1991 menjadi 40 dari rata-rata penerimaan dalam negeri selama tiga tahun
setelah Local Government Code 1991 4. Distribusi cukup merata antar daerah semenjak penerapan Local Government
Code 1991
2.7.2. Indonesia
Studi desentralisasi fiskal di Indonesia telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Beberapa diantaranya Nanga 2006; Usman 2006; Sumedi 2005 dan
Wuryanto 1996 melakukan studi dengan ruang lingkup Indonesia. Sedangkan beberapa lainnya Saefudin 2005; Sumedi 2005; Pakasi 2005; Sinaga dan Siregar
2005 dan Pardede 2004 melakukan studi dengan ruang lingkup kabupatenkota dalam provinsi. Studi-studi tersebut memiliki persamaan maupun perbedaan
pada beberapa aspek yang akan dibahas berikut ini. Bahasan dibatasi pada aspek metodologi dan tujuan penelitian , ruang lingkup, dan hasil penelitian.
2.7.1.1. Metodologi dan Tujuan Penelitian
Dari delapan studi yang disebutkan sebelumnya, enam studi Nanga 2006; Usman 2006; Sumedi 2006; Saefudin 2005; Pakasi 2005 dan Sinaga dan Siregar
2005 menggunakan model dinamik yaitu pendekatan ekonometrika dengan sistem persamaan simultan , sedangkan dua lainnya Pardede 2004 dan Wuryanto
1996 menggunakan model statik yaitu masing-masing menggunakan model Input-Output dan CGE computable general equlibrium. Model dinamik yang
digunakan dapat mengevaluasi dampak dan kecenderungan desentralisasi fiskal secara dinamis dari waktu ke waktu “analisis gambar hidup” di lokasi penelitian
namun kurang menggambarkan keterkaitan antara sektor , sedangkan model statik dapat menjelaskan keterkaitan antara sektor secara lebih baik, namun hanya
menganalisis pada satu titik kejadian “analisis potret” namun tidak dapat menjelaskan kecenderungan desentralisasi fiskal ke depan.
Nanga 2006 dalam studinya yang menggunakan model ekonometrika terdiri dari enam blok Blok Fiskal Daerah, Blok Output, Blok Tenaga Kerja,
Blok Pengeluaran Per Kapita Rumah Tangga, Blok Distribusi Pendpatan dan Blok Kemiskinan. Antar blok memiliki keterkaitan menjadi sebuah sistem persamaan
simultan dengan 20 persamaan struktural dan 8 persamaan indentitas. Dengan Model tersebut Nanga 2006 bertujuan menganalisis dampak transfer fiskal
terhadap aspek-aspek fiskal maupun kinerja perekonomian, namun lebih fokus terhadap distribusi pendapatan dan kemiskinan di Indonesia. Untuk melihat
distribusi pendapatan pedesaan dan kota Nanga 2006 menggunakan alat ukur Gini Indeks, sedangkan untuk menganalisis tingkat kemiskinan pedesaan dan
kota menggunakan Indeks Kemiskinan. Usman 2006 dengan menggunakan model Ekonomtrika yang terdiri dari
Empat Blok Blok Fiskal-Penerimaan Daerah, Blok Fiskal Pengeluaran Daerah, Blok Permintaan Agregat dan Blok Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan.
Keempat Blok terkait satu sama lain dan membentuk sebuah sistem persamaan simultan dengan 17 persamaan strukturan dan 8 persamaan identitas. Serupa
dengan Nanga 2006, tujuan utama studi Usman 2006 adalah juga ingin melihat dampak desentralisasi fiskal terhadap kinerja fiskal dan ekonomi namun lebih
fokus pada distribusi pendapatan dan tingkat kemiskinan di Indonesia. Alat ukur
yang digunakan oleh Usman 2006 untuk menganalisis distribusi pendapatan dan kemiskinan sama dengan Nanga 2006, yaitu Indeks Gini dan Indeks
Kemiskinan. Perbedaan kedua-duanya lebih pada spesifikasi masing-masing model.
Sumedi 2005 serupa dengan Nanga 2006 dan Usman 2006 juga menggunakan pendekatan ekonometrika. Modelnya terdiri dari dua bagian yaitu
Model Tingkat Daerah Jawa Barat dan Model Tingkat Nasional. Model Jawa Barat terdiri dari empat blok Blok Penerimaan Daerah, Blok Pengeluaran Daerah,
Blok Fiskal gap, dan Blok Kinerja Perekonomian Dan Pertanian Daerah. Model Nasional terdiri dari lima blok Blok Penerimaan Daerah, Blok Pengeluaran
Daerah, Blok Fiskal gap, Blok Kinerja Perekonomian Dan Pertanian Daerah, Dan Blok Permintaan Agregat. Masing-masing model berdiri sendiri, namun antara
blok dalam masing-masing model memiliki keterkatitan satu sama lain membentuk sistem persamaan simultan. Tujuan utama studi Sumedi 2005
adalah untuk mengevaluasi dampak desentralisasi fiskal terhadap kesenjangan antara daerah dan kinerja perekonomian daerah nasional dan daerah. Berbeda
dengan Nanga 2006 dan Usman 2006, alat ukur kesenjangan distribusi yang digunakan oleh Sumedi adalah Indeks Williamson. Sedangkan untuk
mengevaluasi dampak terhadap kinerja perekonomian menggunakan analisis simulasi , sebagaimana dilakukan dua studi terdahulu.
