Keadaan Umum Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara

BAB IV. SUMATERA UTARA : KEADAAN UMUM DAN PEREKONOMIAN

4.1. Keadaan Umum

Daerah provinsi Sumatera Utara terletak diantara 1-4 o Lintang Utara LU dan 98-100 o Bujur Timur BT, merupakan bagian dari wilayah pada posisi silang di Kawasan Palung Pacifik Barat. Daerah ini berbatasan dengan NAD Nanggroe Aceh Darussalam di sebelah Utara, Provinsi Riau dan Provinsi Sumatera Barat di sebelah Selatan, dan Samudera Indonesia di sebelah Barat. Provinsi dengan luas 71 680 km persegi secara geografis terbagi atas Wilayah Pantai Timur, Wilayah Dataran Tinggi, Wilayah Pantai Barat dan Wilayah Kepulauan. Wilayah Pantai Timur merupakan dataran rendah seluas 26 320 km persegi 36.8 dari luas Sumatera Utara adalah daerah subur, kelembaban tinggi dengan curah hujan tinggi pula. Wilayah Dataran Tinggi dan Wilayah Pantai Barat seluas 45 320 km persegi 63.2 sebagian besar merupakan wilayah pegunungan, memiliki variasi dalam tingkat kesuburan tanah, iklim, topografi dan kontur tanah. Beberapa danau, air terjun, dan gunung berapi ada disini. Sebagian wilayahnya tercatat sebagai daerah gempa tektonik dan vulkanik BPS Sumatera Utara 2004. 4.2. Perekonomian Daerah Sumatera Utara 4.2.1. Tingkat Perekonomian Tingkat perekonomian Sumatera Utara, yang diukur dengan PDRB Produk Domestik Regional Bruto, secara nominal meningkat dalam beberapa tahun terakhir, namun secara real pencapaian tingkat perekonomian belum bisa pulih seperti sediakala sebelum krisis ekonomi tahun 1997. PDRB real ADHK 1993 tahun 1997 sebesar Rp.25.07 triliun, turun menjadi Rp.22.33 triliun tahun 1998, lalu naik sedikit tahun 1999 menjadi Rp.22.91 triliun . Angka ini naik terus hingga mencapai Rp.24.89 triliun tahun 2001, yang masih lebih rendah dibanding pencapaian tahun 1997 Krisis ekonomi nasional sejak tahun 1997, juga berdampak negatif terhadap perekonomian Sumatera Utara. Pertumbuhan ekonomi dalam beberapa tahun terakhir ini belum bisa pulih seperti tingkat pertumbuhan sebelum krisis. Tabel 11. Perbandingan PDRB Sumatera Utara dan PDB Indonesia tahun 1990- 2003 Tahun Atas Dasar Harga berlaku Atas Dasar Harga Konstan 1993 Indonesia triliun rupiah Sumut Indonesia triliun rupiah Sumut triliun rupiah triliun rupiah 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 213.57 248.87 283.77 329.77 382.22 454.51 532.57 627.69 955.75 1 099.73 1 282.02 1.490.97 1699.70 1903.67 10.39 11.69 13.94 15.66 19.01 23.08 28.02 34.01 50.71 61.96 67.66 76.74 79.80 83.00 4.9 4.7 4.9 4.7 5.0 5.1 5.3 5.4 5.3 5.6 5.2 5.1 4.7 4.4 271.97 291.56 309.66 329.77 354.64 383.79 413.8 433.25 376.37 379.35 397.93 411.13 424.69 443.81 13.23 13.70 15.21 15.66 17.64 19.49 21.77 25.07 22.33 22.91 24.02 24.89 25.06 25.74 4.9 4.7 4.9 4.7 5.0 5.1 5.3 5.8 5.9 6.0 6.0 6.0 5.9 5.8 Sumber: BPS Sumataera Utara 2004 Pada tahun 2001 misalnya tingkat pertumbuhan ekonomi hanya 3.65 lebih kecil dari tingkat pertumbuhan ekonomi tahun 1996 sebesar 9.01, atau 106 Tabel 12. Laju Pertumbuhan PDRB Sektoral Sumatera Utara Tahun 1990-2003 Tahun Perta- nian Tamb Galian Industri List. Gas Air Kons- truksi Perd. Hot Resto Angkt Dan Kom Bank, LKBB Jasa-jasa PDRB Sumut 1990 7.91 8.89 8.48 8.95 5.20 19.15 6.07 15.00 9.53 9.08 1991 8.02 8.70 9.01 11.63 4.60 14.75 8.86 12.81 7.55 9.09 1992 7.85 8.60 8.75 9.5 4.45 18.15 6.57 13.39 9.03 9.78 1993 8.13 8.67 8.92 10.56 5.02 10.34 8.08 14.08 7.65 9.09 1994 7.22 8.96 7.75 7.95 4.45 20.15 5.57 14.39 9.30 9.48 1995 8.61 8.69 9.21 14.63 6.02 9.34 8.68 12.8 7.95 9.09 1996 8.71 0.72 9.25 13.59 12.65 8.76 8.48 10.51 9.56 9.01 1997 8.98 -37.95 3.77 38.53 8.74 5.53 7.37 5.56 7.76 5.7 1998 2.1 -17.78 -16.56 4.26 -16.17 -17.86 17.68 -14.57 -8.81 -10.9 1999 5.69 -2.69 -0.08 3.98 1.41 3.41 3.16 -1.80 0.55 2.59 2000 4.52 11.38 3.5 6.15 6.35 3.35 8.12 9.68 3.28 4.83 2001 3.31 -6.47 4.39 7.28 4.01 3.67 6.80 1.91 1.77 3.65 2002 3.92 5.38 3.95 6.71 5.18 3.51 5.76 7.68 3.28 4.03 2003 4.03 4.23 4.05 6.55 5.08 3.55 8.00 9.00 3.28 4.13 Sumber: BPS Sumatera Utara 2004, Pemda dan BAPPEDASU 2004 5.70 tahun 1997. Pada tahun 2003 pertumbuhan ekonomi mencapai angka 4.13, suatu angka pertumbuhan yang lebih baik dibanding tahun sebelumnya yang hanya 4.03 Tabel 12. Menurut BPS Provinsi Sumatera Utara 2004, sumber-sumber pertumbuhan empat tahun terakhir 2000-2003 itu terutama berasal dari sektor Listrik, Gas dan Air Bersih dan Angkutan dimana sektor yang pertama tersebut pada tahun 2001 bertumbuh sebesar 7.28 dan sektor Angkutan dengan tingkat pertumbuhan 6.80 . Penyumbang terbesar terhadap PDRB provinsi Sumatera Utara adalah sektor Pertanian, Industri dan Perdagangan Hotel dan Restotan. Ketiga sektor ini pada tahun 2000 menyumbang 76.82 terhadap PDRB Sumatera Utara. Sedangkan pada tahun 2001 menyumbang 76.55 dan tahun 2003 menyumbang 78 Tabel 13. Sektor pertanian tidak saja sebagai penyumbang PDRB kedua terbesar setelah sektor industri, namun juga sebagai penyerap tenaga kerja terbesar diatas 50 hingga kini , bandingkan sektor industri hanya menyerap tenaga kerja kurang dari 10. Nampak disini adanya ketimpangan pendapatan yang cukup besar antara sektor pertanian dengan sektor industri. Sedangkan sektor perdagangan sebagai penyumbang PDRB ketiga terbesar 18 - 20 menyerap tenaga kerja cukup proporsional yaitu antara 14 - 18. Diduga sektor ini dapat menjadi sektor andalan dalam hal distribusi pendapatan perekonomian Sumatera Utara, karena sumbangannya terhadap PDRB proporsional dengan kemampuannya menyerap tenaga kerja. 