Formulasi DAU 2001 Formulasi DAU 2002

pendapatan masyarakat, dengan memperhatikan masyarakat miskin. Sementara potensi daerah dicerminkan oleh potensi penerimaan daerah seperti potensi industri, potensi SDA, potensi SDM, dan Pendapatan Domestik Regional Bruto PDRB. Selain itu untuk menghindari kemungkinan penurunan kemampuan daerah dalam membiayai pengeluarannya yang sudah menjadi tanggung jawabnya, maka alokasi DAU juga ditentukan oleh faktor penyeimbang, dan faktor Lump-sum, selain dari faktor formula yang telah disebutkan diatas. Sehingga alokasi DAU menurut Brojonegoro dan Pakpahan 2002 adalah ; DAU i = FF i + FPi + FL i , dimana : DAU : Dana Alokasi Umum FF : Faktor formula FP : faktor Penyeimbang FL : faktor lump-sum i ; provinsi, kabupatenkota

2.4.1. Formulasi DAU 2001

Amanat UU No.251999 Potensi Penerimaaan: Potensi Industri Potensi SDA Potensi SDM PDRB Kebutuhan Fiskal: Jumlah Penduduk Luas Wilayah Keadaan Geografi Penduduk Miskin Variabel Potensi: PDRB Non-Primer PDRB Primer Penduduk Usia Prod Varibel Kebutuhan: Jumlah Penduduk Luas Wilayah Indeks Harga Bang Penduduk Miskin Formula DAU 2001 Gambar 1. Prosedur Penyusunan DAU 2001 Berbagai pendapat mengenai keterbatasan dalam formulasi DAU yang memiliki berbagai kelemahan. Kritik utama adalah bahwa formula yang dibuat cenderung kurang menghasilkan efek pemerataan dan keadilan ekonomi, padahal tujuan utama DAU dalam UU No.22 tahun 1999 adalah pemerataan. Belum lagi ditambah dengan nuansa politik yang cukup kental dalam proses persetujuan perumusan DAU tersebut, sehingga menyimpan potensi konflik Simanjuntak 2001.

