2. Distribusi , yaitu mendistribusikan kembali faktor-faktor produksi dan
hasilnya, dan 3.
Stabilisasi, yaitu menjamin stabilitas ekonomi dan politik
2.6.1. Peran Alokasi
Peran alokasi, yaitu pemerintah mengambil peran dalam mengalokasikan sumber-sumber ekonomi. Pemerintah melalui kebijakan-kebijakan ekonominya
dapat mengarahkan arah alokasi sumber ekonomi, dengan kata lain pemerintah dapat menciptakan insentif maupun disinsentif agar kegiatan ekonomi sesuai
dengan keinginan pemerintah. Khusus untuk sektor barang publik, yang manfaatnya dapat dirasakan oleh semua orang tanpa membayar, sehingga tidak
diminati oleh swasta , maka pemerintah masuk sebagai investor. Peranan pemerintah dibidang alokasi sumberdaya ekonomi adalah agar alokasinya
dilakukan secara efisien.
2.6.2. Peran distribusi
Peran distribusi, yaitu mendistribusikan kembali faktor produksi dan hasilnya. Distribusi pendapatan tergantung pada pemilikan faktor-faktor
produksi, sistem warisan dan kemampuan memperoleh pendapatan. Distribusi yang ditimbulkan oleh pasar sering dianggab tidak adil oleh masyarakat.
Pemerintah melalui kebijakan fiskal dan moneter dapat merubah distribusi pendapatan sesuai dengan keinginan masyarakat. Merubah distribusi dapat
dilakukan secara langsung maupun tak langsung . Secara langsung melalui pajak progressif, yaitu melalui pengenaan pajak yang lebih besar pada kelompok
pendapatan yang lebih besar, dan lebih ringan bagi orang miskin, disertai subsidi bagi orang miskin. Secara tidak langsung melalui kebijakan fiskal, yaitu dengan
menggunakan instrumen penerimaan dan pengeluaran pemerintah melalui APBNAPBD seperti perumahan murah untuk kelompok pendapatan tertentu,
subsidi pupuk untuk petani. Dengan demikian pemerintah dapat melakukan ditribusi pendapatan melalui kebijakan fiskal, yaitu mendayagunakan instrument
APBN dalam tingkat nasional, atau APBD dalam tingkat daerah.
2.6.3. Peran stabilisasi
Peran stabilisasi, yaitu menjamin stabilitas ekonomi dan politik. Gangguan pada satu sektor akan mempengaruhi sektor lain, yang bermuara pada
terciptanya pengangguran dan gangguan stabilitas ekonomi. Untuk mengatasi hal ini gangguan stabilitas ekonomi ialah dengan intervensi pemerintah melalui
kebijakan fiskal dan moneter. Dalam implementasinya ketiga peranan pemerintah tadi, sulit dijalankan
secara bersamaan, namun juga jarang dilakukan secara sendiri-sendiri. Seringkali terjadi trade off antara satu tujuan dengan tujuan yang lain. Peran stabilisasi bisa
trade off dengan distribusi, selanjutnya peran alokasi trade off dengan stabilisasi.
Untuk menghindari trade off yang relatif besar, kebijakan yang diambil sering bersifat kebijakan terpadu mix policy.
Sekalipun ketiga fungsi pemerintah secara teoritis dapat dipisahkan, tetapi dalam implementasi tidak dapat dipisahkan. Implikasinya, sebuah kebijakan
mesti melalui pertimbangan yang komprehensif dari berbagai bidang.
Dalam menjalankan fungsinya pemerintah memerlukan cara untuk mencapainya. Cara tersebut dikenal dengan nama kebijakan policy. Menurut
Hall dan Taylor 1993, kebijakan itu dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu 1 Kebijakan Fiskal fiscal policy dan 2 Kebijakan Moneter monetary policy.
Blancard 1997 mengelompokkan kebijakan tadi menjadi empat yaitu 1 Kebijakan Fiskal fiscal policy , 2 Kebijakan Moneter monetary policy , 3
Kebijakan Pendapatan income policy dan 4 Kebijakan Perdagangan Luar Negeri internasional trade policy.
Kebijakan fiskal didefinisikan oleh Stevenson dan Mustacelli 1988 sebagai suatu pengaturan manipulation pengeluaran pemerintah dan perpajakan
dengan tujuan untuk mempengaruhi permintaan agregat aggregate demand. Sedangkan kebijakan moneter adalah pengaturan suku bunga dan jumlah uang
beredar untuk mempengaruhi permintaan agregat. Melihat substansinya, maka Desentralisasi fiskal merupakan instrumen
kebijakan fiskal yang dilakukan pemerintah untuk memainkan peran pemerintah dalam perekonomian.
2.6.4. Kebijakan Fiskal dalam Pembangunan Ekonomi