108 Tabel 13. Struktur Perekonomian Sumataera Utara Tahun 1990-2003 persen Tahun Perta- nian Tamb Galian Industri Listrik, G dan Air Bangu- nan Perdag, Hot dan Resto Ang Kom Bank, LKBB Jasa- jasa PDRB Sumut 1990 25.82 2.56 25.54 0.93 4.37 18.34 8.83 7.10 6.51 100 1991 24.35 2.72 24.85 0.91 4.18 18.45 8.55 8.98 7.01 100 1992 25.72 2.23 26.95 0.96 4.36 17.90 8.25 7.22 6.41 100 1993 25.00 2.53 27.03 0.90 4.40 19.40 8.30 6.05 6.39 100 1994 25.32 2.54 25.49 0.88 4.32 18.95 8.78 7.15 6.56 100 1995 24.85 2.74 26.35 0.91 4.23 18.83 8.6 6.88 6.6 100 1996 25.00 2.21 27.08 1.01 4.41 18.8 8.25 6.76 6.46 100 1997 25.71 1.38 26.68 1.01 4.21 19.57 8.09 6.76 6.49 100 1998 26.38 1.61 29.42 0.83 4.00 20.45 6.03 4.86 6.43 100 1999 31.53 1.36 27.13 0.80 3.69 19.74 5.39 4.02 6.34 100 2000 30.52 1.75 26.89 0.93 4.17 19.41 5.60 4.18 6.55 100 2001 31.00 1.45 26.36 1.04 4.32 19.29 5.78 4.25 6.51 100 2002 31.27 1.65 26.77 0.98 4.25 19.39 5.69 4.22 6.49 100 2003 30.55 1.60 28.09 1.03 4.30 19.40 5.73 4.29 6.54 100 Sumber: BPS, Sumatera Utara Dalam Angka 2004 Transformasi struktural ekonomi telah terjadi khususnya sejak awal periode penelitian 1991 hingga tahun 1998 dimana peranan PDRB sektor Industri telah melampaui PDRB sektor Pertanian. Namun setelah krisis ekonomi 1999 hingga tahun 2003 peranan sektor industri meurun dan lebih kecil dari peranan sektor pertanian. Nampaknya kebijakan desentralisasi fiskal belum mampu mengembalikan transformasi struktur perekonomian kembali ke posisi sebelum krisis ekonomi. Namun menurut Pakasi 2005 di Sulawesi Utara tahun 2005-2007 mendatang diharapkan bahwa terjadi transformasi struktural dimana peranan sektor industri terhadap PDRB meningkat dari 18.7 tahun 2005 naik menjadi 19.1 tahun 2006 dan 19.5 pada tahun 2007 seiring dengan kebijakan desentralisasi fiskal.

4.2.2. Kinerja Perdagangan Luar Negeri

Menurut BPS Sumatera Utara 2004 perdagangan luar negeri dalam beberara tahun terakhir khususnya pasca krisis ekonomi tahun 1997, mengalami penurunan. Pada tahun 2001 surplus perdagangan luar negeri Sumatera Utara tercatat hanya sebesar 2.73 milyar US. Keadaan tadi lebih rendah dari surplus tahun 2000 yang sebesar 1.85 milyar US dengan penurunann sebesar 13.74, namun turun kembali tahun 2002 menjadi 1.57 milyar US dan naik kembali menjadi 2.44 milyar US tahun 2003. Fluktuasi neraca perdagangan sejak tahun 1990 hingga tahun 2003, disebabkan oleh antara lain oleh kenaikan nilai impor yang tidak diikuti oleh kenaikan nilai ekspor. Menurut BPS Sumatera Utara 2004 nilai ekspor Sumatera Utara mengalami penurunan. Penurunan tersebut antara lain disebabkan oleh menurunnya nilai tukar rupiah dan menurunnya nilai komoditas ekspor di pasaran internasional. Komoditi industri merupakan ekspor terbesar Sumatera Utara. Pada tahun 1990 nilai ekspor komoditi industri sebesar 1938 milyar US 75, pada tahun 2001 nilai ekspor komiditi industri mencapai 1.618 milyar US atau sekitar 70.51 dari total nilai ekspor pada tahun 2003 menjadi 1922 milyar US 74. Ekspor komoditi pertanian tahun 1990 sebesar 641 juta US 24.8, pada tahun 2001 sebesar 666 juta US 29.2, lalu pada tahun 2003 ekspor komoditi pertanian adalah 664 juta US 25.6 . Tujuan utama ekspor adalah Asia, Uni Eropa, lalu disusul oleh Asean dan Amerika Utara. Pada Tahun 2001 misalnya ekspor Ke Uni Eropa sebesar 604 US atau sekitar 26.33, sedangkan ke kawasan Asean sebesar 409 juta US atau sekitar 17.84, sedangkan ke kawasan Asia lainnya sebesar 588 juta US atau sekitar 25.62 BPS Sumatera Utara 2004. Pada tahun 2002 nilai ekspor ke masing-masing tujuan negara yang sama adalah masing-masing 625 juta US ke Uni Eropa, 456 juta US ke ASEAN, sedangkan ke ASIA lainnnya adalah 653 juta US. Pada tahun 2003 kondisi tersebut tidak jauh berbeda dimana masing-masing nilai ekspor adalah 624 juta US ke Eropah, 457 juta Us ke ASEAN dan 655 juta US ke ASIA lainnya. Komoditi impor pada umumnya adalah bahan bakupenolong, barang konsumsi, dan barang modal. Nilai impor tahun 1990 adalah 1 259 juta US turun pada tahun 1997 menjadi sebesar 1 025 juta US, tahun 1998 turun menjadi sebear 416 juta US, lalu naik menjadi 700 juta US tahun 1999 dan naik lagi menjadi 1 362 juta US tahun 2003 BPS Sumatera Utara 2004.

