Pendapatan Usahatani Tembakau Voor Oogst Kasturi

74 adalah biaya pada tenaga kerja karena tenaga kerja dalam keluarga juga diperhitungkan sebagai biaya variabel. Pada luas lahan skala kecil biaya total yang dikeluarkan petani untuk memproduksi tembakau voor oogst kasturi adalah sebesar Rp 28.242.546,60ha. Biaya tersebut merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap yang dikeluarkan petani adalah sebesar Rp Rp 6.970.837,94ha atau sebesar 24,68 persen sedangkan biaya variabel yang dikeluarkan petani tembakau voor oogst kasturi adalah sebesar Rp 21.271.708,66ha atau sebesar 75,32 persen. Dilihat dari biaya total berdasarkan luas lahan skala besar dan kecil, biaya yang paling tinggi adalah biaya luas lahan skala kecil. Berdasarkan hasil wawancara pada petani yang mempunyai luas lahan dibawah rata-rata yaitu petani yang digolongkan pada skala kecil memproduksi tembakau voor oogst kasturi menggunakan tenaga dalam keluarga yaitu mulai proses penyulaman, topping, pemupukan, penyemprotan hama dan penyakit serta pengaturan air sehingga perawatan tembakau lebih banyak dalam tenaga kerja. Jadi biaya tenaga kerja petani yang memproduksi dengan luas lahan skala kecil menjadi lebih besar dibandingkan dengan biaya tenaga kerja luas lahan skala besar. Hal tersebut menunjukkan bahwa biaya total berdasarkan luas lahan mempengaruhi biaya yang dikeluarkan oleh petani, tetapi jika tenaga kerja dalam keluarga tidak diperhitungkan maka biaya total pada luas lahan skala kecil lebih rendah dibandingkan dengan biaya total skala besar. Perhitungan biaya tembakau voor oogst kasturi per rata-rata hektar berdasarkan luas lahan sakala besar dapat di lihat Lampiran 8 dan Perhitungan biaya tembakau voor oogst kasturi per rata-rata hektar berdasarkan luas lahan skala kecil dapat di lihat Lampiran 9.

6.2.3 Pendapatan Usahatani Tembakau Voor Oogst Kasturi

Pendapatan usahatani tembakau voor oogst kasturi dianalisis dalam dua bagian yaitu pendapatan usahatani berdasarkan luas lahan skala besar 5.336 m 2 dan pendapatan usahatani berdasarkan luas lahan skala kecil 5.336 m 2 . Pendapatan diperoleh dari hasil pengurangan penerimaan petani terhadap komponen biaya-biaya yang dikeluarkan dalam usahatani. 75 Rata-rata penerimaan usahatani tembakau voor oogst kasturi per hektar berdasarkan luas lahan skala besar sebesar Rp 35.097.742,95 yang dijual dalam bentuk daun kering. Penerimaan usahatani tembakau voor oogst kasturi berdasarkan luas lahan skala besar dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Analisis Pendapatan Usahatani Tembakau Voor Oogst Kasturi Per Hektar Rata-rata Skala Besar Pada Petani Gapoktan Permata VII Tahun 2010 Komponen Nilai Rp A Penerimaan 35.097.742,95 100 B Total Biaya Tetap 7.127.774,97 27,07 C Total Biaya Variabel 19.201.396,36 72,93 D Jumlah total biaya B+C 26.329.170,97 100 E Pendapatan A-D 8.768.571,98 F RC Rasio AD 1,33 Analisis imbangan penerimaan dan biaya tunai RC dilakukan untuk melihat apakah biaya yang telah dikeluarkan menghasilkan cukup penerimaan untuk memperoleh keuntungan, serta untuk menilai efisiensi biaya yang telah dikeluarkan. Tabel 25 menunjukkan bahwa nilai RC rasio atas penggunaan biaya sebesar 1,33, hal tersebut menjelaskan bahwa setiap satu rupiah biaya input yang dikeluarkan petani maka akan menerima 1,33 rupiah. Rata-rata penerimaan usahatani tembakau voor oogst kasturi per hektar berdasarkan luas lahan skala kecil sebesar Rp 33.981.364,75 yang dijual dalam bentuk daun kering. Penerimaan usahatani tembakau voor oogst kasturi berdasarkan luas lahan skala besar dapat dilihat pada Tabel 26. 76 Tabel 26. Analisis Pendapatan Usahatani Tembakau Voor Oogst Kasturi Per Hektar Rata-rata Skala Kecil Pada Petani Gapoktan Permata VII TAhun 2010 Komponen Nilai Rp A Penerimaan 33.981.364,75 100 B Total Biaya Tetap 6.970.837,94 24,68 C Total Biaya Variabel 21.271.708,66 75,32 D Jumlah total biaya B+C 28.242.546,60 100 E Pendapatan A-D 5.738.818,15 F RC Rasio AD 1,20 Tabel 26 menunjukkan bahwa nilai RC rasio atas penggunaan biaya sebesar 1,20, hal tersebut menjelaskan bahwa setiap satu rupiah biaya input yang dikeluarkan petani maka akan menerima 1,20 rupiah. Pendapatan yang diterima petani berdasarkan luas lahan skala besar lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan yang diterima petani berdasarkan luas lahan skala kecil. hal tersebut menunjukkan bahwa luas lahan mempengaruhi pendapatan yang diperoleh petani, karena semakin luas lahan yang dimiliki maka semakin tinggi jumlah produksi yang di usahakan. Dari hasil wawancara kepada petani, petani menyatakan bahwa hasil produksi tembakau voor oogst kasturi tahun 2010 tidak maksimal dikarenakan bibit yang semakin meningkat sehingga petani tidak menyiangi tanaman yang mati, pemberian pupuk yang terbatas dikarenakan pupuk semakin mahal sehingga pertumbuhan tanaman tembakau menjadi tidak maksimal serta adanya musim penghujan di daerah tersebut menyebabkan tembakau voor oogst kasturi telat panen dan tidak bisa cepat dikeringkan sehingga menyebabkan kualitas tembakau jelek dan harga tembakau voor oogst kasturi rendah. Hal tersebut yang menyebabkan pendapatan petani tahun 2010 menjadi menurun. Menurut beberapa petani, pendapatan pada tahun 2009 jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2010 yaitu dua kali lipat dari hasil tahun 2010. Berdasarkan analisis yang dilakukan petani tidak mengalami kerugian dikarenakan biaya usahatani bisa ditutupi dengan hasil perolehan penjualan tembakau voor oogst kasturi. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa 77 usahatani tembakau voor oogst kasturi berdasarkan luas lahan skala besar dan luas lahan skla kecil merupakan usahatani yang menguntungkan secara ekonomi karena usahatani tersebut memiliki RC rasio atas biaya total lebih besar dari 1 RC rasio 1, maka dapat dikembangkan lebih lanjut lagi.

6.3 Saluran Tataniaga Tembakau Voor Oogst Kasturi