2. Mendorong Investasi Optimal Secara Sosial. Kebijakan fiskal harus
mendorong arus investasi ke jalur-jalur yang diinginkan oleh masyarakat. Ini berkaitan dengan pola optimum investasi dan menjadi tanggung jawab negara
untuk mendorong investasi pada overhead sosial dan ekonomi seperti transportasi, konservasi lahan, pendidikan, kesehatan masyarakat dan fasilitas
latihan teknik. Investasi semacam yang memerlukan modal besar, hanya dimungkinkan dari sektor pemerintah, karena sektor swasta yang miskin
modal, serta tingkat pengembalian investasi yang cukup panjang.
2.7. Studi-Studi Desentralisasi Fiskal
2.7.1. Mancanegara
Desentralisasi Fiskal yang telah menjadi trend diberbagai belahan dunia dalam beberapa tahun terakhir telah diterapkan dibanyak negara, jauh sebelum di
implementasikan di Indonesia. Dalam kesempatan ini, dibahas beberapa negara yaitu China, India dan Filipina. China terpilih karena merupakan salah satu
contoh yang berhasil khususnya dalam pertumbuhan ekonomi menerapkan desentralisasi fiskal dengan pendekatan top down. India sebagai suatu negara
besar yang bhinneka dengan pendekatan bottom up juga berhasil mengatasi masalah ekonomi dan sosial khususnya pemerataan dan isu separatisme.
Filipina sebagai sesama negara ASEAN telah lebih berpengalaman dalam implemetasi desentralisasi sejak tahun 1993. Ketiga negara tersebut dengan
kebhinnekaan wilayah dan budaya yang kurang lebih serupa dengan Indonesia tentu menarik untuk dianalisis.
Menurut Lin and Liu 2000, sejak dimulainya reformasi ekonomi di Cina, rasio penerimaan pajak terhadap PDB merosot. Namun demikian kinerja
perekonomian Cina sejak 1978 hingga awal abad ke -21 ini sangat mengesankan. Bahkan saat krisis ekonomi melanda kawasan Asia mulai akhir tahun 1997,
pertumbuhan ekonomi Cina tetap seputar 7-9 pertahun. Namun pada periode yang sama, persoalan ketimpangan antar daerah provinsi menjadi sangat serius.
Beberapa studi menunjukkan bahwa desain transfer dari pusat ke daerah belum dapat mengatasi persoalan ketimpangan ini, walau memang dimaksudkan untuk
itu. Di Cina, sumber-sumber pendapatan yang diserahkan kepada daerah sudah
cukup besar, dan jika dibandingkan dengan kewajiban belanja yang diembannya jumlah tersebut relatif seimbang. Artinya rasio kewajiban belanja daerah
dibanding total kewajiban negara pusat dan daerah adalah seimbang dengan rasio pendapatan yang menjadi bagian daerah dibanding total pendapatan negara.
Itulah sebabnya ketimpangan di Cina lebih pada ketimpangan horizontal dibanding ketimpangan vertikal.
Seperti dikemukakan sebelumnya, China sebagai negara yang mengadopsi desentralisasi fiskal secara berhasil, merupakan ladang studi desentralisasi fiksal
oleh beberapa pakar, diantaranya Lin dan Liu 2000. Menurut Lin dan Liu 2000 selama tahun 1980-an sistem fiskal di China mengalami perubahan
penting, yaitu berubah dari sistem tunggal unitary system, dimana pemerintah pusat secara absolut mengendalikan pengumpulan penerimaan revenue dan
pengaturan anggaran belanja budget bagi pemerintah daerah menjadi sesuai
dengan permintaan daerah. Pendapatan daerah dibagi oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dengan kondisi ini pemerintah daerah umumnya
mengusulkan kebutuhan anggarannya kepada pemerintah pusat. Pada suatu kondisi dimana pendapatan daerah tidak mampu memenuhi
pengeluarannya, pemerintah pusat akan menyediakan subsidi. Hubungan keuangan pusat dan pemerintah provinsi disebut dengan ”aturan pengumpulan
penerimaan dan pembagian anggaran belanja” tong sou tong zhi. Pemerintah daerah subnational tidak punya budget terpisah dengan pusat. Pemerintah pusat
mengumpulkan semua penerimaan dan menyediakan anggaran pada setiap level pemerintahan.
Studi Lin dan Liu 2000 di China menemukan bahwa; 1.
Desentralisasi fiskal mempunyai kontribusi yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi..