4.2.3. Pembangunan Ekonomi Makro

Pengalaman sejak krisis ekonomi, tuntutan reformasi, desentralisasi ekonomi, dan sikap antisipatif terhadap perkembangan ekonomi regional, nasional dan global serta pemulihan ekonomi, Propeda Provinsi Sumatera Utara 2001-2005 menggariskan pokok-pokok agenda pembangunan makroekonomi daerah sebagai berikut; 1. Pemulihan pertumbuhan ekonomi secara bertahap menuju ketingkat pertumbuhan sebelum krisis dengan memperhatikan keseimbangan kontribusi sektoral dan penguatan struktur perekonomian Sumatera Utara yang kompetitif dan berorietasi global. 2. Membangun sektor-sektor produksi secara seimbang dengan mengupayakan keterkaitan antar sektor. Sektor industri dan pertanian harus saling mendukung menjadi sektor andalan yang mempunyai keunggulan kompetitif. Pembangunan pembangunan agroindustri hulu dan hilir yang memperkuat perkembangan sektor pertanian dan peningkatan nilai tambah produk-produk pertanian. 3. Pembangunan ekonomi yang berpihak kepada ekonomi kerakyatan, dengan tetap memperhatikan pemerataan pendapatan, kesempatan berusaha, kesempatan kerja dengan pencapaian pertumbuhan ekonomi yang memadai dan pelestarian lingkungan hidup dan sumberdaya alam terbarukan. 4. Meningkatkan produktifitas dan efisiensi sektor-sektor produksi. 5. Penyeimbangan pertumbuhan ekonomi antar wilayah antar daerah kabupatenkota, antara lain melalui kerjasama perencanaan dan kegiatan ekonomi lintas kabupatenkota. 4. Meningkatkan investasi baik PMDN maupun PMA.

BAB V. EVALUASI KINERJA FISKAL DAERAH SUMATERA UTARA

Struktur penerimaan tiap-tiap daerah Provinsi maupun KabupatenKota memiliki komponen sama yaitu 1 Bagian Sisa Lebih Anggaran Tahun Lalu, 2 Pendapatan Asli Daerah, 3 Pendapatan yang berasal dari Pemberian Pemerintah dan atau instansi lain yang lebih lebih tinggi dan 4 Pinjaman Pemerintah Daerah. Setelah desentralisasi fiskal Tahun 2001, Bagian Pendapatan yang berasal dari Pemberian Pemerintah dan atau Instansi Lain yang lebih tinggi khususnya pos Subsidi Daerah Otonom dan Pos Bantuan Pembangunan INPRES “ganti nama” menjadi DAU Dana Alokasi Umum Lihat Statistik Keuangan Daerah 2002. Pengeluaran Pemerintah Daerah dibagi atas Pengeluaran Rutin dan Pengeluaran Pembangunan. Pengeluaran Rutin mencakup 1 Belanja Pegawai, 2 Belanja Barang, 3 Belanja Pemeliharaan, 4 Perjalanan Dinas, 5 Belanja lain-lain, 6 Angsuran Pinjaman dan Bunga, 7 Pensiun dan Bantuan, 8 Ganjaran, Subsidi dan Sumbangan, 9 Pengeluaran yang Tidak Masuk Bagian Lain, dan 10 Pengeluaran Tidak Tersangka. Dalam Bagian Pengeluaran Rutin dikelompokkan menjadi empat komponen yaitu; 1. Belanja Pegawai meliputi 1, 2. Non Belanja Pegawai 2 sd 5, 3. Angsuran Hutang 6 4. Bantuan Keuangan 7 dan 8 5. Belanja “Tak Jelas” 9 dan 10. Pengeluaran Pembangunan mencakup pengeluaran untuk 21 sektor pembangunan, namun dalam bagian ini dibagi kedalam dua bidang yaitu; 1. Bidang Ekonomi sektor 1 sd 10 2. Bidang Sosial sektor 11 sd 21 Evaluasi fiskal daerah ini dalam bagian ini meliputi tiga hal, yaitu 1. perkembangan penerimaan daerah, 2. pengeluaran daerah dan 3. tingkat desentralisasi daerah. Untuk mendapatkan hasil analisis yang lebih mendalam maka masing-masing penerimaan, pengeluaran dan tingkat desentralisasi fiskal diuraikan pada tingkat provinsi dan kabupatenkota di Sumatera Utara. 5.1.Penerimaan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara Realisasi penerimaan pemerintah Sumatera Utara selama periode penelitian mengalami pertumbuhan fluktuatif, yang berkisar antara –55 pada waktu krisis ekonomi tahun 19981999 hingga 78 pada awal desentralisasi fiskal Tahun 2001. Tabel.14. Penerimaan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara pada Tahun 199091 sebesar Rp.318 milyar, naik menjadi Rp.337 milyar tahun 19911992 atau bertumbuh sebesar 6. Kemudian pada Tahun 19921993 naik lagi menjadi Rp.384 milyar atau bertumbuh sebesar 14. Pertumbuhan seperti ini terus berlangsung hingga tahun 19971998 dengan rata-rata pertumbuhan 15.2 per tahun. Namun pada saat krisis ekonomi tahun 1998 terjadi penurunan yang relatif besar dan terjadi pertumbuhan –55 pada Tahun 19981999. Pada Tahun 19992000 Penerimaan bertumbuh lagi sebesar 48. Pertumbuhan positif terus berlangsung sampai Tahun 2001 dengan rata-rata pertumbuhan 47 per tahun. Pada Tahun 2003 Penerimaan turun lagi dengan pertumbuhan –2. Tabel 14. Penerimaan Pemerintah Daerah Provinsi SUMUT 199091 – 2003 Tahun Penerimaan PAD Dana Perimbangan Nominal Ribu Rp Tumbuh Nominal Ribu Rp Tumbuh Nominal Ribu Rp Tumbuh SEBELUM DESENTRALISASI FISKAL 19901991 318658662 - 64659592 - 245868213 - 19911992 337483989 6 65384258 1 267385863 9 19921993 384077557 14 70204556 7 313284747 17 19931994 466707754 22 84768176 21 381004017 22 19941995 543559892 16 124141384 46 411345117 8 19951996 613429045 13 156859078 26 428636937 4 19961997 673819906 10 171953970 10 467245426 9 19971998 772628764 15 212842681 24 546820357 17 19981999 347839124 -55 122888667 -42 223351834 -59 19992000 515926104 48 187597434 53 247331574 11 2000 600279627 16 255078480 36 278327020 13 SESUDAH DESENTRALISASI FISKAL 2001 1066803843 78 423075216 66 392994085 41 2002 1179912701 11 614459381 45 414865085 -5 2003 1162033849 -2 621017539 1 424955435 2 Sumber: Statistik Keuangan Daerah Sumut 2004 Penerimaan Pemerintah Daerah terdiri dari beberapa komponen namun yang terbesar adalah PAD Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan. Sedangkan komponen lainnya dan kecil adalah Sisa Anggaran Tahun Lalu, Pinjaman Daerah dan Penerimaan Lain. Pendapatan Asli Daerah PAD Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 19901991 adalah Rp.64 milyar, naik menjadi Rp.65 milyar tahun 19911992 atau bertumbuh 1. Pada tahun 19921993 naik lagi menjadi Rp.70 milyar atau bertumbuh 7. Pertumbuhan positif terus berlangsung hingga tahun 