dua orang anak yang masih kecil. Selain itu pembudidaya yang sudah berusia lanjut pada umumnya anak-anaknya telah menikah dan sudah
tidak menjadi tanggungan dari pembudidaya. Sedangkan pembudidaya yang memiliki tanggungan lebih dari lima orang yaitu hanya satu orang respoden 2
persen. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Jumlah Responden Pembudidaya Pembesaran Ikan Mas berdasarkan
Jumlah Tanggungan Keluarga di Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur Tahun 2010
Jumlah Tanggungan Keluarga Orang
Jumlah Responden Persentase
2 11
22 3
19 38
4 17
34 5
2 4
5 1
2
Jumlah
50 100
5.4 Usahatani Ikan Mas di Waduk Cirata
Usaha pembesaran ikan di Waduk Cirata sudah dimulai sejak tahun 1988, yaitu semenjak dilakukannya proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air PLTA.
Kegiatan pembesaran ikan merupakan kegiatan sampingan dari fungsi Waduk Cirata sebagai PLTA. Para pembudidaya mengusahakan beberapa komoditas ikan
antara lain ikan mas, nila, gurame, bawal dan patin. Ikan mas merupakan komoditas unggulan pembudidaya ikan di Waduk Cirata, karena harga jualnya
yang relatif stabil dan waktu pembesarannya yang lebih singkat dibandingkan dengan ikan jenis lain.
Pembudidaya pembesaran ikan mas di Waduk Cirata tidak dapat memproduksi benih sendiri karena kondisi keramba jaring apung yang tidak
memungkinkan untuk melakukan proses pembenihan. Pembudidaya memperoleh benih ikan mas dari supplier yang mengirimkan benih ikan langsung sampai ke
45 kolam apabila pembudidaya melakukan pemesanan. Pembudidaya pembesaran
ikan mas di Waduk Cirata umumnya menggunakan benih ikan yang berasal dari wilayah Cianjur, Bandung dan Subang. Benih yang disukai oleh pembudidaya
adalah benih yang berasal dari Bandung, karena benih yang berasal dari Cianjur kurang sesuai dengan kondisi Waduk Cirata.
Kualitas benih yang baik dapat dilihat dari pergerakannya saat diberi pakan. Benih yang baik akan bergerak dengan cepat apabila pembudidaya datang
dan memberikan pakan, serta bergerak cepat apabila ada rangsangan. Apabila benih berpencar dan pergerakannya lambat maka benih kualitasnya kurang baik
dan akan menyebabkan menurunnya hasil produksi. Namun pembudidaya tidak dapat menentukan benih yang diberikan oleh supplier dan terkadang supplier
mencampurkan benih dari beberapa daerah dalam satu kantong benih. Selain benih, pengadaan input produksi lainnya seperti pakan dan obat-
obatan diperoleh dengan mudah oleh pembudidaya. Pakan ikan diperoleh dari supplier yang ada di sekitar Waduk Cirata. Pembudidaya hanya memesan pakan
dengan jumlah yang telah ditentukan, kemudian suplier akan mengirimkan sampai ke kolam milik pembudidaya. Pada umumnya pakan yang dipilih oleh
pembudidaya adalah pakan yang melayang di dalam air. Pakan jenis melayang ini lebih disukai karena apabila menggunakan pakan jenis tenggelam maka pakan
akan lebih cepat tenggelam sebelum sempat dihabiskan oleh ikan sehingga banyak pakan yang terbuang. Sedangkan pakan jenis terapung akan mudah terbawa oleh
angin keluar kolam pada saat ditebarkan oleh pembudidaya
sehingga penggunaannya kurang efisien. Untuk harga pakan sendiri tergantung pada
kemampuan pembudidaya dalam menawar harga pakan. Obat-obatan dapat diperoleh pembudidaya dari toko-toko di sekitar Waduk
Cirata yang menyediakan berbagai macam kelengkapan budidaya ikan.
Penggunaan obat-obatan harus sesuai dengan dosis yang telah ditentukan, tergantung jumlah benih yang ditebar. Pemberian obat-obatan hanya satu kali
untuk satu musim tanam, yaitu pada saat umur ikan satu minggu di kolam pembudidaya.
Pemberian obat-obatan pada awal pembesaran disebabkan obat-obatan berfungsi untuk mencegah terserangnya ikan oleh penyakit. Menurut
46 pembudidaya responden apabila ikan telah terserang penyakit kemudian diberikan
obat-obatan maka penyakit tersebut akan lebih cepat menyebar pada ikan lain. Tindakan pembudidaya apabila ada ikan yang terserang penyakit adalah
mengambil ikan yang diduga terkena penyakit menggunakan serok dan membuangnya.
Budidaya pembesaran ikan mas menggunakan keramba jaring apung dimulai dengan memasukkan benih ikan ke dalam KJA. Benih tersebut diberi
pakan pelet konsentrat dua sampai tiga kali sehari pada pagi, siang dan sore hari tergantung target yang diharapkan oleh pembudidaya. Obat-obatan diberikan pada
saat ikan berumur satu minggu, yaitu dengan cara dilarutkan dengan air sesuai dosis aturan yang telah ditetapkan. Untuk proses pemanenan pembudidaya hanya
tinggal menarik ujung jaring menggunakan bambu yang diletakkan di bawah jaring yang akan di panen lalu ditarik kepermukaan setelah itu didorong atau
digeser ke sisi dimana ikan akan di timbang dan dikemas. Proses pemanenan biasanya dilakukan oleh pihak tengkulak yang datang
ke kolam pembudidaya dan disaksikan oleh pembudidaya. Proses pemanenan dilakukan dengan cara mengangkat pemberat jaring, kemudian kedua ujung jaring
ditarik perlahan sehingga jaring mulai terangkat dan ikan mengumpul pada satu sisi. Selanjutnya pembudidaya hanya hingga mengambilnya menggunakan serok.