Saefudin 2005 menggunakan model ekonometrika dan model kualitatif . Model ekonometrika terdiri dari tiga blok Blok Penerimaan Fiskal Daerah, Blok
Pengeluaran Fiskal Daerah Dan Blok Makroekonomi Daerah. Antar blok dalam
model ekonometrika memiliki keterkaitan satu sama lain dalam sebuah sistem persamaan simultan dengan 18 persamaan struktural dan 11 persamaan identitas.
Model ini bertujuan untuk mengevaluasi dampak desentralisasi fiskal terhadap kinerja perekonomian di Provinsi Riau. Sedangkan Model kualitatif
menggunakan sistem kuesioner bertujuan untuk mengevaluasi dampak serupa terhadap sistem kelembagaan di daerah yang sama. Selain karena mengevaluasi
dampak terhadap variabel kualitatif kelembagaan, perbedaan model ”Saefudin’ 2005 dengan tiga terdahulu adalah lebih pada perbedaan spesifikasi model
sebagai akibat adanya fenomena yang berbeda antara daerah penelitiannya Provinsi Riau dengan Indonesia maupun Jawa Barat.
Pakasi 2005 mengevaluasi dampak desentralisasi fiskal terhadap perekonomian kabupaten dan kota di Provinsi Sulawesi Utara. Bangunan
modelnya serupa dengan studi-studi yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu menggunakan model ekonometrika. Model terdiri empat blok yaitu Blok Fiskal
Daerah, Blok Permintaan Agregat, Blok Produksi Dan Tenaga Kerja Daerah Dan Blok Kinerja Perekonomian Daerah. Seluruh blok membentuk sistem persamaan
simultan yang teridiri dari 39 persamaan meliputi 23 persamaan perilaku dan 16 persamaan identitas. Perbedaan model yang dibangun oleh Pakasi 2005 dengan
Nanga 2006, Usman 2006 Saefudin 2005 dan Sumedi 2005, selain mengevaluasi variabel ekonomi makro, juga mengevaluasi dampak kebijakan
desentralisasi fiskal hingga pada level sektoral sektor pertanian, sektor industri, sektor pariwisata, dan sektor jasa dan komoditi tertentu. Dengan kata lain model
yang dibangun Pakasi 2005 relatif lebih lengkap dibandingkan dengan yang
disebut terdahulu. Namun model tadi relatif ”berlebih” jika hanya untuk menjawab tujuan penelitiannya.
Sinaga dan Siregar 2005, melakukan studi Desentralisasi Fiskal di Kabupaten dan Kota Provinsi Sulawesi Selatan . Menggunakan pool data 23
Kabupaten dan Kota tahun 1994 – 2002 dan model ekonometrika yang terdiri dari tiga blok Blok Penerimaan Fiskal Daerah, Blok Pengeluaran Fiskal Daerah Dan
Blok Perekonomian Daerah membentuk suatu sistem persamaan simultan dengan 22 persamaan perilaku dan 15 persamaan identitas. Blok Penerimaan
Fiskal meliputi agregat, sedangkan Blok Pengeluaran Fiskal didisagregasi hingga lingkup sektoral pertanian, non pertanian, infrastruktur, sosial, umum. Pada
Blok Kinerja Perekonomian dilakukan analisis hingga lingkup agregat dan juga sektoral. Dengan demikian model yang dibangun oleh Sinaga dan Siregar ini
relatif lengkap dibandingkan Nanga 2006, Usman 2006, Sumedi 2005 dan Saefudin 2005 sehingga mampu mengevaluasi dampak desentralisasi fiskal
terhadap kinerja fiskal dan makroekonomi daerah secara lebih detail. Pardede 2004, juga melakukan studi Dampak Desentralisasi Fiskal
Terhadap Pembangunan Ekonomi Propinsi Sumatera Utara. Dengan pendekatan Input-Output studi tersebut meliputi evluasi dampak pengeluaran pembangunan,
pengeluaran rutin, dekonsentrasi dan investasi swasta terhadap Output, pendapatan dan kesempatan kerja. Penelitian hanya melihat dampak
desentralisasi fiskal tahun 2001. Wuryanto 1996 dengan ruang lingkup nasional menggunakan metoda
CGE computable general equlibrium dan pendekatan kualitatif . Metoda CGE
untuk menganalisis dampak pengeluaran pemerintah terhadap pembangunan ekonomi nasional, sedangkan metoda kualitatif untuk tujuan lain seperti melihat
perbedaan dampak anggaran sektoral dan INPRES terhadap kinerja ekonomi pendapatan, distribusi. Tujuan utama studi adalah untuk mengkaji 1
bagaimana sistem fiskal yang lebih desentralis mempengaruhi kinerja perekonomian, 2 dampak dari beberapa skenario fiskal, khususnya dampak dari
program INPRES terhadap kinerja perekonomian nasional dan regional.
2.7.1.2. Ruang lingkup penelitian