19971998 dengan rata-rata pertumbuhan 25 per tahun. Pada masa krisis ekonomi tahun 1998 terjadi penurunan hingga –42 dibanding tahun sebelumnya menjadi hanya Rp.123 milyar. Sejak tahun 19992000 PAD naik lagi dengan laju pertumbuhan 53, tahun 2000 bertumbuh lagi 36 menjadi Rp.255 milyar. Pertumbuhan tertinggi PAD terjadi pada awal desentralisasi fiskal tahun 2001 sebesar 66. Pertumbuhan positif terus berlangsung hingga periode 2001-2003 dengan rata-rata pertumbuhan 22.5 per tahun. Dana Perimbangan, yang dulu dikenal dengan “Penerimaan dari Pemerintah atau Instansi yang Lebih Tinggi” mengalami fluktuasi nilai selama periode penelitian. Sejak tahun 19901991 hingga tahun 19971998 selalu meningkat dengan rata-rata pertumbuhan 12.4 per tahun. Jika pada tahun 19901991 Dana Perimbangan sebesar Rp.245 milyar, maka pada tahun 19971998 telah menjadi Rp.547 milyar. Pada tahun 19981999 turun drastis menjadi Rp.223 milyar, atau merosot –59. Pada tahun 19992000 naik kembali menjadi Rp.247 milyar atau bertumbuh 11 dari tahun 19981999. Pertumbuhan positif terus berlangsung selama periode 2000-2003 dengan rata-rata 15.3 per tahun, dengan laju pertumbuhan tertinggi pada tahun 2001 yaitu 41 Tabel 15. Menurut Tabel 15 pemerintah Provinsi Sumatera Utara cenderung semakin mandiri. Pada Tahun 19901991 Dana Perimbangan menyumbang 77 Penerimaan, lalu pada tahun 2001 sudah turun menjadi 37, naik lagi menjadi 38 tahun 2002, lalu turun lagi menjadi 37. Disisi lain kemampuan daerah untuk menggali sumber pembiayaan dari daerah sendiri semakin besar, yang ditunjukkan oleh semakin besarnya porsi PAD dalam Penerimaan. Pada tahun 19901991 PAD hanya 20 pada Penerimaan, maka pada tahun 2000 telah menjadi 42 dan naik lagi menjadi 53 pada tahun 2003. Tabel 15. Penerimaan , PAD dan Dana Perimbangan Pemerintah Provinsi SUMUT Tahun 199091 – 2003 Tahun Penerimaan Ribu Rp PAD Dana Perimbangan Nominal Ribu Rp Proporsi Nominal Ribu Rp Proporsi SEBELUM DESENTRALISASI FISKAL 19901991 318658662 64659592 20 245868213 77 19911992 337483989 65384258 19 267385863 79 19921993 384077557 70204556 18 313284747 82 19931994 466707754 84768176 18 381004017 82 19941995 543559892 124141384 23 411345117 76 19951996 613429045 156859078 26 428636937 70 19961997 673819906 171953970 26 467245426 69 19971998 772628764 212842681 28 546820357 71 19981999 347839124 122888667 35 223351834 64 19992000 515926104 187597434 36 247331574 48 2000 600279627 255078480 42 278327020 46 SESUDAH DESENTRALISASI FISKAL 2001 1066803843 423075216 40 392994085 37 2002 972236346 440591435 45 366644879 38 2003 1162033849 621017539 53 424955435 37 Sumber: Statistik Keuangan Daerah Sumut 2004 Dana perimbangan terdiri dari empat komponen yakni tiga yang relatif besar dan permanen yaitu BHP Bagi Hasil Pajak, BHSDA Bagi Hasil Sumber Daya Alam, DAU Dana Alokasi Umum dan satu yang kecil dan insidentil yaitu DAK Dana Alokasi Umum. Diantara ke-empat komponen tadi, Dana Alokasi Umum merupakan bagian terbesar, dimana tidak kurang dari 71 selama periode penelitian. Disusul oleh Bagi Hasil Pajak yang tidak kurang dari 4 dan BHSDA yang tidak kurang 2 dari Dana Perimbangan. Porsi Dana Alokasi Umum pada Dana Perimbangan cenderung menurun selama periode penelitian Tabel 16. Tabel 16. Perkembangan Dana Perimbangan Provinsi SUMUT Tahun 199091 – 2003 Tahun Dana Perimbangan Ribu Rp Komponen Dana Perimbangan BHP Ribu Rp BHSDA Ribu Rp DAU Ribu Rp SEBELUM DESENTRALISASI FISKAL 19901991 245868213 8981175 4 4631987 2 232255051 94 19911992 267385863 10308197 4 6603584 2 250474082 94 19921993 313284747 12048146 4 6559531 2 294677070 94 19931994 381004017 15773944 4 8413945 2 356816128 94 19941995 411345117 18293550 4 8689142 2 384362425 93 19951996 428636937 20160095 5 13166042 3 395310800 92 19961997 467245426 24365939 5 18025657 4 424853830 91 19971998 546820357 25541408 5 14444676 3 506834273 93 19981999 223351834 31721222 14 16236650 7 175393962 79 19992000 247331574 38578760 16 20748202 8 188004612 76 2000 278327020 37378512 13 17085135 6 223863373 80 SESUDAH DESENTRALISASI FISKAL 2001 392994085 87143046 22 27480307 7 278370732 71 2002 366644879 81333658 22 24701221 7 260610000 71 2003 424955435 99045280 23 19360155 5 301750000 71 Sumber: Statistik Keuangan Daerah Sumut 2004 Tahun 19901991 DAU merupakan 94 dari Dana perimbangan, turun menjadi 91 tahun 19951996, kemudian turun lagi menjadi 80 tahun 2000, dan 71 pada tahun 2003. Sedangkan Bagi Hasil Pajak BHP mengalami porsi yang meningkat. Pada tahun 19901991 BHP menyumbang 4 pada Dana Perimbangan, naik menjadi 5 tahun 19951996, kemudian naik lagi menjadi 13 tahun 2000, hingga mencapai 23 pada tahun 2003. Sementara BHSDA juga cenderung naik walau berfluktuasi. Pada tahun 19901991 BHSDA menyumbang 2, naik menjadi 3 tahun 19951996, kemudian naik lagi menjadi 8 tahun 19992000. Tahun 2001 turun menjadi 7, dan turun lagi menjadi 5 tahun 2003. Pendapatan Asli Daerah PAD, yang merupakan indikator kemampuan daerah untuk menggali sumber pembiayaan di wilayahnya sendiri, terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi, Laba BUMD, dan Pendapatan Asli Daerah Lainnya seperti pendapatan dari Dinas-dinas, penjualan asset daerah dan sebagainya. Pajak Daerah merupakan bagian terbesar dan menyumbang PAD lebih dari 75 selama periode penelitian. Dimana pada periode 19901991 – 2000 rata-rata sumbangan Pajak Daerah adalah 85 per tahun, sedangkan pada periode 2001- 2003 rata-rata sumbangannya adalah 93 Tabel 17. Kebalikannya dengan Retribusi, pada periode 19901991-2000 rata-rata sumbangannya terhadap PAD adalah 7.8 per tahun, sedangkan pada periode 2001-2003 adalah turun menjadi 2.7 per tahun. Perilaku serupa juga nampak pada Laba BUMD dan PAD Lainnya, dimana sumbangannya pada PAD dalam periode 19901991-2000 relatif lebih tinggi dibanding periode 2001-2003.