Setelah itu ikan ditimbang untuk mengetahui hasil produksi pembudidaya. Proses pemanenan dilakukan pada malam hari. Hal ini bertujuan agar ikan
dapat dijual di pasar pada pagi harinya. Ikan yang dipanen mengalami proses penyortiran, namun proses pengemasan dan penyortiran dilakukan oleh pihak
tengkulak. Dengan demikian pembudidaya
tidak mengeluarkan biaya pengemasan dan penyortiran. Pembudidaya pembesaran ikan mas di Waduk
Cirata menjual hasil panennya dengan harga kiloan yang telah disepakati sebelumnya. Sistem pembayaran yang digunakan adalah pembayaran tunai dan
dibayarkan paling lama dua hari setelah proses pemanenan, sedangkan untuk pasarnya sendiri menjadi urusan tengkulak.
Pembesaran ikan mas di Waduk Cirata tidak tergantung pada musim. Pembudidaya pembesaran ikan mas di Waduk Cirata dapat melakukan usahatani
pembesaran ikan mas sepanjang tahun. Ikan mas pada umumnya dapat dibesarkan
47 pada musim hujan maupun musim kemarau. Pada musim hujan debit air menjadi
naik dan nafsu makan ikan meningkat, namun pada musim hujan kemungkinan terjadi up-welling sangat besar. Pada musim kemarau debit air menurun dan sinar
matahari dapat masuk ke air, sehingga menurunkan kemungkinan terkena penyakit.
Pada penelitian ini, umumnya alasan pembudidaya melakukan usaha pembesaran ikan mas adalah karena keuntungan dari budidaya ikan mas lebih
menjanjikan. Ikan mas memiliki harga jual yang relatif stabil dan masa tanamnya lebih singkat dibandingkan ikan jenis lain, sehingga perputaran uang lebih cepat.
Namun pada saat penelitian dilakukan harga jual ikan mas sedang turun, yaitu Rp 13.000 - Rp 14.000 sehingga banyak pembudidaya yang mengeluh karena
mengalami kerugian. Harga yang berlaku saat ini mengalami kenikan sebesar Rp 1000 menjadi Rp 15.000, sedangkan untuk harga normal adalah sebesar Rp
16.0000 – Rp 17.000. Penurunan harga ikan mas pada periode ini disebabkan melimpahnya ikan laut di pasar, sehingga harga ikan laut menjadi turun dan
konsumen lebih memilih untuk mengkonsumsi ikan laut dari pada ikan air tawar, khususnya ikan mas. Daftar harga ikan mas dari bulan Juli 2009 sampai Juli 2010
dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Harga Ikan Mas dari Bulan Juli Tahun 2009 sampai Juli Tahun 2010 di
Waduk Cirata
Bulan Harga Rp
Juli 2009 18.000
Agustus 2009 18.000
September 2009 17.500
Oktober 2009 17.000
November 2009 17.500
Desember 2009 16.500
Januari 2010 15.000
Febuari 2010 14.000
Maret 2010 13.500
April 2010 14.000
Mei 2010 15.500
Juni 2010 16.000
Juli 2010 18.000
49
VII. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI PEMBESARAN IKAN MAS
7.1 Analisis Fungsi Produksi
Model fungsi produksi yang digunakan untuk menduga fungsi produksi dalam penelitian ini adalah model fungsi produksi Cobb-Douglas. Faktor produksi
variable independen yang diduga berpengaruh dalam usaha pembesaran ikan mas adalah jumlah jaring apung X
1
, benih X
2
, Pakan X
3
, Obat-obatan X
4
, lama produksi X
5
dan tenaga kerja X
6
. Variabel dependenya adalah produksi ikan mas Y.
Pengujian terhadap ketepatan model fungsi produksi dengan melihat koefisien determinasi R
2
, F-hitung, T-hitung maupun P-value dari masing-masing parameter dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Pendugaan dan Pengujian Parameter Model Fungsi Produksi Cobb- Douglas
Variabel Koefisien
Regresi Simpangan
Baku Koefisien
T hitung P-Value
VIF
Konstanta -0,3805
0,4386 -0,87
0,386 Ln Jumlah Jaring
Apung 0,0404
0,03327 1,22
0,225 1,3
Ln Benih 0,4284
0,0859 4,98
0,000 5,3
Ln Pakan 0,4014
0,0386 10,40
0,000 1,6
Ln Obat-obatan 0,2816
0,1012 2,78
0,006 4,6
Ln Lama produksi 0,0610
0,1067 0,57
0,567 1,4
Ln Tenaga Kerja 0,0748
0,0428 1,75
0,082 1,5
R-Sq = 70,5 R-Sd adj = 69,9 F-Hitung = 9,72 Berdasarkan data Tabel 15, maka model fungsi produksi Ikan mas dapat
diduga dengan persamaan berikut :
Ln Y = -0,3805 + 0,0404 ln X
1
+ 0,4284 ln X
2
+ 0,4014 ln X
3
+ 0,2816 ln X
4
+ 0,0610 ln X
5
+ 0,0748 ln X
6
Hasil pendugaan model menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi R
2
didapat sebesar 70,5 persen, dengan nilai koefisien terkorelasi R
2
adj sebesar 69,9 persen. Nilai R
2
tersebut berarti bahwa 70,5 persen variasi produksi ikan mas dapat dijelaskan secara bersama-sama oleh faktor banyak kolam, benih,