Bagi Hasil Pajak BHP

ditemukan di level Nasional Usman 2006 , dan daerah Sinaga dan Siregar 2005 ; Pakasi 2005; Sumedi 2005; Pardede 2004. Selengkapnya perilaku DAU di Indonesia beberapa daerah lainnya di Indonesia dapat dilihat pada Lampiran 13 Tabel 3. Temuan tersebut adanya peningkatan DAU secara signifikan hanya di wilayah kabupaten dan kota, namun tidak di pemerintah provinsi . Alokasi Dana Alokasi Umum pemerintah provinsi sebelum desentralisasi fiskal adalah rata-rata Rp. 312 076 873 ribu per tahun, lebih besar dari rata DAU sesudah desentralisasi fiskal yang sebesar Rp. 280 243 577 ribu. Artinya terjadi penurunan sebesar 10.20. Tabel 39. Rata-rata Dana Alokasi Umum Provinsi dan KabupatenKota Se SUMUT sebelum dan Sesudah Desentralisasi Fiskal 19901991- 2003 Ribu Rp Uraian Rata-rata Provinsi KabKota Sebelum Desentralisasi Fiskal 19901991-2003 312076873 560387212 Sesudah Desentralisasi Fiskal 2001-2003 280243577 3610742416 Sumber: Statistik Keuangan Daerah Sumut 2004.

6.2.4. Bagi Hasil Pajak BHP

Hasil Estimasi Perilaku Bagi Hasil Pajak BHP sesuai dengan yang diharapkan Tabel 40. Bagi Hasil Pajak BHP dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh Produk Domestik regional Bruto PDRB. Hasil serupa pada level nasional Usman 2006, dan level daerah Sinaga dan Siregar 2005; Pakasi 2005; Sumedi 2005, kecuali Riau Saefudin 2005. Dalam jangka pendek setiap peningkatan satu persen PDRB di Sumatera Utara akan meningkatkan perolehan Bagi Hasil Pajak sebesar 0.40, sedangkan dalam jangka panjang setiap peningkatan 1.00 PDRB akan meningkatkan 1.68 Bagi Hasil Pajak. Bagi Hasil Pajak Tahun Lalu LBHP berpengaruh positif dan signifikan terhadap Bagi Hasil Pajak tahun berjalan. Temuan ini sesuai dengan adanya yang disebut sebagai peubah ’target” yaitu adanya target perolehan Bagi Hasil Pajak tahun berjalan setidaknya tidak lebih kecil dari tahun lalu. Hasil serupa juga ditemukan di Sulawesi Utara Pakasi 2005 dan Jawa Barat Sumedi 2005. Tabel 40. Hasil Estimasi Perilaku Bagi Hasil Pajak BHP. No. Variable Parameter Estimate T for H0: Parameter=0 Prob |T| Elatisitas Jk.Pendek Jk. Pnjang 1 I NTERCEP - 1 2 5 5 . 0 7 2 2 6 0 - 2 . 0 4 5 0 . 0 4 2 1 - - 2 PDRB 0 . 0 0 2 9 8 4 5 . 7 3 4 0 . 0 0 0 1 0 . 4 0 5 3 5 1 . 6 8 4 1 6 3 DDF 7 0 6 7 . 8 3 8 6 9 3 5 . 3 6 6 0 . 0 0 0 1 - - 4 L BHP 0 . 7 5 9 3 1 7 1 2 . 1 3 0 0 . 0 0 0 1 - - F – Hitung: 298.887 R 2 : 0.8051 D-W: 2.139 Ditemukan adanya peningkatan dan berbeda secara signifikan antara BHP sebelum dan sesudah desentralisasi fiskal di pemerintah daerah provinsi dan juga di kabupaten dan kota Tabel 41. Temuan ini, antara lain disebabkan oleh adanya perubahan dan peningkatan Bagi Hasil Pajak yang didaerahkan sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Hasil serupa ditemukan juga pada level nasional Usman 2006 dan di Sulawesi Selatan Sinaga dan Siregar 2005, Sulawesi Utara Pakasi 2005, Jawa Barat Sumedi 2005 dan Riau Saefudin 2005. Perilaku Bagi Hasil Pajak Daerah di Indonesia dan beberapa daerah lainnya selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 13 Tabel 4. Rata-rata Bagi Hasil Pajak pemerintah provinsi sebelum desentralisasi fiskal adalah Rp.22 104 632 ribu per tahun, meningkat menjadi Rp.89 173 995 per tahun sesudah desentralisasi fiskal. Artinya terjadi peningkatan Bagi Hasil Pajak sebesar 303 sesudah desentralisasi fiskal dibandingkan sebelumnya. Sedangkan rata-rata Bagi Hasil Pajak pemerintah kabupaten dan kota sebelum desentralisasi fiskal adalah Rp.110 104 286 ribu per tahun, meningkat menjadi Rp.508 967 403 per tahun sesudah desentralisasi fiskal. Artinya terjadi peningkatan Bagi Hasil Pajak sebesar 362 sesudah desentralisasi fiskal dibandingkan sebelumnya. Tabel 41. Rata-rata Bagi Hasil Pajak Provinsi dan KabupatenKota Se SUMUT sebelum dan Sesudah Desentralisasi Fiskal Ribu Rp Uraian Rata-rata Provinsi KabKota Sebelum Desentralisasi Fiskal 19901991-2003 22104632 110104286 Sesudah Desentralisasi Fiskal 2001-2003 89173995 508967403 Sumber: Statistik Keuangan Daerah Sumut 2004.

6.2.5. Pengeluaran Rutin Pemerintah Daerah