5.2. Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara

Kinerja Pengeluaran Pemerintah daerah Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 18. Pada periode sebelum krisis 19901991 – 19971998 adalah masa-masa pertumbuhan positif dengan rata 13.7 per tahun. Sedangkan pada periode 19981999-2003 adalah masa pertumbuhan fluktuatif dengan rata- rata 18.9 per tahun. 120 Tabel 17. PAD, Pajak Daerah, Retribusi, Laba BUMD, dan PAD_Lain Pemerintah Provinsi SUMUT Tahun 199091-2002 Tahun Pendapatan Asli Daerah PAD Total Ribu Rp Pajak Daerah Ribu Rp Retribusi Ribu Rp Laba BUMD Ribu Rp PAD- Lain Ribu Rp SEBELUM DESENTRALISASI FISKAL 19901991 64659592 57653154 89 4473520 7 1013753 2 1519165 2 19911992 65384258 55486408 85 6189913 9 2534606 4 1173331 2 19921993 70204556 60168158 86 7554952 11 1241685 2 1239761 2 19931994 84768176 71328285 84 8915059 11 1219063 1 3305769 4 19941995 124141384 106520149 86 10979158 9 1617412 1 5024665 4 19951996 156859078 129097404 82 13407492 9 2238666 1 12115516 8 19961997 171953970 148271782 86 17364368 10 3115814 2 3202006 2 19971998 212842681 163329965 77 19562179 9 4384112 2 25566425 12 19981999 122888667 103240610 84 4194848 3 5805810 5 9647399 8 19992000 187597434 164689595 88 7128126 4 4009200 2 11770513 6 2000 255078480 236257732 93 9792039 4 3826000 1 5202709 2 SESUDAH DESENTRALISASI FISKAL 2001 423075216 388017707 92 15448298 4 4627814 1 14981397 4 2002 614459381 584089881 95 7127396 1 5055190 1 18186914 3 2003 621017539 578198617 93 20169250 3 5830750 1 16818922 3 Sumber: Statistik Keuangan Daerah Sumut 2004 Pengeluaran tahun 19901991 sebesar Rp.313 milyar, naik menjadi Rp.584 milyar tahun 19951996, lalu naik lagi menjadi Rp.771 milyar tahun 19971998. Pengeluaran tahun 19981999 turun menjadi Rp.342 milyar atau merosit –55.6 disbanding tahun sebelumnya. Keadaan mulai membaik tahun 19992000 dengan pengeluaran sebesar Rp.449 milyar. Pengeluaran baru mulai pulih pada tahun 2001 dimana menjadi Rp.916 milyar atau bertumbuh sebesar 119.8 dibanding tahun 2000. Pertumbuhan terus berlajut hingga tahun 2003 sebesar 13.8 dibanding tahun sebelumnya dengan nilai Rp.1162 milyar. Pengeluaran Rutin mengalami masa-masa pertumbuhan positif pada periode 19901991 – 19971998 dengan rata-rata pertumbuhan 13.4 per tahun. Pada saat krisis ekonomi tahun 19981999 turun dengan pertumbuhan –65.1 dibanding tahun sebelumnya. Walau keadaan membaik pasca krisis, kondisi betul-betul pulih pada tahun 2001, dimana Pengeluaran Rutin Rp.625 miltar sudah melampaui jumlah sebelum krisis Rp.575 milyar. Walaupun demikian rata-rata pertumbuhan Pengeluaran Rutin sesudah krisis masih lebih tinggi 46.7 per tahun dibanding sebelum krisis yaitu 13.4 per tahun. Pengeluaran pembangunan mengalami kondisi serupa dengan pengeluaran Rutin. Periode 19901991-19971998 adalah masa pertumbuhan positif dengan rata-rata pertumbuhan 15.6 ter tahun. Sedangkan periode pasca krisis pertumbuhannya positif atau negatif, namun dengan rata-rata pertumbuhan yang lebih tinggi 30.9 per tahun dibanding periode sebelum krisis Tabel 18. 122 Tabel 18. Perkembangan Pengeluaran Total, Rutin dan Pembangunan Pemda SUMUT Tahun 199091-2003 Tahun Pengeluaran Total Pengeluaran Rutin Pengel.Pembangunan Nominal Ribu Rp Tumbuh Nominal Ribu Rp Tumbuh Nominal Ribu Rp Tumbuh SEBELUM DESENTRALISASI FISKAL 19901991 313923761 - 240406858 - 73516903 - 19911992 336880196 7.3 255560646 6.3 81319550 10.6 19921993 383137767 13.7 298954190 17.0 84183577 3.5 19931994 458581800 19.7 365068865 22.1 93512935 11.1 19941995 515626870 12.4 422108688 15.6 93518182 0.0 19951996 584008535 13.3 456900335 8.2 127108200 35.9 19961997 660854180 13.2 491515690 7.6 169338490 33.2 19971998 771030141 16.7 575982265 17.2 195047876 15.2 19981999 342560028 -55.6 200766758 -65.1 141793270 -27.3 19992000 449051978 31.1 202232118 0.7 246819860 74.1 2000 416772647 -7.2 219568931 8.6 197203716 -20.1 SESUDAH DESENTRALISASI FISKAL 2001 916215529 119.8 628284859 186.1 287930670 46.0 2002 972236346 6.1 616383733 -1.9 355852613 23.6 2003 1034321804 6.4 716468630 16.2 317853174 -10.7 Sumber: Statistik Keuangan Daerah Sumut 2004 Pengeluaran Total Pemerintah terdiri dari dua komponen yaitu Pengeluaran Rutin dan Pembangunan. Pengeluaran Rutin adalah belanja pegawai dan biaya operasional lainnya, sedangkan Pengeluaran Pembangunan adalah belanja untuk modal kerja atau peningkatan kapasitas produksi dearah. Telah dijelaskan sebelumnya, dimana rata-rata pertumbuhan Pengeluaran Rutin pasca krisis lebih tinggi 46.7 per tahun lebih tinggi dibanding sebelum krisis 13.5 walau proporsinya terhadap Pengeluaran Total meningkat Tabel 19. Tabel 19. Perkembangan Rasio Pengeluaran Rutin dan Pembangunan Pemda Provinsi SUMUT Tahun 199091-2003 Tahun Pengeluaran Total Ribu Rp Pengeluaran Rutin Peng. Pembangunan Ribu Rp Ribu Rp SEBELUM DESENTRALISASI FISKAL 19901991 313923761 240406858 76.6 73516903 23.4 19911992 336880196 255560646 75.9 81319550 24.1 19921993 383137767 298954190 78.0 84183577 22.0 19931994 458581800 365068865 79.6 