2.4.2. Formulasi DAU 2002

Formula DAU 2002, sebagai perbaikan terhadap formula DAU 2001, didasari oleh beberapa hal yaitu 1 formula DAU 2001 hanya berlaku satu tahun sesuai Keppres No.181 Tahun 2000, 2 formulasi DAU 2001 masih banyak kelemahan, 3 perlu penyempurnaan DAU guna mengurangi celah fiskal antar daerah serta dapat mencerminkan azas keadilan dan pemerataan. Beberapa pedoman dasar bagi penyusunan formula DAU tahun 2002: 1. Tetap mengacu pada kaidah-kaidah dasar dalam UU Nomor 25 Tahun 1999 2. Menggunakan pendekatan fiscal gap, yaitu DAU lebih diarahkan untuk membantu daerah yang kurang mampu secara keuangan. 3. Formulanya harus sederhana, sehingga mudah dipahami, sehingga daerah dapat menghitung sendiri DAU yang akan diterimanya. 4. Formulanya dapat dipertanggung jawabkan secara akademis 5. Memenuhi fungsi DAU sebagai penyeimbang keuangan antar daerah equlization transfer. Berdasarkan kriteria tersebut maka alur pemikiran dalam penyusunan formula DAU 2002 menjadi Gambar 2. Beberapa penyempurnaan dilakukan dalam penyusunan DAU 2002 yang dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu 1 variabel potensi penerimaan dan 2 variabel kebutuhan pembiayaan daerah. Variabel-variabel penentu potensi penerimaan adalah PAD, PBB dan BPHTB, PPh Orang Pribadi, dan Bagi Hasil Sumberdaya Alam. Variabel penentu kebutuhan pembiayaan daerah adalah Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, Indeks Harga Bangunan dan Penduduk Miskin. Nilai PAD dihitung sebagai fungsi dari PDRB sektor Jasa dengan formula ekonometrika: PAD = α + α 1 PDRB Sektor Jasa. Nilai PBB dan BPHTB lebih dari 90 masuk ke kas daerah, walau jenis pajak ini termasuk pajak pemerintah pusat. Sebesar 20 dari PPh diserahkan kepada daerah. Nilai Bagi Hasil Amanat UU No.251999 Potensi Penerimaaan: Potensi Industri Potensi SDA Potensi SDM PDRB Kebutuhan Fiskal: Jumlah Penduduk Luas Wilayah Keadaan Geografi Penduduk Miskin Variabel Potensi: PDRB Ind jasa Bagi Hasil SDA,PBB, BPHTB PPh Orang Pribadi Varibel Kebutuhan: Jumlah Penduduk Luas Wilayah Kepadatan Penduduk Indeks Harga Bang Proverty Gap Formula DAU 2002 Gambar 2. Prosedur Penyusunan DAU 2002 Sumberdaya Alam BHSDA merupakan komponen dari Dana Perimbangan. Oleh karena itu BHSDA menentukan besarnya penerimaan daerah. Indeks Beban Penduduk, yang merupakan indikator perbedaan kebutuhan antar daerah berdasarkan jumlah penduduk dihitung dengan ; Populasi Daerah i Indeks Penduduk i = ------------------------------------------------------ Rata-rata populasi Daerah secara Nasional Indeks Luas Daerah menunjukkan perbedaan kebutuhan pembiayaan daerah atas dasar luas wilayahnya, dihitung berdasarkan rumus; Luas Daerah i Indeks Luas Daerah i = ------------------------------------------------- Rata-rata Luas Daerah secara nasional Indeks Harga Bangunan merupakan indikator tingkat kesulitan daerah. Makin sulit kondisi daerah makin besar biaya yang diperlukan untuk konstruksi. Untuk menghitung perbedaan suatu daerah dengan yang lain didasarkan atas rumus berikut; Indeks Konstruksi Daerah i Indeks Harga Bangunan i = ------------------------------------- Rerata Indeks Konstruksi Daerah Poverty Gap adalah indikator perbedaan tingkat kemiskinan antar daerah. Indikator ini mengukur jumlah dana yang diperlukan untuk mengangkat seluruh orang miskin keluar dari garis kemiskinan melalui transfer dana . Poverty gap yang diukur dalam persentase, adalah jarak rata-rata pendapatan penduduk dari garis kemiskinan, didefinisikan sebagai berikut; PG = ∑ = ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ − q i z yi z n 1 1 dimana; Yi : pendapatan individu ke i Z : Poverty linegaris kemiskinan N : jumlah penduduk suatu daerah Pengeluaran rata-rata daerah adalah indikator untuk mengukur biaya rata- rata pengadaan pelayanan publik di daerah, yaitu jumlah biaya rutin gaji dan non gaji ditambah belanja pembangunan daerah. Pengeluaran rata-rata daerah diukur dengan rumus; Belanja Rutin + Belanja Pembangunan} Seluruh Indonesia Pengeluaran Daerah Rata-Rata = ------------------------------------------------------------------------- Jumlah Daerah Variabel-variabel terpilih untuk menentukan kebutuhan daerah dikelompokkan menjadi variabel kependudukan dan variabel kewilayahan, yang masing-masing kelompok dibobot 50. Variabel kependudukan terdiri atas Indeks Jumlah Penduduk IP dan Indeks Kemiskinan Relatif IKR, sedangkan variabel kewilayahan terdiri dari Indeks Luas Wilayah IW dan Indeks Harga Bangunan IHB. Bobot yang relevan bagi setiap indeks adalah ; 1. Indeks Jumlah Penduduk IP 0.1 2. Indeks Kemiskinan Relatif IKR 0.1 3. Indeks Luas Wilayah IW 0.1 4. Indeks Harga Bangunan IHB 0.4 Untuk menghindari kemungkinan terjadinya kekurangan kemampuan daerah membiayai pengeluaran yang menjadi tanggung jawabnya funding mismatch , alokasi DAU 2002 disamping menggunakan formula atas dasar konsep fiscal gap, juga memperhitungkan faktor penyeimbang, yang terutama didasarkan atas besarnya kebutuhan belanja pegawai di daerah. Artinya semua daerah dapat DAU, walaupun sesungguhnya jika berdasarkan konsep fiscal gap daerah tersebut mendapat dapat nilai DAU Nol. Selengkapnya, Alokasi DAU ke daerah tertentu dihitung sebagai berikut; DAU i = Fp i + BD i x DAU n Celah fiskal i BD i = ------------------------- Total Celah Fiskal dimana; DAU i : DAU yang akan dialokasikan ke provinsi atau ke kabkota DAU n : DAU yang akan dialokasikan ke seluruh provinsi atau kabupatenkota setelah disesuaikan dengan faktor penyeimbang. FP : Faktor Penyeimbang BD i : Bobot Daerah provinsi atau kabupatenkota Bobot DAU dibentuk dari perhitungan celah fiskal yang didasarkan atas selisih antara kebutuhan pembiayaan daerah dan potensi penerimaan daerah dengan pendekatan sebagai berikut; Celah Fiskal i = Kebutuhan Fiskal i – Kapasitas Fiskal i dimana; Kebutuhan Fiskal i = TPR x [ 0.4 IP i + 0.1 IW i + 0.1 IKR i + 0.4 IHB i ] Kapasitas Fiskal i = PAD i + PBB i + BPHTB i + PPh i +0.75 SDA i PAD i = a + a 1 PDRB jasa TPR : Total Pengeluaran rata-rata IP : Indeks Kepadatan Penduduk IW : Indeks Luas Wilayah IKR : Indeks Kemiskinan Relatif IHB : Indeks Harga Bangunan PAD ; Pendapatan Asli Daerah PBB : Pajak Bumi dan Bangunan BPHTB: Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan PPh : Pajak Penghasilan Perorangan PDRB : Produk Domestik Regional Bruto SDA : Sumber Daya Alam Faktor penyeimbang DAU 2002, berupa alokasi minimum yang terdiri dari 1 Lump-sum, yang berasal dari sejumlah proporsi DAU yang akan dibagikan secara merata kepada seluruh daerah se provinsi atau se kabupatenkota, 2 Transfer dari sejumlah proporsi DAU yang dialokasikan secara proporsional dari kebutuhan gaji masing-masing daerah dengan kebutuhan gaji daerah secara nasional. Dengan demikian maka rumus DAU 2002 menjadi; DAU = AM + BD i x DAU n AM = {LS + α Gaji} sehingga DAU I = {LS + α Gaji} + BD i x DAU n dimana; AM : Alokasi Minimum α Gaji : Alokasi berdasarkan proporsi kebutuhan belanja pegawai gaji Dengan formula tersebut diatas, kombinasi Alokasi Minimum dan formula Celah Fiskal sebagai berikut; 1. Untuk provinsi, dengan proporsi 50 alokasi minimum; dimana 20 berdasarkan lumpsum, dan 30 berdasarkan kebutuhan gaji dan 50 celah fiskal. 2. Untuk KabupatenKota, dengan proporsi 60 alokasi minimum ; dimann 10 berdasarkan Lumpsum dan 50 berdasarkan kebutuhan gaji serta 40 bedasarkan celah fiskal. Formula DAU 2002 ini tetap masih dipergunakan untuk perhitungan DAU pada tahun 2003 dan 2004.

2.5. Transfer Keuangan Pusat ke Daerah