2. Faktor kunci pertumbuhan ekonomi China yang impresif selama 20 tahun
silam dan sesudahnya adalah reformasi fiskal seiring dengan reformasi pedesaan rural reform, sektor non-pemerintah, dan akumulasi kapital.
3. Ditemukan ketimpangan antar daerah provinsi menjadi sangat serius semenjak
implementasi desentralisasi fiskal. 4. Ketimpangan Fiskal lebih pada ketimpangan horizontal dibanding
ketimpangan vertikal. Menurut Bird dan Vaillancourt 2000, transfer di India telah dimulai sejak
tahun 1919, dan banyak mengalami perubahan yang lebih dikenal dengan Federalisme Fiskal semenjak kemerdekaan tahun 1947. Sebagaimana sistem
transfer di banyak negara, tujuan sistem transfer di India adalah untuk mengurangi ketimpangan horisontal dan vertikal.
Desentralisasi fiskal di India atau lebih sering disebut federasi fiskal, diawali tahun 1991 dengan tuntutan politik dari daerah, dimana telah terjadi
perubahan peta kekuatan dari pusat ke daerah. Alasan ekonomi kemudian muncul setelah krisis ekonomi tahun 1991, yang memperjelas kelemahan-kelemahan yang
melekat pada strategi pembangunan. Kekuasaan pengeluaran dan pajak pemerintah pusat dan pemerintah negara bagian diatur secara tegas dalam Seventh
Scedule of the Constitution .
Transfers sumber-sumber antar negara bagian mencakup penetapan investasi-investasi di lokasi tertentu oleh pemerintah pusat. Juga pengalokasian
sumber-sumber sistem perbankan dan lembaga keuangan dalam porsi tertentu untuk negara bagian, memberikan pinjaman ke negara bagian dengan suku bunga
dibawah bunga pasar. Termasuk pemberian subsidi untuk alokasi pinjaman pada ”sektor prioritas”.
Bebarapa temuan penting Rao dalam Bird dan Vaillancourt 2000 di India adalah:
1. Sistem transfer yang telah dilakukan selama bertahun-tahun telah
menghasilkan peningkatan pemerataan pelayanan yang cukup berarti di seluruh pelosok negara.
2. Sistem pengaturan pengelolalaan fiskal intrapemerintahan telah berhasil
memperbaiki derajat pemerataan, dan berhasil melembagakan sistem yang dapat bekerja menyelesaikan isu-isu sosial dan lingkungan. Hal ini
memberikan kontribusi atas terciptanya unsur-unsur pemersatu negara India yang demikian luas dengan kebhinnekaan yang besar.
Menurut Bird dan Vaillancourt 2000, secara administratif , Filipina dibagi atas 15 daerah dimana hampir semua departemen memiliki kantor wilayah.
Saat ini terdapat 77 provinsi, 72 kota, 1548 municipalities, dan 42.000 baranguays
. Pada tahun 1991, Negara ini mengeluarkan Local Government Code 1991
Seperti UU No.25 tahun 1999 di Indonesia yang mulai efektif berlaku tahun 1993. Code ini menyerahkan sebagian fungsi kepada daerah berikut aspek
pembiayaannya. Dalam Code ini diatur bahwa secara keseluruhan jumlah penerimaan dalam negeri yang dialokasikan kepada daerah internal revenue
allotment = IRA adalah sebesar 40 dari total penerimaan tiga tahun
sebelumnya. Sebelum Code 1991 diberlakukan IRA hanya berjumlah 20 saja. Beberapa temuan penting dalam sistem transfer di Filipina adalah sebagai
berikut; 1. Formulanya sederhana dan mudah dipahami, sehingga tidak perlu ada
negosiasi khusus untuk menetukan bagian daerah karena rumusnya sudah jelas.
2. Formula tersebut adalah hasil negosiasi politik yang panjang, dimana upaya untuk mengubahnya bisa berakibat pada munculnya protes di berbagai pihak
3. Ditemukan peningkatan yang signifikan internal revenue allotment IRA: Semacam Dana Alokasi Umum di Indonesia dari 20 dari rata-rata
penerimaan dalam negeri selama tiga tahun sebelum Local Government Code
1991 menjadi 40 dari rata-rata penerimaan dalam negeri selama tiga tahun
setelah Local Government Code 1991 4. Distribusi cukup merata antar daerah semenjak penerapan Local Government
Code 1991
2.7.2. Indonesia