93512935 20.4 19941995 515626870 422108688 81.9 93518182 18.1 19951996 584008535 456900335 78.2 127108200 21.8 19961997 660854180 491515690 74.4 169338490 25.6 19971998 771030141 575982265 74.7 195047876 25.3 19981999 342560028 200766758 58.6 141793270 41.4 19992000 449051978 202232118 45.0 246819860 55.0 2000 416772647 219568931 52.7 197203716 47.3 SESUDAH DESENTRALISASI FISKAL 2001 916215529 628284859 68.6 287930670 31.4 2002 972236346 616383733 63.4 355852613 36.6 2003 1034321804 716468630 69.3 317853174 30.7 Sumber: Statistik Keuangan Daerah Sumut 2004 Fenomena ini terjadi karena pada awal krisis ekonomi 1998 bersamaan dengan dimulainya proses pemindahan pegawai pusat menjadi pegawai otonomi yang tentu saja diikuti dengan meningkatnya belanja pegawai serta meningkatnya biaya tak terduga. Pada tahun 19901991 Pengeluaran Rutin merupakan 76.6 dari Pengeluaran Total, turun menjadi 74.4 tahun 19961997, kemudian turun lagi menjadi 69.3 tahun 2003. Rata-rata proporsinya terhadap Pengeluaran total pada periode sebelum krisis adalah 77.4 per tahun, sedangkan pasca krisis adalah 59.8 per tahun. Keadaan sebaliknya dengan Pengeluaran Pembangunan. Proporsinya terhadap Pengeluaran Total justru meningkat. Pada tahun 19901991 proporsinya adalah 23.4 ,naik menjadi 25.6 tahun 19961997, naik lagi menjadi 30.87 tahun 2003. Rata-rata proporsinya sebelum krisis 19901991-19971998 adalah 22.5 per tahun dan 34.8 per tahun sesudah krisis. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, Pengeluaran Rutin terdiri dari beberapa bagian yaitu 1 Belanja Pegawai, 2 Non Belanja Pegawai, 3 Angsuran Hutang dan Cicilan 4 Bantuan keuangan dan 5 Belanja “Tak Jelas”. Belanja Pegawai merupakan bagian terbesar, disussul oleh Non Belanja Pegawai, Bantuan Keuangan , Belanja “Tak Jelas” dan Angsuran Hutang. Belanja Pegawai tahun 19901991 sebesar Rp.194 milyar atau 80.9 dari Pengeluaran Rutin, naik menjadi Rp.347 milyar tahun 19951996 atau 76, naik lagi mejadi Rp.432 milyar namun rasionya terhadap Pengeluaran Rutin menurun menjadi 75.1. Penurunan rasio ini terus terjadi hingga tahun 2003, 125 Tabel 20. Belanja Pegawai, Non Belanja Pegawai, Angsuran Hutang, Bantuan Keuangan dan Belanja Tak Jelas Pemda Provinsi SUMUT Tahun 199091-2003 Tahun Pengeluaran Rutin Ribu Rp Belanja Pegawai Non Belanja Pegawai Angsuran Hutang Bantuan Keuangan Belanja Tak Jelas Ribu Rp Ribu Rp Ribu Rp Ribu Rp Ribu Rp SEBELUM DESENTRALISASI FISKAL 19901991 240406858 194218485 80.79 3716322 15.65 45667 0.02 4738916 1.97 3787468 1.58 19911992 255560646 207696410 81.27 41459270 16.22 44333 0.02 2051075 0.80 4309558 1.69 19921993 298954190 249453195 83.44 44745369 14.97 43000 0.01 545004 0.18 4167622 1.39 19931994 365068865 308173933 84.42 52260595 14.32 41667 0.01 405488 0.11 4187182 1.15 19941995 422108688 340239704 80.60 59554220 14.11 40333 0.01 17529711 4.15 4744720 1.12 19951996 456900335 347885196 76.14 78285890 17.13 2107908 0.46 21342311 4.67 7279030 1.59 19961997 491515690 368434138 74.96 88175257 17.94 37667 0.01 23585724 4.80 11282904 2.30 19971998 575982265 432995910 75.18 99133964 17.21 5907407 1.03 24468823 4.25 13476161 2.34 19981999 200766758 96226407 47.93 88770008 44.22 0.00 0.00 3925741 1.96 11844602 5.90 19992000 202232118 64086401 31.69 108683787 53.74 4281222 2.12 6145024 3.04 19035684 9.41 2000 219568931 62726370 28.57 134051487 61.05 1667798 0.76 4665368 2.12 16457908 7.50 SESUDAH DESENTRALISASI FISKAL 2001 628284859 267704478 42.61 204345504 32.52 27111116 4.32 99867000 15.90 29256761 4.66 2002 703430337 234556224 33.34 182805407 25.99 44872502 6.38 117832763 16.75 17375392 2.47 2003 517237896 275963687 53.35 206870122 40.00 13594591 2.63 0.00 0.00 20809496 4.02 Sumber : Statistik Keuangan Daerah Sumut 2004 dimana Belanja pegawai hanya Rp.275 milyar atau 53.3 Tabel 20. Sebaliknya dengan Non Belanja Pegawai, secara absolut dan relatif terhadap Pengeluaran Rutin meningkat selama periode penelitian. Pada tahun 19901991 Non Belanja Pegawai sebesar Rp.37 milyar atau 15.65, naik menjadi Rp.78 milyar atau 17.13 tahun 19951996, dan naik lagi menjadi Rp.206 milyar atau 40 tahun 2003. Kecederungan seperti ini juga terjadi pada Angsuran Hutang, Bantuan Keuangan dan Belanja “Tak Jelas”. Seperti dijelaskan sebelumnya, Pengeluaran Pembangunan dapat dibagi menjadi dua bidang yaitu bidang ekonomi dan sosial. Pembangunan Bidang ekonomi cenderung meningkat secara absolut maupun relatif terhadap. Pengeluaran Pembangunan. Pada tahun 19901991 Pengeluaran Pembangunan dibidang ekonomi adalah Rp.45 milyar, atau 62.0 dari Pengeluaran pembangunan, naik menjadi Rp.71 milyar tahun 19951996 atau menjadi 55.9 persen . Pada tahun 2000 naik lagi menjadi Rp.116 milyar atau 59.2 dari Pengeluaran Pembangunan. Pengeluaran Pembangunan dibidang ekonomi terus meningkat hingga Rp.562 milyar tahun 2003 atau 87.3 dari Pengeluaran Pembangunan Tabel 21. Sebaliknya dengan kinerja Pengeluaran Pembangunan dibidang sosial yang cenderung fluktuatif secara absolut maupun relatif. Pada tahun 19901991 Pengeluaran pembangunan dibidang sosial adlah Rp.27 milyar atau 38 dari Pengeluaran Pembangunan , naik menjadi Rp.56 milyar atau 44 tahun 19951996. Pada tahun 19971998 naik menjadi Rp.98 milyar atau 50.7, lalu tahun 2000 turun menjadi Rp.80 milyar atau 40.8, kemudian turun lagi menajdi Rp.61 milyar atau 17.3 tahun 2002. Dengan kata lain, rata-rata rasio pembangunan bidang sosial terhadap pengeluaran pembangunan periode 19901991-19971998 adalah 44.2 per tahun, sedangkan pasca krisis adalah turun menjadi 28.3 per tahun. Tabel 21. Perkembangan Pengeluaran Pembangunan, Bidang Ekonomi dan Sosial Pemda Provinsi SUMUT Tahun 199091-2003 Tahun Pengeluaran Pembangunan Total Ribu Rp Bidang Ekonomi Ribu Rp Bidang Sosial Ribu Rp SEBELUM DESENTRALISASI FISKAL 19901991 73516903 45592412 62.0 27924491 38.0 19911992 81319550 45406678 55.8 35912872 44.2 19921993 84183577 44733479 53.1 39450098 46.9 19931994 93512935 56036025 59.9 37476910 40.1 19941995 93518182 58526857 62.6 34991325 37.4 19951996 127108200 71002123 55.9 56106077 44.1 19961997 169338490 80532636 47.6 88805854 52.4 19971998 195047876 96104645 49.3 98943231 50.7 19981999 141793270 87297105 61.6 54496165 38.4 19992000 246819860 180382806 73.1 66437054 26.9 2000 197203716 116777659 59.2 80426057 40.8 SESUDAH DESENTRALISASI FISKAL 2001 287930670 168139709 58.4 119790961 41.6 2002 355852613 294376636 82.7 61475977 17.3 2003 644795953 562938002 87.3 81857951 12.7 Sumber : Statistik Keuangan Daerah Sumut 2004. 5.3.Penerimaan Pemerintah Daerah KabupatenKota Perkembangan kinerja Penerimaan Daerah KabupatenKota dapat dilihat pada Tabel 22. Penerimaan mengalami peningkatan selama periode penelitian. Pada tahun 19901991 Penerimaan sebesar Rp.269 milyar, naik menjadi Rp.328 milyar atau bertumbuh 22 tahun 19911992, lalu naik menjadi Rp.568 milya tahun 19951996 atau bertumbuh 24 dibandingkan dengan tahun 19941995. Tabel 22. Penerimaan Pemerintah Daerah KabupatenKota se SUMUT Tahun 199091-2003 Tahun Penerimaan PAD Dana Perimbangan Nominal Ribu Rp Tum- buh Nominal Ribu Rp Tum- buh Nominal Ribu Rp Tum- buh SEBELUM DESENTRALISASI FISKAL 19901991 269675797 - 40525313 - 220057235 - 19911992 328626150 22 45264409 12 260100387 18 19921993 363015668 10 54446459 20 291728961 12 19931994 429479332 18 59438835 9 346638464 19 19941995 456639343 6 73970659 24 362513099 5 19951996 568294045 24 90181552 22 449344265 24 19961997 669576555 18 106263739 18 547013216 22 19971998 850240472 27 115822466 9 705072251 29 19981999 1343121326 58 102897500 -11 1212832076 72 19992000 1747842719 30 125367792 22 1539189007 27 2000 1754742849 124223357 -1 1524263093 -1 SESUDAH DESENTRALISASI FISKAL 2001 4179839693 138 221182644 78 3514717918 131 2002 4923649106 18 296923216 34 4123758372 17 2003 6128275604 24 456574133 54 5138827481 25 Sumber: Statistik Keuangan Daerah Sumut 2004 Pada tahun 2001 terjadi peningkatan Penerimaan yang relatif besar, yaitu menjadi Rp.4179 milyar atau bertumbuh 138 dibandingkan tahun 2000. Peningkatan terus berlangsung hingga mencapai Rp.6128 milyar tahun 2003. Rata-rata pertumbuhan penerimaan pemerintah kabupatenkota pada periode sebelum krisis ekonomi 19901991-19971998 adalah 17.8 per tahun, dan 42 per tahun pada periode sesudah krisis. Pendapatan Asli Daerah tahun 19901991 sebesar Rp.40 milyar, naik menjadi Rp.45 milyar atau bertumbuh 12 tahun 19911992. Pada tahun 19951996 naik menjadi Rp.90 milyar atau bertumbuh 22 dibandingkan tahun 19941995. Jumlah ini terus meningkat hingga tahun 19971998 menjadi Rp.115 milyar, lalu merosot –11 pada saat krisis menjadi Rp.102 milyar. Pasca krisis keadaan terus membaik hingga mencapai angka tertinggi tahun 2003 sebesar Rp.456 milyar, atau tumbuh 54 dibandingkan tahun 2002. Pendapatan Asli Daerah PAD mengalami trend pertumbuhan positif selama periode penelitian. Pada periode sebelum krisis rata-rata pertumbuhannya adalah 16 per tahun, sedangkan pada masa pasca krisis adalah 37.4 per tahun. Walaupun PAD cenderung meningkat atau bertumbuh selama periode penelitian, namun secara relatif terhadap Penerimaan adalah menurun. Rata-rata rasionya terhadap penerimaan sebelum krisis adalah 15 per tahun, dan sesudah krisis ekonomi turun menjadi rata-rata 6.4 per tahun. Artinya peranan sumber pendapatan dari daerah sendiri mengalami penurunan. Dana Perimbangan memiliki kinerja pertumbuhan yang serupa dengan PAD. Dimana rata-rata pertumbuhan sebelum krisis ekonomi 18 per tahun lebih rendah dibandingkan dengan sesudah krisis ekonomi 39.8 per tahun. Sumbangan atau peranan Dana Perimbangan dalam Penerimaan Pemerintah KabupatenKota meningkat, dan justru tertinggi pada saat krisis ekonomi tahun 19981999 yakni 90 dari Penerimaan. Rata-rata sumbangan Dana perimbangan sebelum krisis ekonomi adalah 80.6 per tahun, meningkat menjadi 85.4 per tahun pada periode sesudak krisis ekonomi Tabel 23. Artinya selama periode penelitian peran pemerintah pusat semakin besar dalam membiayai pelayan publik dan pemerintahan di Kabupaten Kota se Sumatera Utara. Tabel 23. Penerimaan, PAD dan Dana Perimbangan Pemda KabupatenKota Se SUMUT Tahun 199091-2003 Tahun Penerimaan Ribu Rp PAD Dana Perimabangan Ribu Rp Ribu Rp SEBELUM DESENTRALISASI FISKAL 19901991 269675797 40525313 15 220057235 82 19911992 328626150 45264409 14 260100387 79 19921993 363015668 54446459 15 291728961 80 19931994 429479332 59438835 14 346638464 81 19941995 456639343 73970659 16 362513099 79 19951996 568294045 90181552 16 449344265 79 19961997 669576555 106263739 16 547013216 82 19971998 850240472 115822466 14 705072251 83 19981999 1343121326 102897500 8 1212832076 90 19992000 1747842719 125367792 7 1539189007 88 2000 1754742849 124223357 7 1524263093 87 SESUDAH DESENTRALISASI FISKAL 2001 4179839693 221182644 5 3514717918 84 2002 4923649106 296923216 6 4123758372 84 2003 6128275604 456574133 7 5138827481 84 Sumber: Statistik Keuangan Daerah Sumut 2004 Sumber-sumber PAD empat komponen yaitu 1 Pajak Daerah, 2 Retribusi , 3 Laba BUMD dan 4 PAD Lainnya. Sebelum krisis ekonomi sumbangan terbesar masing-masing adalah Retribusi, Pajak daerah, PAD Lainya dan Laba BUMD Tabel 24. Sedangkan sesudah krisis ekonomi sumbangan terbesar adalah Pajak Daerah, disusul oleh Retribusi, lalu PAD Lainnya dan Laba BUMD. Pada periode sebelum krisis ekonomi, sumbangannya masing-masing 131 Tabel 24. PAD, Pajak Daerah, Retribusi, Laba BUMD, dan PADLain Pemda KabupatenKota se SUMUT Tahun 199091-2003 Tahun Pendapatan Asli Daerah PAD Total Ribu Rp Pajak Daerah Ribu Rp Retribusi Ribu Rp Laba BUMD Ribu Rp PADLain Ribu Rp SEBELUM DESENTRALISASI FISKAL 19901991 40525313 15479240 38.2 18132816 44.7 816897 2.0 6096360 15.0 19911992 45264409 16018018 35.4 20733598 45.8 620699 1.4 7892094 17.4 19921993 54446459 21117794 38.8 24438543 44.9 708530 1.3 8181592 15.0 19931994 59438835 24115515 40.6 26233703 44.1 780534 1.3 8309083 14.0 19941995 73970659 29798149 40.3 33873330 45.8 1511689 2.0 8787491 11.9 19951996 90181552 40142224 44.5 39164742 43.4 2009395 2.2 8865191 9.8 19961997 106263739 47900253 45.1 43716495 41.1 2784759 2.6 11862232 11.2 19971998 115822466 56315371 48.6 45032985 38.9 3873501 3.3 10600609 9.2 19981999 102897500 54230017 52.7 30251011 29.4 4440978 4.3 13975494 13.6 19992000 125367792 73437446 58.6 43931261 35.0 638346 0.5 7360739 5.9 2000 124223357 71358130 57.4 44513726 35.8 262271 0.2 8089230 6.5 SESUDAH DESENTRALISASI FISKAL 2001 221182644 123000086 55.6 69760970 31.5 721997 0.3 27699591 12.5 2002 296923216 143651293 48.4 118449469 39.9 954126 0.3 33868328 11.4 2003 456574133 217618528 47.7 185639123 40.7 2326041 0.5 50990441 11.2 Sumber: Statistik Keuangan Daerah Sumut 2004 adalah rata-rata 43.6 per tahun untuk Retribusi, 41.4 untuk Pajak daerah, 13 untuk PAD Lainnya dan 2 per tahun untuk Laba BUMD. Sedangkan pada masa pasca krisis ekonomi rata-rata sumbangannya menjadi 53.5 per tahun untuk Pajak Daerah, 36.6 untuk Retribusi, 9.5 untuk PAD Lainnya dan 0.36 per tahun untuk Laba BUMD. Dana yang merupakan transfer dari pemerintah pusat terdiri dari tiga konponen utama yang tetap Bagi Hasil Pajak, Bagi hasil Sumber Daya Alam, Dana Alokasi Umum dan satu komponen yang nilainya kecil dan bersifat temporer yaitu DAK Dana Alokasi Khusus . Bagi Hasil Pajak secara absolut terus meningkat dari Rp.35 milyar tahun 19901991, tidak terkecuali pada saat krisis ekonomi meningkat menjadi Rp.162 milyar, mneingkat terus hingga Rp.694 milyar tahun 2003. Pada tahun 19901991 sumbangan BHP terhadap Dana Perimbangan adalah 16, naik menjadi 24 tahun 19951996, kemudian turun menjadi 14 tahun 2003. Tabel 25. Rata-rata sumbangan BHP selama periode sebelum krisis 19901991- 19971998 adalah 19.6 per tahun,sedangkan pada masa pasca krisis adalah 12.4 per tahun. Sumbangan Bagi hasil Sumber daya Alam BHSDA relatif kecil dan tidak berbeda selama periode penelitian, yakni rata-rata 1.6 per tahun sebelum krisis ekonomi, dan 1.0 pasca krisis ekonomi. Dana Alokasi Umum yang merupakan komponen terbesar tidak kurang dari 73 per tahun memainkan peran yang semakin meningkat. Rata-rata sumbangannya terhadap dana perimbangan pada masa sebelum krisis ekonomi adalah 78.8 per tahun, dan 85.4 per tahun pada periode pasca krisis ekonomi. Tabel 25. Perkembangan Komponen Dana Perimbangan Pemda KabupatenKota Se SUMUT Tahun 199091-2003 Tahun Komponen Dana Perimbangan BHP ribu rupiah BHSDA ribu rupiah DAU ribu rupiah 19901991 35433184 16 1586897 1 183037154 83 19911992 39076780 15 6759921 3 214263686 82 19921993 48502224 17 5223651 2 238003086 82 19931994 59466861 17 3356290 1 283815313 82 19941995 90617433 25 4593003 1 267302663 74 19951996 107803139 24 7968190 2 333572936 74 19961997 124972962 23 10447081 2 411593173 75 19971998 142849691 20 9340555 1 552882005 78 19981999 162153751 13 10781552 1 1039896773 86 19992000 196419812 13 12931008 1 1329838187 86 2000 203851314 13 10357425 1 1310054354 86 2001 417145214 12 46966898 1 2970324918 85 2002 415365011 10 40229057 1 3591940305 87 2003 694391983 14 51196468 1 4269962024 83 Sumber: Statistik Keuangan Daerah Sumut 2004

5.4. Pengeluaran Pemerintah Daerah KabupatenKota Sumatera Utara